Text, Narration, Stories: Weapon of Digital Storyteller and Blogger

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]


Halo, apa kabar?

Kalo saya, lagi seneng banget! Iya, karena akhir-akhir ini lagi banyak orang yang suka cerita. Ngerasa juga nggak? Kalo di Instagram lagi ramai yang namanya 30 hari bercerita, kemudian juga banyak podcast yang asyik buat didengerin bahkan nggak kerasa udah berjam-jam. Gimana nggak seneng juga sih karena di tengah riuhnya media sosial dan seakan orang bisa berekspresi dengan bebas, tetep ada sesuatu yang menjaga kewarasan kita alias: cerita.


Pernah nggak sih ngamatin pola bahwa teks itu emang beneran ada di mana-mana? Saya sempet agak takut juga nih awalnya bakal makin sedikit blogger yang mau nulis apalagi tentang opini di blog masing-masing, apalagi bukan yang berbayar nyahaha. Banyak pertanyaan-pertanyaan di kepala dan mereka suka bikin percakapan sendiri semacam:

“Emang siapa yang mau baca hal-hal receh yang cuma berawal dari keresahan?”
“Baca postingan itu lebih makan waktu dari pada liat vlog, pun kalau vlog lebih kegambar juga.—Yaiyalah visual kan. Belum macam kolase foto-foto perjalanan yang lebih menarik diabadikan dalam suatu platform.”
“Belum lagi ini, belum lagi itu, dan lain-lain.”

Oke, hal-hal di atas mungkin beberapa contoh yang bisa bikin blogger atau narablog insecure sama pekerjaanya: nulis. Tapi gini deh, coba liat postingan-postingan di Instagram, tanpa dukungan berupa teks atau caption, intensi orang liat gambar ya cuma sekadar lewat aja atau malah jadi meaningless karena penerima informasi—beberapa juga bias apa sih yang mau disampaikan dalam foto tersebut. Contoh lain juga misal postingan di Line atau thread-thread di Twitter yang panjang dan bikin penasaran kenapa nggak dibikin blog post aja sih? Terus contoh lagi yang lagi lumayan rame sekarang, podcast. Itu semacam temuan baru, ya nggak baru banget juga sih jadi bisa buat alternatif buat manusia-manusia kaya saya yang pengin sok-sokan multitasking. Misal dengerin podcast sambil baca buku, sambil masak, atau sambil jogging nyahaha. Yang ditawarkan sama podcast itu sendiri sebetulnya apa sih? Cerita kan? Nggak jauh-jauh juga dari yang namanya narasi, ibaratnya kaya dengerin radio tanpa iklan.

See? 

Nah kalo diliat-liat nih, bisa dikatakan kalau orang itu suka yang namanya cerita nggak sih? Misal penyuka travel yang biasa cari info lewat vlog idolanya, pasti kan ngeliat dari sisi cerita yang diambil. Bandingin aja misal:

“Tiket kereta dari Purwokerto ke Jakarta seharga 80rb”
dengan
“Tiket kereta seharga 80rb jurusan Purwokerto Jakarta itu sudah berada di tangan, ada langkah kaki yang hampir goyah saat berebut membelinya.”

Lebih bikin penasaran yang poin kedua kan? Terus nih kalau misal lingkup mahasiswa, biasanya banyak banget seminar dengan tema beragam misal kewirausahaan, beasiswa, atau motivasi. Nggak jauh-jauh dong pasti dari yang namanya cerita misal pengalaman. Karena apa?

Karena cerita bikin kita merasa menjadi manusia, yang mengetuk pintu-pintu di dalam hati kita.


Ginilah, misal ada calon mahasiswa baru. Motivasi yang dia dapat dalam mengambil jurusan itu lebih cenderung setelah baca pengalaman orang dalam suatu jurusan, atau sekadar data informasi aja mengenai jurusan tersebut sih? Udah pasti, dari cerita pengalaman. Itu cuma hal-hal kecil aja.

