Nggak, saya nggak bakal nyeritain siapa itu Marfa Umi kok, takut nanti yang suka banyak. Hehehe. Cukup si dia aja. Hehehe. Hehehe. Hehehe.
Kemudian pembaca kabur karena muak.
Sebenernya
hal ini udah biasa sih, dan saya juga biasa aja dan nggak mempermasalahkan sama
sekali. Lha wong yang kasih nama
kedua orangtua saya kok. Banyak doa dan harapan di sana, kayanya pernah juga
saya bahas di postingan Manusia dan Nama.
Yang penting jangan manggil Mas. Mas Braaaam.
Kemudian,
yang bikin menarik bikin postingan ini sih gara-gara kemarin saya buka spam message di facebook, dan ternyata
ada dua pesan. Keduanya sama-sama dikirim 12 Agustus 2015. Itu artinya, satu
tahun yang lalu!
BISA KEBAYANG KALO ADA YANG
NEMBAK TAPI DISURUH NUNGGU SETAHUN. Apasih.
Nah,
salah satu dari pesan tersebut berisi seperti ini:
Assalamu’alaikumMaaf nggih Mbak Marfa Umi yang sempat kukira sudah ibu-ibu karena namanya.Ah, aku memang sering cepat menduga-nduga, salah pula...Ah, aku memang sering gegabahSetelah aku bernapas pelan-pelan, baru aku temukan. Dan jabang bayik, ternyata njenengan masih muda belia namun tulisan-tulisan njenengan top.Tidak ada maksud apa-apa Mbak, aku hanya insan yang hendak belajar menulis. Setidaknya setelah ini aku sadar, perlu belajar banyak dari orang-orang serius seperti njenengan.Saya harap Mbak Marfa tidak terganggu dengan pesan ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Kemudian saya jatuh cinta.
Sangat sopan (saya suka orang-orang yang sopan) dan sastra. Mungkin bagi kalian
yang pernah baca buku Cinta Dalam Gelasnya Andrea Hirata (thanks to Lajeng for sending me this book), kalian akan tahu
bagaimana perasaan saya setelah membaca pesan di atas. Sama seperti saat
Maryamah memenangkan catur atas mantan suaminya. Rasanya haru dan senang saja,
saya selalu percaya ada kekuatan di balik kata-kata.
Kemudian antara pengin ketawa, orang-orang
serius macam saya itu wujudnya bagaimana ya? Terus termotivasi buat tetep ngeblog, iya emang akhir-akhir ini lagi
renggang. Ternyata saya memang tipikal fokus terhadap satu hal, nggak
bercabang-cabang.
Well, selain inbox di
atas, kejadian dikira ibu-ibu juga dialami beberapa bulan lalu saat saya jadi
peserta LBI 2016. Kala itu topik yang harus jadi postingan adalah saling
mengenal lawan agar kita nggak cuma berkompetisi tapi nggak kenal satu sama
lain, nggak lucu kan. Nah, pada postingan Yuk, Kenal Lebih Dekat dengan Umi Marfa juga saya awalnya dikira ibu-ibu nyahaha. Do I look like a mum? Mungkin kalo ibu bagi anak-anakmu kelak boleh
juga, Bang. Itu muka kok kayanya cocok jadi peran ibu tiri yang jahat ya. Skip
Namanya juga internet. Apa yang
kita baca memang perlu diketahui yang sebenarnya, dan apa yang kita kira tak
selalu sesuai. Di dunia nyata juga bukannya begitu, apa yang kita pikir, tak
selamanya selalu benar. Benar begitu? Kenapa jadi kaya panduan hati-hati di internet. Dan, selamat hari raya idul adha 2016,
semuanya. Hati-hati kolesterol!
***
Write a comment
Posting Komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.