Nah, abis baca keseruan student
exchangenya Bang Reza di Jepang, sekarang giliran pengalaman Kak Yogi Adi
Prasetya. Kebetulan banget nih Kak Yogi satu daerah sama saya, juga alumni univ
saya. Widih, bangga banget dong. Penasaran nggak? Beda nggak sih sama
beasiswa-beasiswa di LPDP atau Erasmus Mundus. Langsung aja nih:
YOGI ADI
PRASETYA
S1 Teknik
Geologi
S2 Petrology
and Volcanology, Department Earth and Planetary Sciences Program Global 30
Volcanologist Project - Kyushu University
Marfa : Halo Kak Yogi, pertama,
kenapa memilih Jepang? Lalu bagaimana Kak Yogi memelajari bahasanya?
Yogi : Karena saya suka
Jepang, dan Jepang adalah negara yang aman dan tidak pernah ada masalah, jadi
saya pikir tempat yang ideal untuk kuliah. Saya berangkat ke Jepang dengan
kemampuan bahasa Jepang nol besar, jd cuma modal bahasa inggris, tapi di kampus
ada kelas bahasa Jepang gratis untuk mahasiswa internasional.
Marfa : Lalu, bisa dijelaskan
bagaimana perbedaan kuliah di Jepang sama Eropa?
Yogi : Jadi mencari Professor
dulu itu emang model kuliah di Jepang, saya waktu daftar kuliah dokumen dikirim
ke professor saya, dan professor saya meneruskan ke bagian kantornya. Di Jepang
model kuliahnya adalah base on research,
jadi kuliah di kelas sedikit dan dari awal semester kita sudah dituntut untuk
mulai riset.
Marfa : Jadi professornya
nantinya akan jadi semacam dosen pembimbing begitu, Kak?
Yogi : Iyaa, kita akan diguide sama professor dari awal kuliah
sampai lulus, dan ketika lulus si professor harus presentasi ke pihak universitas
dan bertanggung jawab dengan apa yang sudah dihasilkan mahasiswanya.
Marfa : Ambil master di sana
kakak mandiri atau pakai beasiswa?
Yogi : Alhamdulillah pakai
beasiswa, dapetnya dari kampus Kyushu.
Marfa : Jadi beasiswa dari
kampus yang dituju ya Kak, bukan dari dalam negeri? Lalu, pertama datang ke
Jepang, apa yang dirasakan Kak Yogi? Hambatan apa yang ada di sana dan
bagaimana cara Kak Yogi menghandle hambatan tersebut?
Yogi : Iya bukan dari dalam
negeri. Seneng pasti, kalau kendala cuma bahasa aja.
Marfa : Tapi kalo misal belum
fasih dan ngerjain tugas misalnya dalam bahasa Jepang masih grammatical error, itu bagaimana?
Yogi : Nggak papa, orang
Jepang menghargai kalo salah, karena belajar, walaupun kita cuma tau satu dua
kata, dan struktur bahasa jepang nggak kaya bahasa Inggris, jadi grammar berantakan nggak akan merubah
artinya, beda kan kalo bahasa Inggris, grammar
salah dikit artinya aneh.
IG: prasetya_yogi
Marfa : Oree menarik sekali, pasti
jadi punya tantangan lebih ya. Bisa disimpulkan Kak Yogi ini berani ‘nekat’ ke
Jepang nih, asal berani melangkah dan yakin pasti selalu ada jalannya. Nah,
terus kalau masalah makanan halal bagaimana Kak?
Yogi : Iya emang agak nekat,
karena bahasa Inggris juga pas-pasan, alhamdulillah Fukuoka kota besar dan
penduduk muslimnya lumayan, jadi ada mesjid yang jaraknya 1 jam dari kampus,
dan banyak tersedia makanan halal dan toko yang jual daging halal.
Marfa : So far makanan yang paling enak di Jepang apa nih, Kak?
Yogi : Kalau makanan jepang
yang enak udon, banyak yang belum dicobain di sini kaya takoyaki sama ramen
karena belum nemu yang halal.
Marfa : Laluuuu, persiapan apa
saja yang Kak Yogi lakukan dari awaaaaal banget sampai akhirnya menginjakan
kaki di Jepang?
Yogi : Yang di lakukan
belajar bahasa Inggris dulu, tapi cuma sebulan di Pare, habis itu tanya-tanya
gimana cara kuliah ke Jepang sama teman yang udah ke Jepang.
Marfa : Menurut Kak Yogi,
kunci biar mantap ambil study di luar
negeri itu apa sih? Dan harapan atau rencana apa setelah kakak lulus, apakah
mencari pekerjaan di Jepang atau mengaplikasikan ilmunya di Indonesia?
Yogi : Harus punya kemauan yang keras, dan attitude
yang baik, karena setelah saya sampai sini saya melihat banyak orang
bertanya bagaimana cara kuliah ke Jepang, bagaimana cara mencari professor dll,
attitude mereka masih kurang, bahkan untuk menyusun pertanyaan
sederhana.Harapannya saya kepengin kembali ke Unsoed dan ngajar.
Marfa : Wah siaaap kapten! Waduh, bisa
dicontohkan kak attitude yang kurang baik itu?
Yogi : Attitude yang nggak baik contohnya kalau kuliah ke luar negeri cuma
buat gaya-gayaan doang, apalagi buat gengsi doang. Karena ada 2 jenis orang
yang kuliah ke luar negeri. Pertama orang yang memang karena cinta dengan ilmunya atau orang yang ingin meninggikan derajatnya di mata manusia.
Marfa : Lalu, pernahkah Kak
Yogi mengunjungi atau bahkan mempelajari kebudayaan Jepang?
Yogi : Kalau belajar
kebudayaan juga belum pernah, tapi pernah berwisata ke Fukuoka Castle yang
merupakan bangunan bersejarah Fukuoka dan Nanzoin Temple, yang merupakan tempat
sembahyang umat budha.
Marfa : Baik Kak Yogi, terima
kasih telah menyediakan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya,
semoga sukses study di Jepang. Satu
lagi, Kak. Ada pesan apa untuk mahasiswa yang sedang berusaha untuk bisa study
di luar negeri?
Yogi :
Pesannya, cintai ilmu kalian, kalau mau studi ke luar negeri prosesnya tidak
singkat, jadi harus serius, jangan
sampai semangatnya kendor, dan jangan lupa berdoa karena usaha tanpa doa akan sia-sia.
***
See? Akhirnya dapet pengetahuan baru lagi, bahwa ini, itu, ini, itu. Bermimpilah, lalu wujudkan. Berusahalah, juga berdoa. Dimana letak asyiknya? Perjuangan-perjuanganmu itu.
Write a comment
Posting Komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.