Terus, apa hubungannya sama judul postingan ini? Pasti udah agak ketebak sih bahwa selain para blogger ini kudu kreatif dalam kolaborasi, juga tetep merhatanin bahkan ningkatin yang namanya pembawaan cerita, narasi dalam postingan. Bisa lah dikombinasi dengan video, desain yang mendukung, atau podcast, but still gitu kekuatan cerita dan narasi menjadi utama. Dan dari contoh-contoh yang telah saya sebutkan di atas, bukannya udah kesempatan banget buat blogger lebih semangat lagi dalam bercerita, dalam berkarya?

Karena, ya identitas blogger yang melekat memang sedemikian bikin bangga itu. Banggalah menjadi digital storyteller melalui blog, jangan pernah berhenti terlalu lama dan membiarkan blog kosong. Bayangin aja tentang banyak kemungkinan-kemungkinan seperti melalui tulisan aja kita bisa berbagi hal yang bermanfaat untuk orang lain, bisa menebarkan virus membaca lebih banyak, bisa menebarkan motivasi dan inspirasi padahal nggak ketemu secara langsung! Imagine, imagine, imagine! Hal kecil yang bisa berdampak, membuka wawasan atau bahkan perspektif baru! Terus nih misal, pernah punya mimpi jadi pembicara berawal dari blog? Jadi brand ambassador? Atau nulis buku dari blog? Atau malah jadi resolusi baru di tahun 2019 ini? Nah, kesempatan banget kan buat makin semangat nulis nyahaha!

Dan yang saya percayai, blogger itu nggak pernah asal nulis. I mean kalo yang udah bertahun-tahun. Saya percaya selalu ada tiga hal yang dibawa blogger dan harus selalu ditingkatkan, yaitu quality, value, dan trust yang saling berhubungan. Ada kualitas yang ditampilkan dan diekspresikan, ada nilai yang dibawa karena nulis pasti punya tujuan, dan kemudian ada kepercayaan yang dibangun dengan pembacanya, baik dalam bentuk interaksi maupun kejujuran.

Nah itu sih, berdasarkan apa yang saya lihat dan beberapa keresahan saya mengenai dunia blogging yang semengasyikannya ini. Bener-bener deh saya pengin ngeliat banyak potensi yang jadi prestasi dari para blogger ini. Salut, karena nyari ide sampai bikin postingan jadi itu bener-bener suatu proses yang bisa dikatakan lumayan lah apalagi kalau yang punya banyak kesibukan. Sekian pilih pilah, sunting hapus, atau malah ngendep jadi draft aja. Ya, jadi cerita lagi kan nyahaha. Berekspresi dan berbicaralah dengan lantang dan totalitas melalui menulis. Keeping on trials and errors through your dingy laptop maybe? Menulislah, berbagilah, mungkin kau akan lebih dari menemukan dirimu sendiri.

Jadi, apa ceritamu hari ini?
***

34 komentar

  1. Trims mba pencerahannya. Masih belajar nih soal Quality, value n trust

    BalasHapus
  2. Secanggih dan sekompleks dunia digital, tetap aku bangga banget jadi blogger.
    Kindly visit my blog: bukanbocahbiasa(dot)com

    BalasHapus
  3. quality, value, dan trust. tiga hal ini saya sepakat. Ngeblog itu tidak serecah yang dikatakan karena banyak hal bisa ditampilkan dan didapat termasuk mendapatkan tulisan dengan gaya bertutur dan sangat dekat dengan keseharian

    BalasHapus
  4. Quality, value, and trust. Noted.
    btw, I never feel insecure menjadi blogger. Somehow aku malah semakin addict dan bangga dengan blog, karena selalu menemukan tantangan untuk mengerti keinginan pembaca seperti apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo aku insecurenya sama blogger yang kondang macam Teh Di ini :D

      Hapus
    2. haeeeee siapa pula aku ini. Di atas langit masih ada langit. Aku hanya melalukan apa yang aku suka sekaligus memenuhi kebutuhan hidup. No need to feel insecure

      Hapus
    3. Wkwkw canda kooo, Teh Dian mah inspirasiku jugaaa :3

      Hapus
  5. Bener, penambahan poin cerita pada tulisan menjadi daya tarik tersendiri. Aku suka bgt baca tulisan yg bergaya telling story. Jd blogging menyenangkan jika smbil bercerita.

