Koala Kumal (REVIEW)

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]



Judul Buku : Koala Kumal
Penulis : Raditya Dika (sampai saat tulisan ini diposting, statusnya masih belum nikah)
Editor : Windy Ariestanty
Penyelaras aksara : Resita Wahyu Febiratri
Penata letak : Gita Ramayudha
Ilustrator isi : Sweta Kartika
Desainer sampul : Levina Lesmana
Ilustrator sampul : Adriano Rudiman & Levina Lesmana
Fotografer : Sardo Michael
Jumlah halaman : x+250 hlm
Genre : Komedi, kumcer
ISBN : 979-780-769-X
Penerbit : Gagas Media
Harga : Rp 59.500,00

Sinopsis :

Selain main perang-perangan, gue, Dodo, dan Bahri juga suka berjemur di atas mobil tua warna merah yang sering diparkir di pinggir sungai samping kompleks.

Formasinya selalu sama : Bahri dan gue tiduran di atap mobil, sedangkan Dodo, seperti biasa, agak terbuang, di atas bagasi.

Kadang kami tiduran selama setengah jam. Kadang, kalau cuaca lagi sangat terik, bisa sampai dua jam. Kalau cuacanya lagi sejuk dan tidak terlalu terik, kami biasanya sama-sama menatap ke arah matahari, memandangi langit sambil tiduran.

Kalau sudah begini, Bahri menaruh kedua tangannya
di belakang kepala, sambil tiduran dia berkata,
‘Rasanya kayak di Miami, ya?’
‘Iya,’ jawab gue.
‘Iya,’ jawab Dodo.
Kami bertiga gak ada yang pernah ke Miami.



Koala kumal adalah buku komedi yang menceritakan pengalaman Raditya Dika dari mulai jurit malam SMP yang berakhir dengan kekacauan sampai bertemu perempuan yang mahir bermain tombak. Seluruh cerita di dalamnya berasal dari kisah nyata.
  ***
“’Yang jelas, orang setelah mengalami patah hati hebat akan berubah.’” (hlm. 207)

                Akhirnya, kesampean juga baca Koala Kumal yang udah terbit dari Januari lalu, ini juga pinjem, terimakasih Aidzina Nur Fitriani, langsung abis dibaca setelah pengumuman kelulusan. Nah buku ketujuh Raditya Dika ini mengambil tema patah hati, masih diselingi humor khas Radit, namun dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya, humornya agak memudar, ya, mungkin saja faktor umurnya, makin kesini makin banyak pengalamannya dan lebih dewasa, apalagi tentang patah hati, jadi buku ini memang sedikit mellow. Ya gitu sih, saya bacanya mulai jam 5 sore dan selese jam 11 malem disambi makan, nonton tv, mandi dan lainnya. Horror juga pas baca bagian jurit malam, untung nggak beneran. Dan pas lagi sepi-sepinya malem, detik jam aja kedengeran dan pas saat itu juga baca bagian cerita Trisna, patah hati terhebatnya berhasil membuat saya merasakannya sedikit. Perih ya, Tris. Nggak cuma patah hati si Trisna aja, tapi saat Trisna cerita saat jatuh cinta dan bilang “Cinta itu ternyata faktor motivasi yang mujarab” membuat saya flashback beberapa tahun ke belakang, iya, saya pernah mengalami suka sama temen dan nilai saya jadi naik, orang ketemu motivasi tiap hari kok, siapa yang nggak semangat. Sekarang sih nggak ada, makanya nggak lolos SNMPTN.  Buku ini juga bikin saya laper, beberapa kali nyebutin nama makanan, baca buku dalam keadaan laper juga salah ternyata.

                Dari semua buku Raditya Dika, saya pribadi masih suka Manusia Setengah Salmon. Cuma buku itu doang yang bikin saya ketawa berulang-ulang. Satu hal yang saya tunggu-tunggu dari buku Raditya Dika, pasti dia mengikutsertakan Harry Potter dibukunya, dan setelah lembar demi lembar, akhirnya ada juga. Ada juga ilustrasi-ilustrasi komik yang membuat buku menjadi lebih hidup. Ada satu kutipan sayang saya sukai  “..menurut dia Bali, setelah satu bulan ditempati, menjadi tempat yang ‘sama aja kayak Jakarta’.”, saya jadi ingat, banyak orang yang suka Jogja, saya sendiri juga suka, bahkan beberapa sampai ada yang menetap disana. Kadang, saya mikir, Jogja biarlah menjadi Jogja, yang jika kita kunjungi, kita nggak bakal bosen, kalo semua orang tinggal di Jogja semua, ya lama-lama jadi biasa aja. Nah lanjut, buku ini juga masih menceritakan pengalaman Radit saat sekolah yang ternyata ambil ekstrakulikuler PMR (sama bang!) sampai proyek Malam Minggu Miko.

                Dari segi percetakannya sih, saya nemu kata typo di halaman 46 dan 139 yaitu jomlo, mungkin harusnya jomblo kali ya. Apakah editornya jomblo? Halaman 206 kurang spasi di Trisnamengangguk. Dan pembatas bukunya lucu, terlalu lucu buat jadi pembatas buku, penginnya sih ditempelin di kaca lemari, tapi kan bukan milik sendiri. Makanya, beli dong.

                Buku ini cocok dibaca buat orang yang terlalu terpuruk dalam menghadapi patah hati. Patah hati itu pembelajaran, gaes. Dengan patah hati kita tumbuh, kita belajar, kita dewasa, kita termotivasi. Kita bakal terpuruk, lalu bangkit lagi, tepuruk, lalu bangkit lagi. Jangan pernah menyerah bangkit, dan di setiap bangkit, kita akan bertambah semakin kuat. Abis baca buku Koala Kumal, boleh juga dengerin puisinya Radit yang judulnya Kepada Orang Yang Baru Patah Hati di YouTube. Jika Koala Kumal digabung dengan buku Raditya Dika sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa alay dan patah hati adalah proses pendewasaan.

Thanks to : Aidzina Nur Fitriani.

Tidak ada komentar

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.