Berada di Jurusan Sastra Inggris

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
              Haiii selamat pagi! Anggap aja pagi biar semangat ya! Yosh! Jadi Oktober ini udah terhitung dari pertengahan semester. Bisa dibilang saya udah satu tahun kuliah di jurusan Sastra Inggris. Iya, entah kenapa lagi pengin ngomongin jurusan. Kenapa ya? Mungkin karena lingkungan di sini terbagi jadi anak depan (non eksak) dan anak belakang (eksak). Jadi kadang tuh pride masing-masing jurusan amat tinggi. Tapi saya masuk anak belakang non eksak, dan karena saya udah biasa denger “anak non eksak kuliahnya ngapain sih?” jadilah postingan ini.

 Emma Watson juga kuliah di jurusan Sasing

                Wait, kadang mikir sih kalo misal komplek anak kampus teknik ada di sini, mungkin bakal kepecah lagi jadi, anak soshum, anak lab, sama anak proyek. Ehe. Ehe. Ehe.

                Oke balik ngomongin Sastra Inggris. Bentar deh, kalo kalian pertama kali dengar jurusan Sastra Inggris itu gimana? Kebetulan banget nih awal semester tiga temen-temen cewek pada curhat, apa yang orang-orang pandang terhadap jurusan Sastra Inggris. Pantes, pas awal masuk dosen pada suka bilang “Kalian jangan minder kuliah di Sastra Inggris ya”. Saya malah bingung, saya mah enjoy aja, lalu kemudian munculah perkataan-perkataan seperti:


“Ah, jurusan Sasing itu apa sih? Kalo mau belajar bahasa Inggris mah kursus aja”
“Kamu masuk Sasing karena itu pilihan cadangan ya?”
“Anak Sasing kuliahnya ngapain aja sih?”
“Kamu anak Sasing kok nggak bisa bahasa Inggris?”
“Sasing? Nggak level ah”
“Sastra Inggris kalo lulus mau jadi apa?”
“Sastra Inggris? Gabut ya?”
“Sastra Inggris lulusnya lama ya?”


               Well, sebenernya suka sedih kalo dikatain seperti di atas. Memang, apa yang kita pelajari bukan tentang decision maker, bukan keilmiahan, bukan anak lab dengan segala laporan praktikum, bukan juga anak lapangan dan anak proyek yang pusingnya minta ampun. Saya menghargai bahwa kalian pasti tangguh sekali, mungkin aja saya nggak bisa seperti kalian. Nah, berada jurusan di Sastra Inggris itu benar-benar menyenangkan dan yeah sedikit melelahkan bagi yang serius.

Yah, gimana nggak melelahkan seperti menunggunya? Hal sedetail apapun kita analisis, karya dianalisis. Kita menganalisis hal yang abstrak. Tapi harus tetap riset, riset, riset. Data, data, data. Paradoks intinya.

                Then, memang agak momok bagi mahasiswa jurusan Sasing yang nggak terlalu lancar bahasa Inggris, padahal mah, masuk jurusan Sasing tentunya juga belajar bahasa Inggris toh? Kalo misal belajar di kursus, yakin ada phonology, sintax dan semantic yang luar biasa itu?


                Oke, daripada overthink karena kalimat-kalimat di atas, mending dijabarin betapa menyenangkannya kuliah di jurusan Sastra Inggris. Berada di jurusan Sastra Inggris bikin kita harus melek isu-isu yang ada di lingkungan bahkan dunia (masih lebih luas Hubungan Internasional). Juga pengalaman dosen-dosen yang dulunya kuliah di luar negeri, masing-masing dalam ahlinya, yaitu Sastra dan Linguistik. Tentunya fresh banget jadi makin termotivasi buat nggak puas S1 aja. Terus, selama setahun ini saya tentunya jadi lebih paham grammar, pronunciation dan aturan kepenulisan. Orang-orang di sini menyenangkan, solid, nggak saling menjatuhkan, kompak banget. Me skipun kadang hedon, tapi selama kita bisa membatasi diri kenapa nggak?

                Terus tentunya jadi paham sejarah, karena sejarah kan meliputi semua nggak cuma sastra dan bahasa. Jadi walaupun cuma fokus melajarin sejarah bahasa dan sastra, kita juga bakal ngerti bagaimana latar belakang suatu daerah. 

Deep, my fave

                Well ya, have you ever thought... Bahasa itu unik? Yas! Begitu banyak bahasa di dunia dan bahasa melambangkan ciri daerah mereka sendiri, adat serta budayanya. Indah, indah, indah. Unik, unik, unik. Apalagi kalo misal udah berurusan sama sastra, such an art! Nggak ada bahasa nggak bisa komunikasi tentunya. Di Sasing juga ada pemilihan peminatan pada bahasa pilihan, bisa Jerman, Prancis, Jepang atau Mandarin.

