Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Dalam hidup,
kita sebagai manusia tak lepas dari masa pencarian identitas atau jati diri.
Langkah demi langkah diambil untuk menjawab segala pertanyaan yang memenuhi
ruang isi kepala, begitu juga oleh Dr. Arroway dalam film Contact. Pada masa
kecil yang dipanggilnya Sparks, Arroway melakukan percobaan komunikasi melalui
transmiter radio ke berbagai tempat sampai pada akhirnya menemukan sinyal di
titik koordinat luar bumi pada saat usia dewasa.
Perjalanannya
tentu tak mulus, dimulai dari pencarian dana dan juga menyakinkan pihak
pemerintah. Setelah berita sinyal dari kehidupan di luar bumi tersebar,
penduduk Amerika gempar dengan pro dan kontranya. Berbagai kelompok dari
masyarakat mendatangi tempat di mana Arroway mendapatkan sinyal demi mengikuti
kelanjutan dari kegiatan tersebut. Kelompok tersebut terdiri dari fanatik,
agama, maupun kelompok-kelopmpok kecil yang masyarakat tak akan berpikir
keeksistensiannya namun nyatanya ada. Kelompok tersebut mayoritas terdiri dari
yang memercayai ada kehidupan di luar bumi demi kebaikan bumi itu sendiri,
maupun yang menentang karena dipercaya akan menimbulkan kerusakan dalam bumi
itu sendiri.
Yang menarik
dalam film science fiction ini
sendiri adalah memasukan berbagai aspek dalam kehidupan namun tak memihak.
Keyakinan, politik, agama, idealisme dipadu menjadi satu dalam area paradoks—tak
ada yang benar maupun salah. Setelah Dr. Arroway memahami pola sinyal dan
mendapatkan rumus matematika yang rumit untuk membuat mesin penjelajah waktu ke
bintang bernama Vega, dia sebagai kandidat penumpang diwajibkan melakukan
serangkaian tes. Tes terakhir yang membuatnya gagal adalah pertanyaan tentang
keberadaan Tuhan. Dalam film itu, “haram” hukumnya sekalipun seorang ilmuwan
berangkat ke luar angkasa karena tak memercayai adanya Tuhan.
Hal ironi kedua
dalam film ini adalah penyebutan bagaimana di dunia ini, idealisme hadir
sebagai keuntungan yang diambil dan bukan sebagai sesuatu yang dihargai. Dalam
dunia nyata kita juga dapat melihat banyaknya potensi yang dimiliki oleh
individu namun seringkali disalahgunakan. Kalah dalam perjalanan karena
kurangnya “modal” atau permainan politik. Dan individu atau kelompok ini tak
akan mati, justru tetap hidup dengan cara mereka sendiri sekalipun tak ada
pengakuan.
Kendati
demikian, Dr. Arroway berhasil berangkat pada kesempatan kedua. Mengalami
perbedaan waktu 18 jam dengan waktu sekejap di Bumi membuatnya kecewa bahwa
alam semesta memang luas adanya dan tak dapat direkam dengan kata-kata.
Sayangnya, ia tak dapat membawa bukti apapun dalam perjalanan “spiritual”nya
tersebut. Hal-hal tanpa bukti tentu saja tak dapat berterima, namun apakah perjuangan
idealisme Dr. Arroway dari kecil dinilai gagal? Jawabannya ada dalam kita
sendiri.
Film ini memberi
setidaknya gambaran bahwa alam semesta yang tak dapat dikira-kira luasnya ini
menyimpan begitu banyak misteri. Alam semesta yang mungkin terdiri dari
lapis-lapis yang begitu banyak dan tak dapat diterima akal manusia. Lapis-lapis
tersebut mengingatkan pada diri manusia yang kendati diri sendiri merasa sudah
sangat mengenal, ternyata masih banyak hal yang bisa ditemukan melalui
pertanyaan-pertanyaan. Lantas kita sebagai manusia, apakah hanya akan
seterusnya peduli tentang “keakuan” mereka sendiri?
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.