Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Alhamdulillah,
udah 3 bulan ini status saya ganti dari pelajar jadi mahasiswa. Serangkaian
acara penerimaan mahasiswa barupun udah dilalui, dimulai dari meet up kelompok ospek Universitas
sampai canggung sekedar mau “say hi” kakak-kakak komdis di fakultas.
Begitu banyak perbedaan yang saya rasakan begitu masuk ke ranah kuliahan, salah
satu yang bikin saya tertarik adalah : aroma semangat masa muda.
Kalo di masa SMA/K kita cuma nurutin apa kata guru, organisasi
hanya sekedar gitu, ngikut peraturan, main, remidial tetapi di kampus nggak.
Begitu masuk kampus langsung banyak pertanyaan yang ada di kepala saya, “Oh,
organisasi kayagini mahasiswa yang buat ya?”, “Keren ih mereka punya team dan
bisa mandiri”, “Seminar kaya gitu yang ngusulin mahasiswa?”, “Hah itu manusia
apa bukan ngomongnya kaya pejabat?”, “Buset men
mereka berani dan melek banget sama aturan pemerintah, semuda itu, saya apaan”.
Yap, nggak salah mahasiswa juga dikenal sebagai kaum intelektual dan agent of change. Ternyata menjadi
mahasiswa memang mempunyai pengaruh yang sangat besar. Di sinilah titik awal
mereka benar-benar menjadi bagian dari masyarakat dan ditunggu-tunggu
kontribusinya.
Nah,
ada yang menarik lagi saat saya ikut acara MAKRAB atau Malam Keakraban (padahal
mah udah akrab), pada suatu sesi ada dosen bilang “Mahasiswa itu harus aktif dan
kreatif, orang pendiam atau yang introvert-introvert itu nggak berlaku disini.”
Eits, jangan kepancing dulu, sesuai judul, seorang introvert pun harus berani speak up. Maksudnya, sebagaimana kita
tau kalo introvert itu dikenal dominan pendiem dan pasif, tapi juga pinter. Saya
sebagai intovert (padahal pinter juga nggak, biasa aja, nggak yakin masuk
golongan ekstovert atau introvert, malah mikir saya masuk golongan ketiga : kampret)
juga mengamini pendapat beliau, juga semacam tamparan seperti “Use that empty brain, human!”. Yap,
karena mungkin aja kita punya ribuan ide kreatif tapi nggak speak up, ya percuma.
Karena, gaes,
khususnya introvert, jangan takut untuk berbicara. Dengan berani, kita juga
jadi nggak susah buat bersosialisasi, temui individu yang unik dan bergabunglah
dengan mereka yang mempunyai pemikiran positif dan fresh. Memang hal-hal sekecil ini nggak akan susah bagi ekstrovert,
bukan bermaksud membanding-mbandingkan juga, faktor utama berani hanya satu:
Sadar diri aja.
Belajar dari diri sendiri aja sih, public sepaking saya masih parah, ini karena diakibatkan saya emang
jarang ngomong, ngomong kalo kepengin doang, kalo introvert lain karena malu
mau speak up, saya malah kadang males
(kadang juga mules). Manusia macam apa? Nggak enak banget di pandang?
Nah,
ngomongin males saya pernah ngobrol sama diri sendiri, gini, pernah mikir nggak
bikin rangkaian komputer itu gimana? Kok bisa nyambung gitu? Kalian baca ini (emang
ada?) make hape gimana bikinnya? Emang sih ada mesin khusus nyetak barang,
bikin mesin biar bisa kayak “mikir dan gerak” itu gimana? Atau yang mudah aja
deh, barang-barang sepele kaya peniti, yang nemuin itu gimana, buatnya gimana?
See? Semua ada di
dunia ini karena otak yang bener-bener di pake dan mikir. Dimulai dari hal
kecil dan sepele, nyontek. Suka ngehujat koruptor tapi masih aja nyontek, udah
gede kok, mahasiswa apa bocah?
Anyway, serius
amat bacanya. Ngopi dulu, yuk!
***
Imgsr : davidsusman.com
Artikel ini telah diedit dan dipublish pertama kali di jungjawa.com
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.