Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Mengingat masa-masa SD
begitu menyenangkan, 6 tahun menggunakan merah-putih sekarang terasa begitu
cepat dan sekilas bayangan saja. Disinilah, kita mempelajari Pendidikan
Kewarganegaraan dalam level 'easy'
karena belum memikirkan negara atau pelajaran Matematika yang tak serumit
merakit bom bunuh diri.
Saat saya SD,
pagi-pagi sebelum pelajaran dimulai saya dan teman-teman saya bermain di
halaman sekolah. Ramai dan asyik, bahkan tak jarang anak laki-laki pun ikut
memeriahkan, sekedar mencari keringat lewat petak umpet, kejar-kejaran,
patung-patungan, kucing-kucingan ataupun gobag sodor. Rasanya ada yang kurang
kalo belum keringetan. Hal tersebutpun bukan hanya dilakukan saat pagi hari,
namun pada istirahat atau dilanjutkan saat pulang sekolah. Bahkan saat libur
permainan lebih seru dengan mandi di kali, meniru tokoh Bolang, bakar ketela
dan pisang lalu dimakan. Kita juga sering main tanpa alas kaki di kebun, nggak
takut bau, nggak takut panas, nggak takut keringetan. Kalo sekarang sih, pada
ketik-ketik gadget, ngintip profile
mantan gebetan. Dan juga dimana-mana cekrek. Hahaha. Bukan saya loh.
Jika tiba waktu
istirahat dan terlalu terik untuk bermain di luar, biasanya anak perempuan
bermain permainan pulpen dan kertas, contohnya seperti ini :
1. Membaca Tangan Jodoh.
Jadi, nanti kita
menggambar tangan dibuku sesuai tangan kita, di cap gitu. Lalu tiap jari dibagi
tiga bagian. Jempol untuk jumlah anak, telunjuk untuk nama calon suami, jari
tengah untuk destinasi bulan madu, jari manis untuk kendaraan saat bulan madu,
dan kelingking untuk status keluarga (miskin, kaya atau sederhana).
Masing-masing dituliskan inisialnya, lalu nanti ada anak yang menulis turus
sampai anak yang mau menikah(?) bilang "Stop!", lalu dihitung dari
jempol, begitu seterusnya hingga tersisa satu setiap jari. Seperti diatas
misalnya, Shinta akan menikah dengan Parto bulan madunya di Lombok naik kereta
punya anak 2 dan mereka keluarga sederhana.
Contoh hasil akhir |
2. Kalkulator Cinta Manual.
Nah, namanya juga anak
perempuan masih SD, entah siapa yang mengajari permainan ini. Masih dalam tahap
jodoh-jodohan dengan suami masa depan. Permainan ini dengan cara menuliskan
nama anak perempuan dan nama anak laki-laki yang akan dihitung berapa kadar
kecocokannya. Untuk lebih lengkapnya, lihat gambar.
Lalu dihitung berapa
jumlah huruf keduanya, misal pada diatas R ada 4 dari UMI MA(R)FA dan HA(R)(R)Y
POTTE(R). Jika sudah, dihitung satu persatu secara menurun sampai terjadilah
jumlah kecocokan sampai paling akhir. Dan misal ada seperti 6 + 7 maka dicatat
angka belakangnya saja, dari 13 menjadi 3. Kalo dipikir-pikir, dengan cara ini
tak ada yang bisa mencapai 100%.
3. Permainan Alfabet
Ini juga nggak kalah
seru. Jadi, pada mulanya, dibuat kolom seperti dibawah untuk masing-masing anak
(bisa dimainkan berkelompok).
Lalu semua anak
seperti hompimpa tapi jari-jari menunjukan angka, dari satu sampai sepuluh atau
lima. Kemudian dihitung, misal jumlahnya 21 maka huruf yang harus dicari adalah
U, masing-masing anak menuliskan pada kertasnya. Jika sudah menulis semuanya,
lalu dicocokan, jika masing-masing berbeda nama/jenis mendapat nilai 100, jika
ada yang kembar nilai 50, lalu nanti ditotal siapa yang paling banyak dialah
sang juara.
4. MotoGP Kertas.
Anak laki-laki boleh
punya Tamiya, anak perempuan juga bisa. Caranya, di bikin dulu rutenya. Bebas
mau sepanjang apa, sepanjang saya susah move on dari Anda juga nggak papa.
Terus dibikin dua titik di garis awal. Suit. Lalu tekan ujung pulpen dan dorong. Cek gambar gi:
Memainkan ketiga
permainan diatas tak pernah membosankan. Oh ya, surat cinta pertama saya
dapatkan sewaktu kelas 4 disepatu saat saya tinggal dikelas, dan sampai
sekarang tak tau yang mengirim. Skip. Jadi, apa permainan masa SD favoritmu?
Atau tertarik mencoba permainan diatas?
Sumber foto : Dokumen pribadi, sangat rahasia.
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.