Kaum Hawa dan Window Shopping

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
sumber gambar

    Pusat perbelanjaan identik dengan kaum hawa, mulai dari cewek-cewek sampai nenek-nenek. Dilihat dari segi kebutuhan saja, perempuan dan laki-laki sudah berbeda, karena sungguhlah, kalian laki-laki pasti tak butuh bedak, lipstik, eyeliner, pembalut, daleman-yang-laki-laki-tak-punya, lotion dan sebagainya. Namun sekarang pusat perbelanjaan bukan hanya tempat singgah untuk membeli kebutuhan saja, tetapi sebagai area window-shopping untuk sekedar refreshing atau bahkan sudah menjadi candu.


     Saya termasuk orang yang nggak suka window-shopping, entah kurang pergaulan atau kurang kasih sayang  feminim namun saya rasa hal tersebut menghabiskan tenaga dan waktu. Alkisah Rabu lalu saya diajak teman saya, sebut saja Yessy (nama sebenarnya, 17th, jomblo) untuk window-shopping yang sepertinya telah menjadi kebutuhannya. Awalnya saya ingin menolak, namun luluh dengan iming-iming diantar jemput dan ditraktir makan siang (yang kedua saya yang maksa).


     Sampai di pusat perbelanjaan, awalnya kami berpisah tetapi seperti yang sudah-sudah, kebosanan melanda dan jika sudah seperti ini, saya menjadi ekor Yessy. Karena tampaknya agak wagu jika dilihat, saya menetapkan diri dibagian jaket, pura-pura memilih sambil memandang orang-orang ramai yang sama seperti Yessy memenuhi seisi ruangan, mungkin saja ada yang mengincar diskonan akhir tahun. Ah diskon-diskon mbahmu facebookan , tertulis besar diskon 20% dengan tagline kecil-kecil "minimum pembelian 20pcs" atau diskon 50% dengan harga awal 300rb untuk satu kemeja. Untuk kantong pelajar pas-pasan dan suka ngutang seperti saya, 300rb bisa untuk membayar kuota internet  SPP 2 bulan dan 1 mangkok mie ayam.




     Harusnya, pusat-pusat perbelanjaan harus dilengkapi dengan kursi-kursi menunggu untuk orang-orang seperti saya dam kaum adam yang lelah mengekor dan menunggu. Kelamaan memandangi orang-orang dan berandai-andai bagaimana apabila gedung ini runtuh berlanjut sampai melamun, biarlah saya dan cctv yang tahu. Sampai ada mbak-mbak bertanya "Mba, ini yang warna merah ada?" belum saya menjawab si mbak sudah lanjut "Oh, bukan ya, maaf ya." saya masih terdiam, merelakan mbak itu menjauh  memunggungi saya, mencari orang yang tepat untuk mendapatkan sebuah jawaban kapan dia nikah.


     Setelah kurang lebih satu setengah jam, Yessy mengajak saya ke kekasir untuk membayar jaket jeans idamannya. Di tengah antrian yang lumayang panjang, saya bertanya  "Koe jane kesel, bosen ra? Muter-muter neng panggonan sing pada, milih-milih terus anu ora tuku? Aku wis kesel lho, tujune agi ora lara untu" ("Kamu itu capek dan bosen nggak sih muter-muter ke tempat yang sama, tapi nggak beli? Saya udah capek lho, untungnya nggak sedang sakit gigi") "Ya oralah, iya untunge, nek ora koe mesti wis njaluk bae kit mau, kie sih nembe sedela." ("Ya enggaklah, untunglah, kalo nggak, pasti kamu sudah minta pulang dari tadi, ini sih baru sebentar"). Setelah dibayar, dengan hati yang berbinar-binar dan berharap segera pulang sampai akhirnya saya ingat Yessy telah menentukan tiga destinasi pusat perbelanjaan. Saat di depan tempat tujuan kedua, saya bilang "Anu, aku ngenteni neng ngarep bae olih ora?" (Anu, saya nunggu didepan saja boleh nggak?"), "Koe kiye lagi konslet apa kepriwe sih, genah koe kon mbatiri koh." (Kamu itu lagi konslet atau gimana? Kan saya minta kamu nemenin saya.). Untunglah, saya masih hidup sampai sekarang.

Tidak ada komentar

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.