Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Apa yang lebih menakutkan
daripada tak memiliki tujuan hidup?
Adalah juga beberapa hal yang indah, yang berharga justru didapatkan dari hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan. Terkadang juga seperti pelintas waktu: Jika saya menjadi ini, saya hanya akan menjadi ini, akan jadi suatu masa saya juga akan berhenti. Seseorang pernah berkata kepada saya, bahwa tidak ada apa-apa di atas.
Adalah kehilangan diri sendiri.
Di dunia yang serba paradoks ini,
kadang saya berpikir sampai mules dan pusing sendiri, mana yang sebenarnya
benar atau salah, atau justru tak ada keduanya. Jadi, hari ini yang mana masih
masa liburan kuliah, saya membuka lemari lama yang isinya buku-buku jaman SMK.
Dalam tumpukan buku tersebut saya menemukan satu buku catatan yang isinya
sangat acak, beberapa istilah Akuntansi dan yang lainnya justru gambar,
kutipan-kutipan, puisi, hingga keinginan-keinginan. Saya memang suka
mencorat-coret secara random di buku manapun, dan dalam buku yang saya temukan
itu, saya merasa hidup.
Banyak orang yang terjebak dalam
waktu dan dunia yang mereka ciptakan sendiri, beberapa juga tak bisa lepas dari
masa lalu hingga mereka menua.
Dulu, saat saya ingin menjadi
seperti seseorang, yang mana saya pikir akan lebih baik daripada sebelumnya.
Namun, ketika sudah hampir sama saya merasa kehilangan diri sendiri, padahal
yang saya lakukan kemarin adalah mencari jati diri, kemudian muncul rasa takut
karena saya akan menjadi hal yang umum, hal yang biasa. Kemudian mana yang
baik, ditinggalkan atau justru dikembangkan?
Adalah juga beberapa hal yang indah, yang berharga justru didapatkan dari hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan. Terkadang juga seperti pelintas waktu: Jika saya menjadi ini, saya hanya akan menjadi ini, akan jadi suatu masa saya juga akan berhenti. Seseorang pernah berkata kepada saya, bahwa tidak ada apa-apa di atas.
Betapa hidup memang terdiri atas
pilihan-pilihan, bahkan tidak memilihpun juga memilih.
Bagaimana cara agar tidak
berhenti? Terus penasaran, bahkan jika merasa dalam ketidakjelasan, kebingungan, dan kegelisahan
yang membuatmu hidup, yang menjadi bagianmu. Karena pertarungan paling keras
memang justru melawan diri sendiri, apakah akhirnya bisa dealing atau tidak.
Saya pernah membaca, bahwa
sebetul-betulnya orang mati adalah saat ia dilupakan, atau, saat ia sudah
kehilangan diri sendiri. Banyak yang mati di usia 24 tahun, namun baru dikubur
pada umur 70 tahun. Di film Gie juga terdapat puisi yang dibacakan Nicholas
Saputra yang mana saya sangat suka suaranya mengatakan: “...Nasib terbaik adalah
tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah
umur tua.” Jadi kalau begitu, Gie memilih nasib
terbaik nomor dua.
Namun bagaimana jika nasib tersial justru reinkarnasi-kembali mengalami berbagai “kesakitan”, atau justru menjadi nasib terbaik karena justru merasakan indahnya lika-liku “perjuangan” yang cukup membuat pegal punggung? Atau justru nasib tersial adalah dilahirkan tapi mati muda, tapi tak banyak hal-hal atau rahasia-rahasia yang belum dipahami, dimengerti, dikuak?
Namun bagaimana jika nasib tersial justru reinkarnasi-kembali mengalami berbagai “kesakitan”, atau justru menjadi nasib terbaik karena justru merasakan indahnya lika-liku “perjuangan” yang cukup membuat pegal punggung? Atau justru nasib tersial adalah dilahirkan tapi mati muda, tapi tak banyak hal-hal atau rahasia-rahasia yang belum dipahami, dimengerti, dikuak?
Sungguh postingan
ini banyak pertanyaan. Tetap gilalah agar tetap waras.
***
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.