Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Seharusnya
ini diposting awal November lalu, namun berhubung masih mencoba fokus sama UTS
dan kondisi nggak memungkinkan, jadinya tertunda, sangat lama. Baiklah, jadi, akhir
Oktober lalu saya ke Jogja, untuk kedua kalinya. Iya, saya memang jarang sekali
sengaja pergi ke suatu daerah cuma buat berlibur. Kemudian Jogja, seperti kata
Joko Pinurbo, Yogya terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan (tapi bagi saya
masih romantisan Jalan Karangwangkal dan sekitarnya, eaa). Kali ini saya bukan
ke Dalan Malioboro dan sekitarnya, melainkan ke bagian selatan Yogya, yaitu
Parangkusumo. Pantai, iya pantai.
Acara
yang saya ikuti adalah Tradisi Merpati Putih 2016. Sebelumnya saya sudah
menjelaskan sedikit tentang Pencak Silat Merpati Putih di postingan Merpati Putih Kolat Unsoed. Oiya, MP juga salah satu beladiri
yang digunakan oleh militer seperti Kopassus. Aduh ngomongin militer jadi
pengin jual jaket militer, mumpung masih booming gara-gara jaket militer bomber yang
dipakai Pak Jokowi. Skip. Jadi kayanya belum mantep nih sebagai anggota MP kalo
belum pernah ikut tradisi. Kenapa? Jadi tradisi ini merupakan acara tahunan MP
dalam mempertemukan semua anggota MP di Indonesia baik di seluruh bagian dunia
dalam bulan Suro. Well ya! Siapa yang
nggak mau ngerasain atmosfir kumpul bareng suatu komunitas gitu deh, pasti
penasaran? Absolutely yes! Sekedar
info juga berhubung ada temen saya yang kaget waktu saya ganti foto DP BBM
anggota MP dari Spanyol,namanya Mas Miguel, dan dia tanya; “Kok ada yang dari luar negeri?”. Well, jadi MP sebagai kesenian khas bela
diri asli Indonesia ini nggak cuma dipelajari sama orang-orang Indonesia, tapi
juga ada MP USA, Jepang, dan Belanda! Bangga pastinya!
Diawali
dari nekat, awalnya sempet ribet bingung teknis mau berangkatnya gimana karena
dari kolat sendiri yang ikut cuma dua, jadilah akhirnya nebeng sama kolat SMA 2
PWT. Asal nekatnya kuat mah pasti selalu ada jalan kok. Jumat sore abis UTS dan
ujan saya langsung ke SMADA, dari SMADA malemnya baru ke padepokan, bayar
registrasi 80rb. Baru setelah itu masuk ke jalanan menuju Jogja, sekitar 6 jam
baru nyampe, lumayan lama sih. But it was
okay, asyik juga ngeliatin jalan malem-malem. Begitu sampe langsung dipandu
ke penginapan setempat. Jadi biaya untuk tradisi kali ini 80rb pendaftaran,
60rb iuran transport, dan 20rb iuran penginapan.
Sabtu
paginya baru mulai acara Tradisi, dimulai pembukaan terus berangkat sama-sama
pakai truck ke pinggiran Sungai Opak untuk tabur bunga dan mengheningkan cipta
untuk pendahulu MP dan juga peserta Tradisi dan UKTNas yang gugur, sebagai lambang pembersihan diri peserta Tradisi dan bisa mengikuti acara
dengan lancar. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan mengitari Gunung Botak. Well, ini acara yang paling melelahkan,
saya juga belum sempat sarapan karena dikira pembukaan dulu belum langsung
acara. Jadi selama jalan nanjak, nggak pakai alas kaki tentunya, aspal panas
dan berkilo-kilo jauhnya di saat itulah saya merindukan tugas kuliah. Iya,
capek luar biasa, tapi nyampe juga kok, kan jalannya bareng-bareng. Dan juga
gosong bareng, betis rasanya mau meledak, namanya juga efek jarang olahraga.
Kemudian
sorenya ada acara menghantar matahari terbenam di Gumuk Pasir, sebagai
perenungan diri dan juga rasa syukur terhadap Tuhan YME atas nikmatNya.
Malamnya ada acara wejangan dan renungan malam. Sungguh, semua acara di Tradisi
2016 ini auranya sakral dan khidmat. Terutama di acara renungan, jadi bagaimana
dulu awal mula MP, senjata khas MP, tokoh-tokoh MP yang sudah mendahului. Heart-touching kalo boleh saya bilang.
Kemudian tengah malam ke pantai buat nafas pembersih. Baru pulang ke pondok
masing-masing.
Udah
pasti jadi sulit tidur kalo lagi bepergian, jadi malam syahdu di Yogya itu saya
habiskan dengan cara menikmati rasa pegalnya, rasa senengnya, karena besok
pasti udah balik dan UTS lagi,nggak di bawah langit Jogja lagi. Saya juga mampir ke Angkringan Mbah Jan, porsi
nasinya lebih banyak daripada yang di Purwokerto euy. Terus nih paginya ada
menyambut matahari terbit, sama di Gumuk Pasir, kali ini sebagai perwujudan
agar kita siap menyabut hari baru dengan total. Sesudahnya juga ada minum air
dari 7 sumber, melambangkan anggota MP yang berkumpul dari segala penjuru,
mengeratkan rasa persaudaraan. Kemudian penutupan, beli oleh-oleh, dan pulang.
Meninggalkan kampung silat Parangkusumo yang terik namun menarik.
Such was a greeeaaaaat day that day! Menyenangkan
rasanya meskipun sempet ketiduran di rumput pas wejangan, sertifikat salah cetak nama, juga malah jadi
sempet bikin puisi pas malem nafas pembersih gara-gara kondisi di pantai
berangin, gelap dan juga gerimis. Sastra banget ya haha, bisa dibaca di Pada Suatu Sore. Berada dalam satu
mobil dengan anak SMA juga nyenengin, mereka mudah sekali tertawa terhadap
hal-hal kecil, dan tertawanya lepas. Seakan lupa rasanya dulu pernah berada
fase tersebut. Oh iya, ada satu lagu pengiring video alm. Mas Poeng sebagai guru
besar Merpati Putih, yaitu Shera – Pulang Ke Rumah. Saya suka, berhubung
diputernya pas malem juga, Dan video-video yang diputar saat renungan malam
juga nggak ada di YouTube, so memang
dikhususkan untuk Tradisi. Jadi buat kamu yang anggota MP dan mungkin tahun
depan mau ikut Tradisi, please kindly contact
me! Biar kita ketemuan, atau buat kamu yang pengin ngerasain tradisi, ayo
gabung jadi anggota PPS Betako Merpati Putih di kolat-kolat terdekat.
Pengalaman yang kamu peroleh bakal banyak. See
ya!
***
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.