Di hadapanku kini sekarang ada sosok diri sendiri. Pertama kuucapkan selamat terlebih dahulu akan kemenangan kecil kemarin sore. Sosok di hadapanku itu akhirnya telah rampung menyelesaikan perasaan yang mengikat terhadap sesuatu yang pernah ada di masa lalu.
credit: Free-Photos, pixabay |
Ah betul, waktu yang cukup lama namun pada akhirnya lega bukan? Maka dari itu, kemenangan kecil ini pantas untuk dirayakan. Namun sosok di hadapanku masih diselimuti ragu, dan aku tahu penyebabnya.
Kemenangan kecil tersebut membawanya pada satu
pertanyaan pada dirinya sendiri, pertanyaan yang tak pernah terpikirkan sama
sekali. Pertanyaan itu berbunyi "Nah, kamu sudah bisa lho melepaskan
orang di masa lalu, dan kamu sekarang sudah lebih sadar akan perasaan diri
sendiri. Namun, mengapa kamu masih belum rela melepaskan diri sendiri di masa
lalu dan terus dibawa sampai sekarang?"
Sosok di hadapanku berlinangan air mata, namun
tak sesenggukan. Aku tahu ia berusaha keras menahan, namun aku tahu hatinya
sedang sakit. Maka sebagai sahabat yang baik, aku berkata padanya
"Hei, kamu bisa merasakan nyaman karena
hanya mengingat hal baik di masa lalu. Namun lihat sekarang? Meski terlihat
babak belur, aku bangga karena caramu berpikir dan menyikapi hal-hal sudah jauh
lebih bijaksana."
Sosok di hadapaku itu termangu, dan aku
melanjutkan kata-kataku:
"Katamu, kamu ingin hidup panjang dan
melihat banyak hal. Jadi, tak apa-apa ya kalau nggak keturutan semuanya
sekarang, nggak apa-apa ya kalau tak seperti orang lain. Nanti kamu ada
waktunya sendiri. Aku akan bersama kamu terus di sini, kalau kamu ingin
bercerita."
Kemudian barulah tumpah tangis sosok di hadapanku
itu, padahal ia yang menangis, namun aku turut lega. Aku menepuk-nepuk
pundaknya sambil berkata lagi:
"Aku tahu, ini waktu-waktu yang masih sulit
untukmu. Namun, setelah semua yang kamu lalui, hidup ternyata lebih mudah ya
jika kita tak menghitung apa yang sudah terjadi, apa yang sudah kita lalui, dan
segala yang membuat beban. Memang, ada beberapa hal yang harus diselesaikan,
diterima, kemudian diletakkan pada tempatnya. Kamu sudah lelah denial bukan?
Lelah bukan mempertanyakan "kenapa" pada hal yang sama?"
Sosok di hadapanku masih terdiam, namun aku tahu
ia sudah jaaaaauh lebih baik. Karena waktuku tak banyak, maka kukatakan padanya
lagi:
"Baiklah. Okay? Jangan menyerah sama diri
sendiri, jangan sampai kamu terlalu lelah mencari nasihat sana-sini, namun
sinar hatimu yang paling jujur malah redup. Sampai jumpa lagi, nanti kita
bertemu ya. Sekali lagi, selamat atas kemenangan kecilmu!"
***
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.