    BalasHapus
  6. Cerita hari ini kulapar belum sarapan, hahaha... Aku ya kadang mau cerita kaya orang2 yg berbobot gitu. Tapi hasilnya receh. Sejauh ini masih byk postingan receh daripada jobnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhehehe segera sarapan biar nambah energi buat ngeblog ya kak :) semangaaat

      Hapus
  7. banyak temen temenku sesama blogger yg sekarang udah berhenti nulis. ada yg bener2 berhenti ga ngisi blognya, ada yg beralih jd youtuber. kalo aku malah pengen sampe kapanpun tetap menulis. semogaaaa

    BalasHapus
  8. Jadi inget tahun 2011, suka bikin podcast cerita anak untuk konten blog cerita anak islam, yang sekarang udah nggak ada, tapi memang sreu lho membuat pdcast, dan waktu itu banyak orangtua yang unduh [odcast karena anak-anaknya suka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah alamat podcastnya apa tuh kak? Hihi stortel gitu kan ya ka

      Hapus
  9. Aku masih nulis hal receh kok. Sebisa mungkin, setiap kali ada post berbayar atau post yg dilombakan, harus dijeda dengan postingan curhatan. Biar pembaca merasa jati diri si empunya blog gak hilang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah tentu doooooong, biar masih kita yang mereka lihat hihi

      Hapus
  10. Aku masih mau baca lhoooo "tulisan receh" yang enggak "receh" :D
    Justru aku penikmat certa keseharian2 gtu. Rencananya 2019 ini aku mau memperbanyak cerita2 gtu, apa daya dari akhir tahun akunya ambruk jd pegang laptop semampunya, nyelesein kerjaan aja #curcol
    Semangat nulis "kisah receh"! #eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha kak April panutankuuuuh, ditunggu ceritanyah jugaa :3

      Hapus
  11. Aku tipe yang suka baca tulisan simpel tapi asik dibaca, bawaannya bakalan sarat makna, terkenang dan mengesankan. Tapi sering nge down karena tiba-tiba ada promosinya di bawah. Huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha jebakan betmen ya? Kalau versi lembut nyastra sih tetep suka ya walaupun itu trik juga kan

      Hapus
  12. Aku sendiri doyan menulis ala story telling gitu kak... tapi begitu ikut kelas SEO atau kelas menulis yang mengejar rating maka akhirnya ritem story tellingnya jadi kacau. dan jadi dilema berkepanjangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengin deh kolaborasi SEO sama storytelling, aku juga kalo nyEO pake cerita kurang dapet sih

      Hapus
  13. ini ga bisa nulis nama ya...

    hai aku fika mb... selamat mbak. masih ada semangat 4 lima buat menulis dengan value, dll..

    aku lagi kehilangan semangat itu. baca tulisanku aja aku males.. kayaknya kering hampa gitu.. bolehlah ya coba nulis yg ringan2 semacam 30haribercerita yang sering kubaca di instagram ataupun facebook teman teman.. pendek tapi cukup menarik karena dekat dengan keseharian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah hai kak Fikaaaa. Ayo mulai nulis lagi kak jangan terbawa males nanti ketinggalan banyak hihi semangat!

      Hapus
  14. Emang ya mbak pastiny kwhidupan kita tuh gak akan lepas dari yg namanya cerita dan bercerita.. Kalau kita ketwmu teman atau sahabat pun pasti ada aja yg diceritain. Ngeblog pun sama buatku selalu ada cerita yg bisa aku tuangkan ke dalam blog hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener teh Yesi, jadi pengingat juga toh nantinyaa

      Hapus
  15. Dulu aku memilih jurusan sekolah karena cerita dr kakak, hhaa
    Gak bisa dipungkiri story telling tuh bisa mensugesti orang lain dlm mengambil keputusan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jurusan apa kak nyahaha. Bener banget bisa nyugesti juga termasuk blog ini

      Hapus
    2. Betul nih! semangat harus terus dijalankan, karena kalo bukan dari diri kita sendiri siapa lagi? Hahhahaha

      Hapus

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.