Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Pada waktu itu, saya duduk di
sebelahmu. Menangis, kelelahan dan mengadu padamu. Mengapa saya tak sebahagia
dia? Mengapa saya selalu melewatkan kesempatan-kesempatan kemudian menyesalinya.
Kemudian kamu menepuk pundak saya dan berkata “Sudahlah, terima dirimu apa adanya, kamu itu terus membandingkan
dirimu dengan orang lain, itu mengapa kamu tak bahagia. Selesaikan apa yang
menjadi beban. Saya melihatmu tak bahagia, itu salah sekali. Kita makan ya,
terus istirahat, jangan begadang. Besok bangun, bersyukur dan bahagia”.
Entah kenapa saya menuruti kata-katamu malam itu, saya tidur. Padahal biasanya saya
terjaga sampai pagi. Merenungkan segala hal, atau terpaksa menenggak obat tidur
yang cukup membuat halusinasi, pergi ke galaksi Andromeda, herannya, saya tak
takut ketinggian. Dan entah kekuatan dari mana, saya bangun dengan segar bugar,
seakan semua telah terselesaikan kemarin.
Saya sangat mengagumi pribadi ini,
orang ini. Pribadi yang selalu ada bahkan ketika diri ini tersesat dan
serapuh-rapuhnya. Terkadang terselip jiwa dewasa dalam kekanakanmu. Saya tahu
betul, saat uangmu saat itu tinggal sedikit, hanya sekitar 30rb, namun kamu
tetap membayar bagian makan saya, saat itu kita masing-masing menghabiskan 7rb.
Saya masih ingat betul, tempat ketika kita makan di pinggir jalan, ditemani
dingin hujan. Kamu itu, tak takut berbagi, dan memerlihatkan pada saya, apa arti
menyayangi yang sebenarnya. Suatu saat, saya berharap, bahu saya lah yang kau pilih saat kau
sedang bersedih. Tempatmu. Tempat untuk seseorang yang ketika saya melihat
matanya, saya selalu ingin jauh tenggelam ke dalamnya. Tatapan di mana saya
selalu jatuh cinta, berkali-kali.
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.