Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
edited, sumber : http://visitfriscotx.tumblr.com/ |
Dalam hidup, kita
telah bertemu dengan banyak orang, ada yang berkesan, ada pula yang terlupakan atau
bahkan kita yang terlupakan begitu saja. Kemudian, saya bertemu Pak Wariyo,
salah satu orang yang antimainstream menurut saya, karena beliau masuk dalam daftar
orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan saya, dan tentu saja, tidak pernah
saya lupakan.
Beliau adalah
sang guru, saya mengetahuinya sejak saya menjadi murid kelas satu sekolah
dasar. Kemudian, saya akhirnya diajar olehnya pada saat kelas 5, yang
sebenarnya beliau biasanya mengajar kelas 6. Saat diajar olehnya begitu
menyenangkan dan mudengi, seperti kebanyakan guru SD akan menghandle semua mata
pelajaran kecuali Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, Komputer dan Olahraga.
Meskipun bertemu setiap hari, tak sedikitpun rasa jenuh saya rasakan, atau
mungkin saya lupa.
Beliau berperan
sebagai guru dan ayah yang mempunyai wajah menenangkan, dan lagi-lagi jarang
ada guru yang seperti beliau. Saya
jarang cocok dengan guru, namun saya betah diajar beliau yang tidak
membeda-bedakan murid, jadi tidak ada murid yang terdiskriminasi. Tidak ada
murid yang paling pintar atau bodoh. Dengan sabar dan tekun beliau mengajarkan
kami macam-macam materi. Mengajarkan kami sampai seakan kami bisa menguasai dunia,
tidak ada murid tertinggal yang terlampau jauh, iya, semuanya bisa. Beliau yang
berhasil membuat jidat saya kelihatan di foto ijazah ini punya cara sendiri
dalam mengajar, yaitu menggunakan hafalan seperti mejikuhibiniu, contohnya
nama-nama planet disingkat menjadi mevebumayusauneplu, nama-nama bangun ruang
tapri mangan kebo, atau apa saya lupa.
Kelas 5 juga
masa-masa lomba antar Kecamatan atau Kabupaten, sekolah sayapun aktif
mengirimkan calon-calon juaranya (banyak yang gugur), ada yang berkelompok
seperti gerak jalan, dokter kecil. Ada pula yang individu, seperti mata
pelajaran. Saya pernah ikut gerak jalan (jangan ditanya, kalah) pada waktu
latihan pernah mampir ke rumah Pak Wariyo, beliau dengan ramah menyambut kami,
mempersilahkan kami yang kucel-kucel ke dalam rumahnya. Saya juga pernah ikut
lomba Bahasa Jawa (satu paket, ada mata pelajaran, pidato, geguritan, macapat)
sebagai tunjukannya beliau. Iya, saya yang tidak terkenal tiba-tiba saja
ditunjuk, padahal saya bukan orang yang sering dikirimkan untuk lomba. Dari
sinilah, saya tahu, sekali lagi beliau adil, melihat potensi semua murid. Bukan
hanya yang menonjol saja. Dengan latihan apa adanya dan belajar mandiri dengan
waktu beberapa hari, akhirnya saya berhasil juara 4, kecewa sih. Tapi tak apa,
senyum sumringah tetap terpancar di wajah beliau. Saya lomba diantar beliau
menggunakan sepeda moto merahnya, seperti murid-murid lomba mata pelajaran yang
lain pada umumnya. Pulangnya dapet bakso gratis. Lumayan.
Kemudian, kami
naik ke kelas 6. Pak Wariyo yang setahun lampau memutuskan untuk menjadi kelas
5 ikut bersama kami, karena prestasi kelulusan yang kurang maksimal pada kakak
kelas saya, jadi saya diajar beliau selama 2 tahun. Mungkin, kesempatan ini
hanya dialami oleh angkatan saya, dan beruntung sekali.
Di kelas 6, beliau
membuat pertemuan dengan orang tua murid sebulan sekali untuk membahas
perembangan murid, iuran-iuran untuk keperluan murid dan segala macam. Lalu ada
les setiap sore, yang saya ingat beliau dibayar secara sukarela oleh orang tua
murid, jadi beliau sama sekali tidak meminta bayaran. Jika ada yang tidak masuk
les, Pak Wariyo bak pacar yang overprotective, bakal ditanya kenapa? Sudah
sembuh belum? Dan segelintir pertanyaan lainnya. Sebelum les, beliau memimpin kami
ke Masjid untuk shalat berjamaah. Beliau juga selalu membawa makanan untuk
kami, gratis. Makanannya pun nggak cuma-cuma, enak men. Saya juga masih ingat, jika ada siswa yang
belum paham, beliau membawa mereka, sebut saja The Boys (3 anak) ke rumah beliau
untuk menginap selama satu hari dan gratis-tis, kemudian diajak juga ke pasar
malam. Beliau juga memberikan siswa teladan pada teman saya Arif, yang semasa
SD sangat baik, tidak sejail-jail cowok dimasanya, yang berhasil terlihat oleh
beliau.
Hingga akhirnya,
kami lulus dengan nilai yang baik. Mungkin karena 2 tahun mateng oleh beliau.
Tidak ada yang tidak lulus. Beberapa melanjutkan ke sekolah menengah. Betapa
berat berpisah dengan guru yang menurut saya mirip pahlawan nasional D. I
Pandjaitan. Dengan membawa ilmu yang telah didapat, saya pun pindah, merelakan
bangku SD yang menyenangkan, menuju SMP idaman yang alay dan pula mengasyikan.
Dengan harapan beliau selalu berhasil meningkatkan prestasi SD saya.
Saya selalu
heran, mengapa orang baik selalu tertimpa hal buruk, hal buruk ya, bukan
kesialan seperti saya. Baru beberapa bulan berada di bangku SMP, saya
mendapat berita beliau mengalami kecelakaan parah, yang mengakibatkan kemampuan
fungsi otaknya berkurang. Sedih, mengapa harus beliau? Apakah tidak cukup
dengan mengajar puluhan sifat setiap hari? Apakah tidak cukup hitam di kantung
matanya? Tidak cukupkah beban 'harus meluluskan semua muridnya? Adik kelas
saya, yang belum begitu dekat dengan beliau pun merasa perih. Apalagi saya,
lebih perih lagi saat saya dengar beliau dipindahkan sekolah, karena beliau
mengajar kadang salah tulis. Namun, saya yakin, beliau tidak akan protes,
karena beliau pun pasti tau, ada sesuatu yang baik setiap peristiwa.
Namun, sekarang
saya belum mengetahui kabar beliau, tampaknya harus segera silaturahmi. Semoga
selalu dalam lindunganNya. Beliau adalah
pahlawan saya selain Bapa dan Mama. Memang benar, guru adalah pahlawan tanpa
tanda jasa. Memberikan ilmunya kepada muridnya, calon-calon orang-orang
berguna. Disini, masih ada, murid Pak Wariyo, yang sedang berusaha mencapai
kesuksesan. Hasil didikan bapak, tidak akan hilang begitu saja ditelan massa.
Dan semoga, saya salah satu dari mereka, saya nggak mau, saya menjadi tidak
berguna, mungkin bukan sekarang, namun suatu hari nanti.
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.