Bertanggungjawab Atas Dirimu Sendiri

Nemu catatan ini di draft, tanggal 22 Oktober 2017. Mari sedikit hitung mundur, semoga tak bosan membaca walau tanpa gambar. Kalau mau lihat gambar-gambar ikuti saja Instagram @madrfau. Hehe.

Tak perlu membawa-bawa nama kematian yang misterius, bagi saya hidup sendiri sudah misteri dan susah diterka. Tak perlu menunggu berganti hari, detik saja sudah dengan cepat berubah. Mungkin saja detik ini kita merasa seperti sedang diberkati seutuhnya oleh semesta, namun dua jam lagi mungkin saja citra kita akan berubah menjadi buruk. Kita hidup di antara pilihan-pilihan yang tentunya kita pilih sendiri. Semakin bertambahnya usia, semakin kita sadar bahwa kita bukan seorang anak lagi. Bukan anak yang jika mendapat masalah kecil langsung mengadu pada orang tua, bukan ketika mendapat masalah langsung menyalahkan keadaan.

Selepas SMK, saya menulis MYOD yang artinya Make Your Own Destiny--yang merupakan plesetan dari salah satu mata pelajaran saat itu yaitu MYOB atau Mind Your Own Business dalam jurusan Akuntansi. Saya tak asal menulis tulisan tersebut untuk foto album di saat teman-teman saya justru menulis "Finally finished" atau "I did it!". Bagi saya, perjuangan baru saja dimulai, saya tak ingin pendidikan hanya berhenti pada masa SMK saja.

GILA, SUSAH BANGET JADI INTROVERT! (Read: Unlocking Your Potentials!)

Halo, apa kabar?

Aiiish, penting banget emang itu judul digedein sekalian karena ya emang SUSAH BANGET dan PERJUANGANNYA LUAR BIASA! Well, postingan ini terinspirasi ketika saya sedang merasa insecure terhadap diri sendiri. Salah satunya kepribadian yang cenderung introvert, sebenernya saya mencoba nggak mengkotak-kotakan sifat karena emang jatuhnya nanti seperti saling membandingkan. Lagi pula, kepribadian introvert juga masih ada beberapa bagian. Makanya jangan heran kalau nemu orang kelihatannya pendiam namun speak upnya bagus, terlihat biasa aja namun butuh seharian recovery setelah ketemu orang-orang. Ya karena introvert itu nggak selamanya sama dengan pendiem, ada sih beberapa tapi tentu saja ada hal-hal lain yang mengikuti.

Selama ini saya merasa plus minus (of course!) sih jadi personaliti introvert, seperti hal-hal berikut:

-        Introvert itu kaya punya dunia sendiri.

Praketa Satria

Halo, apa kabar?

Saya nggak paham tentang kopi-kopian kecuali kopi sasetan yang telah menemani malam-malam saya dari SMP sampai kuliah. Dari mulai yang bergula sampai pahit, dari sekedar teman nonton film sampai lembur nugas. Dan saya senang sekali ketika mengunjungi tempat ini, tak hanya berkunjung namun jatuh cinta. Tempat itu adalah, Praketa Kopi.

Iya, yang saya tahu kebanyakan tempat buat ngopi ya tempat buat nongkrong-nongkrong hedon, bahan unggahan, dan harganya mahal-mahal. Karena alasan-alasan tersebut juga saya sejauh ini baru dateng dua kali ke tempat ngopi di Purwokerto. Namun Praketa menawarkan suasana yang berbeda, dimulai dari tempatnya yang nyaman, baristanya yang sangat ramah (nilai plus karena bagi saya tempat yang nyaman ya keramahannya), dan harga-harganya yang sangat terjangkau. Jauh banget lah dari anggapan ngopi itu mahal. 

Hari Gini Masih Beli Paket Data? Ribet, Dapetin.id aja!

Halo, apa kabar?

