Leslie Burke & Bridge to Terabithia

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Jumat minggu lalu, saya entah kenapa memesan buku Bridge to Terabithia, membacanya pada hari Senin dan tearing up both the eyes and the heart. Kemudian saya mengingat-ingat, saya menyukai Bridge to Terabithia sejak ditayangkan di televisi pada tanggal 18 September 2011. Dan sejak itu, saya sudah enam tahun mengenal Terabithia.

Terabithia entah kenapa sudah menjadi bagian dari diri saya, pun ketika saya sedih atau ingin berimajinasi—jauh ke sana dan selalu jatuh di Terabithia. Terabithia bukan hanya tempat dan imajinasi, namun memori.



Di tahun yang sama juga, 2011 saya juga mengenal Harry Potter dan tahun-tahun seterusnya menjadi Potterhead juga mengoleksi itemnya. Keduanya sama-sama termasuk telat, untuk saya mengenalnya. Namun, tanpa orang-orang yang telat seperti saya ini penggemar takan bertambah banyak bukan? Baiklah, pede sekali. Nyahaha. Juga, di umuran belasan tanggung saya mengidam-idamkan Hogwarts dan segala petualangannya. Namun, Terabithia yang magis dan damai selalu menjadi rumah dan markas.

So, I won’t gonna compare both of them, saya hanya sedang ingin menulis Terabithia. Kita semua tahu siapapun yang akan melihat film adaptasinya akan merasakan kehilangan seorang teman, namun sensasi kehilangan tersebut lebih besar jika kau membaca bukunya. Protes Jess, pada Terabithia yang mengambil teman gadis baiknya, juga sesalnya karena tak serta mengajak Leslie ke museum.


“Sesuatu terbesit di kepala Jess. Artinya Leslie akan menghilang. Berubah menjadi abu. Dia tidak akan pernah melihatnya lagi. Bahkan dalam keadaan mati. Tidak akan pernah. Bagaimana mungkin mereka berani? Leslie miliknya. Miliknya melebihi siapapun di dunia.” (pg 208)

Leslie Burke, juga karakter fiksi yang saya kagumi. Bridge to Terabithia hidup sejak 1978 dan tanpa riuh dalam imajinasi anak-anak, tanpa simbol-simbol, namun hidup dalam memori. Hidup dengan seorang teman, berimajinasi dan berpetualang—adalah hal yang menyenangkan. Sayapun, menginginkannya. Just a simply friendship and imagination. You know, If I died someday, I really want to go a place called Terabithia. Uahh, terus jadi pengin banget ngumpulin buku BTT dalam semua bahasa. I am confused on how I end up this post but, ya, I just... Terabithia is such really “something” for me.

Tidak ada komentar

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.