                Kemudian sastra. Sastra itu luar biasa indah. Dalam nganalisis sastra juga bisa masukin keilmiahan gitu kok, misal analisis fase quarter life crisis dalam puisi ini. Sastra itu kadang misterius, isinya tentang penyampaian-penyampaian atau isi ide gila otak manusia yang kadang mereka sendiri nggak bisa menjamahnya. Misal kalian saat SMA cuma bisa heboh fangirlingan Harry Potter, di sini kita bisa menganalisis isinya itu apa sih sebenernya. Bisa juga belajar bikin karya gitu, konsul ke dosennya. Sungguh deh, rasanya udah kaya penulis dikejar deadline, kudu riset, riset, riset. Yup, kemudian dari sini tentunya kita belajar peka terhadap lingkungan. Sastra juga terkait dengan karya, juga sebisa mungkin belajar nggak copy paste.

 
                Terus, nggak jarang juga ketemu orang-orang yang unik, misal yang punya ketertarikan sama psikologi, sejarah atau filsafat. Meskipun mungkin apa yang kita tahu masih sedikit, tapi nikmat aja ngobrol tentang hal-hal tersebut. Atmosfirnya itu lho, tentang questioning all the things. Misal mulai dari eksistensi manusia ditentukan oleh apa? Juga bahasan-bahasan mengenai individual freedom.
 
                Enaknya lagi nih pas belajar History of English Literature, kita itu jadi ya, diskusi, jadi ngerti banyak hal. Jadi ngerti the point of learning culture and history, jadi kayak: Orang-orang jaman dulu sesusah apapun akhirnya survive kok, jadi jangan sedih kalo lagi ada masalah, dibikin biasa aja, santai, santai, yah walau kadang kaya mau depresi aja sih. Terus jadi ngerti sih, kita nggak bisa seenak jidat ngejudge, setalah ngerasain jadi apapun bahkan yang menurut kita buruk. Yap, karena selalu banyak sisi di setiap cerita.

                Wait, itu kenapa susah lulus bercetak tebal? Yah mungkin bisa karena faktor kemalasan sih. Ya karena kalo misal Sasing itu jurusan mudah, kok lulusnya (rata-rata) lama? Hayo, think again!  Saya juga bukan mahasiswa dengan IP tinggi. Saya milih standar aja (tetep punya target pastinya) asal paham, ngerti dan saya bisa menikmati apa yang saya pelajari dalam jurusan saya. Karena kalo berambisi ip tinggi, takutnya saya menghalalkan segala cara buat itu. Hehe. Sungguh, semua jurusan semua ilmu itu saling berkaitan. Mari sama-sama belajar, mari sama-sama mengaplikasikan. Apapun jurusanmu, jangan merasa down. Memang, akan selalu ada yang di atas kita. Nikmati, nikmati, nikmati. Susahpun akan terlewati kalo kita suka tantangan dan nggak gampang nyerah walau lelah.

                Then, selamat pagi!
 ***

*Ditulis di semester 3, belum penjurusan Sastra atau Linguistik. Bisa diedit sewaktu-waktu. Oya, saya kuliah di Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman).

UPDATE: Pertengahan semester 4.

Hi kembali lagi! Lagi-lagi mau ngebahas asyiknya kuliah di Sastra Inggris nih. Sastra Inggris itu bikin kita berwawasan luas ya, apalagi karena kita juga mengikuti isu-isu sepanjang zaman. Bisa diskusi bahkan dengan ahli-ahli dengan orang luar negeri. Terus ya terus, saran dari dosen prose agar kita lebih banyak membaca daripada menonton, karena dengan membaca kita akan lebih hidup. Ya, saya hanya merasa bahwa sastra itu sulit sekali ditembus dan dianalisis ngahaha ciye yang revisi mulu bahkan dengan orang yang mungkin kita kenal lebih pintar. Nah, asyik-asyik sedih kan? Ngahaha, like, all the things in this word are surely illusion but sastra adalah ilusi yang paling indah.

Update: Review kuliah sastra Inggris semester 4.  Musikalisasi puisi kesukaanmu, mengapa tidak? Dan buat yang mau tau seputar perkuliahan bisa klik tautan college life, semoga bermanfaat! :)

Baca juga:
- Mau Masuk Jurusan Sastra Inggris Tapi Nggak Jago Bahasa Inggris? Jangan Khawatir! 

*Imgcr:

https://www.pinterest.com/pin/558235316285029764/
http://themidwestyle.blogspot.co.id/2012/02/holiday-quiet-world.html
pixabay.com

Tidak ada komentar

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.