            Suatu hari, saya pulang ke rumah dan kaget karena bapak, ibu, dan adik lebih suka menatap layar gawai dari pada menonton televisi. Sedihnya memang kalau malam seperti sibuk masing-masing tanpa interaksi antar keluarga, namun positifnya justru lebih banyak. Seperti mereka mendapatkan informasi lebih dari pada televisi, menonton drama korea bagi ibu tanpa iklan, bersilaturahim dengan saudara yang jauh, berbagi resep makanan, bahkan hal-hal receh seperti gambar-gambar kucing. Dalam hal ini tentu saya harus mengontrol aktivitas internet keluarga dengan menghindarkan dari info-info hoaks. Karena orang tua dan anak SMA tentu saja masih rentan menerima informasi yang masih dapat belum dipercayai.

            Pun, ada tambahan pengeluaran lagi karena kegiatan berselancar di internet ini. Tentu saja kuota internet karena kami nggak pasang WiFi. Biasanya kalau anak-anak kehabisan kuota sih minta tethering aja, tapi kan ayah sama ibu kalau misal gawainya lagi digunakan otomatis dimatikan dong koneksinya. Jadi zonk banget dan kikuk apalagi kalau pas ada tugas atau aktivitas ngeblog. Sedangkan sekarang juga ribet kalau mau beli perdana lepas pasang itu, harus daftar pakai NIK dan No KTP, mending beli yang hemat sekalian atau cari gratisan! Siapa sih yang nggak suka gratisan apalagi kuota.

Ini Dia 3 Cara Memilih Pinjaman Secara Tepat!

Halo, apa kabar?

Tersedia beragam jenis layanan pinjaman yang ditawarkan oleh berbagai lembaga yang menyediakan pinjaman seperti bank, koperasi, perusahaan kredit, dan sebagainya. Produk pinjaman biasanya dapat dipilih berdasarkan tujuan peminjaman. Ada pinjaman yang dikhususkan untuk usaha, ada juga pinjaman yang dikhususkan untuk pembelian barang konsumsi. Anda bisa memilih pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Pertimbangan yang matang perlu dilakukan karena pinjaman yang harus dikembalikan haruslah sesuai dengan pendapatan Anda tiap bulannya. Pastikan juga tidak hanya besaran pendapatan Anda, tetapi juga besaran pengeluaran Anda diluar pinjaman yang akan Anda keluarkan. Kini semakin banyak pinjaman uang tanpa jaminan yang dapat kita gunakan sebagai sumber dana tambahan saat terdesak atau saat kita membutuhkan uang untuk melakukan sesuatu yang penting. Nah, agar Anda dapat memilih pinjaman yang tepat, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan. Beberapa langkah yang dapat Anda lakukan diantaranya adalah sebagai berikut.

3 Minggu Dalam Makna: Sebuah Catatan

            Tulisan ini tak akan datang dari seorang anak yang memiliki begitu banyak pertanyaan dengan detail, sampai bagian-bagian kecil. Sebagai anak yang menginjak usia 21 dan lebih banyak tinggal di asrama dalam satu tahun, tentunya banyak hal yang didapat. Dari perjalanan mencari berbagai jawaban tersebut, sang anak hanya ingin belajar satu hal: kemandirian. Mandiri ingin dapat tak bergantung pada orangtua, mandiri membangun dirinya sendiri, mandiri akan banyak hal. Sampai pada sang anak pulang ke tempat di mana ia dilahirkan dan tumbuh untuk beberapa waktu.

            Bulan Ramadan lalu yang sayangnya tak saya temukan atmosfirnya yang menenangkan, justu saya temukan saat-saat libur menjelang lebaran. Selalu, saat pertama pulang hal pertama yang saya inginkan adalah tak berada di sana, entah tekanan karena harus menjadi apa, mindset beberapa masyarakat yang sulit diubah, dan keterbatasan-keterbatasan ruang dan gerak yang lain. Namun ketika pulang, ingatan saya selalu berhenti pada sudut-sudut ruang.