Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Pernah
pada suatu masa saya bingung ketika diberi pertanyaan “seperti apakah
kamu?” atau “bagaimana kamu mendefinisikan dirimu sendiri?” Mungkin,
dalam lingkup melamar pekerjaan maupun profesional lainnya dengan mudah
menjawab “saya menyukai tantangan, detail oriented, dan monofokus”. Namun, apakah hanya sebatas itu? Meskipun saya yakin sikap
dari kerja keras, cepat belajar, dan senang belajar adalah proses
bertahun-tahun dan tak mudah, namun sekali lagi “sudah sampai manakah
siapa jiwa kita?”
cr: unsplash |
Dulu,
saya menganut prinsip menampilkan diri saya yang sebenar-benarnya pada
semua orang tanpa tabir apapun. Perkara suka atau sebaliknya, menjadi
urusan nomor ke sekian. Saya pernah sebegitu naifnya hal tersebut akan
membawa saya menemukan yang namanya teman, sahabat, atau bahkan mungkin
pasangan sejati kelak. Karena saya juga berpikir akan lebih mudah
menyeleksi siapa yang tinggal dan siapa yang tanggal. Sampai pada
akhirnya saya menyadari bahwa kita tak selamanya bisa menampilkan siapa
sejatinya diri kita pada umum. Bukan hipokrit, namun lebih ke menekankan
fungsi dan menyeimbangkan porsi — menempatkan diri.
Memahami,
mengolah, dan menerapkan batasan-batasan mungkin menjadi pilihan. Pada
masa kecil kita akrab dengan nilai-nilai yang diberikan secara
berulang-ulang seperti: kejujuran, tanggung jawab, keramahan, sifat
rendah diri, kesabaran dan hal-hal yang dibangun untuk membantuk
personality. Kala muda tersebut kita tak akan mengerti fungsi secara
penuh atau sekadar pada lingkup: cara berteman dan cara menghormati yang
lebih tua.
Konsep-konsep
kemanusiaan tersebut juga masih belum saya pahami hingga usia
duapuluhan sekarang. Bedanya, saya belum paham konsep-konsep kemanusiaan
itu sendiri, menjadi manusia, memilih makna-makna. Bagaimana sebentuk
pikiran dan tubuh begitu banyak melakukan banyak hal — melahirkan ide,
melahirkan gagasan, atau bahkan hal-hal buruk di luar nalar. Emosi yang
menggebu-nggebu, pikiran yang sengaja dimatikan dalam lelap yang
disengaja, menganalisis perilaku, menulis keseharian, memahami interaksi
dan hubungan dengan orang lain.
Banyak
pertanyaan yang belum terjawab, pun karena jawaban tersebut juga
memiliki kemungkinan dalam ketidakpastian. Terkadang saya ingin sekali
mengumpulkan manusia-manusia terdahulu dalam mengisi kehidupan mereka,
masa-masa belum lahir banyak hal baru atau pra modern. Namun jika
ditelisik, dahulu maupun sekarang sama-sama memiliki pola, atau
kesamaan. Mungkin suatu saat manusia akan benar-benar rindu menjadi
manusia, kala pribadi sudah hampir menjadi robot — individu nir-rasa
dengan meloncat target satu dan ke yang lainnya. Tujuannya satu: meraih
kebahagiaan sejati, semuanya, tanpa terkecuali. Capailah titik-titik
tersebut, masuki ruang-ruang tersebut.
Berbahagialah, jangan menyerah, dan jangan berhenti pada apa yang terus membuatmu ingin selalu bertanya. Tetaplah antusias, dan ciptakan cerita-cerita menyenangkan itu.
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.