Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Writerpreneur dengan tema Accelerate memasuki hari ke dua.
Dinamakan Accelerate karena memang
tujuannya untuk tingkat lanjut bagi penulis-penulis yang berkembang dan akan diupgrade. Hari kedua ini (Rabu, 26 Juni
2019) ada Khrisna Pabichara dan Pidi Baiq, kemudian malamnya juga ada Kirana
Kejora lagi.
Nggak nyangka juga dulu cuma jadi
peserta lomba blog yang dijuriin Khrisna sekarang malah mata kuliah Bahasa
Indonesia secara langsung! Tema yang dibawakan sendiri yaitu Senjata Novelis Bernama Bahasa Indonesia,
emang bener banget pas butuh pengetahuan Bahasa Indonesia secara lebih dan ada
mentornya langsung. Bener-bener banyak pengetahuan baru yang didapat, dan
penggunaan Bahasa Indonesia yang masih salah dan ternyata selama ini kurang
banget. Hayo, siapa yang nggak peduli dan asal nulis juga padahal ejaanya
salah? Terus nggak cuma bahasa Bahasa Indonesia aja tapi bahas tentang
mengarang juga. Menurut Khrisna,
mengarang ini jangan langsung dikasih semuanya kejutan ke pembaca. Ada
tekniknya yaitu teknik tarik ulur—biar pembaca penasaran, biar pembaca menjadi
bagian dalam cerita.
Kemudian, pakai nada irama buat
selingan sebelum tulisan yang panjang. Alias buat penarik lagi buat pembaca.
Misalnya kalau dari Khrisna nih:
Bikin quotable banget nggak? Nah, kata-kata di atas kan sebenernya
sederhana tuh, nggak yang puitis banget namun ketika dipadukan sedemikian rupa
jadilah: MAGIC!
Hal kedua yang didapat dari
Khrisna adalah tentang penulis. Menurutnya penulis adalah penulis yang selalu
menulis dan berlatih. Sikap mental diperlukan di sini, seirama dengan pendapat
Kirana Kejora juga karena saat penulis merasa dirinya lebih tinggi—maka sudah
hilang gelar penulis tersebut. Butuh disiplin yang tinggi, dan juga komitmen.
Nah buat temen-temen nih yang
pengin upgrade pengetahuan Bahasa
Indonesianya juga, nggak usah khawatir belajar dari mana. Di daeng Khrisna ini
sendiri ada buku dengan judul Kita,
Kata, dan Cinta yang mana di belakangnya banyak glosarium padanan kata.
Jadi nggak cuma pakai kata itu-itu aja. Well
ini bukan promosi sih, bener-bener rekomendasi karena buku tersebut
prosesnya 10tahun! Worth banget kalau
dipunyai. Bisa juga diikuti akun Twitternya, jadi hampir-hampir kaya Uda Ivan
Lanin sih—ya dari pada cuma scrolling nggak
berfaedah hehe.
PIDI BAIQ: Menulis Karena Boleh
Abis serius-seriusan sama Daeng
Khrisna, saatnya asyik-asyikan sama Ayah Pidi. Eh bentar ini seneng gila bisa
ketemu langsung sama ayahnya Dilan! Nah di sini Ayah sharing-sharing aja sih jadi kalau ada yang nanya, kemudian dijawab
dengan cerita. Khas Pidi Baiq, jadi refleksi yang Ayah tulis sama kenyataan ya
sama aja. Saya juga penasaran sih proses kreatif sama orang seunik Ayah Pidi
ini gimana. Emang beneran jadi unik itu susah ya, ada beberapa yang nyoba
kemudian kembali ke jalur normal lagi. Emang kayanya kalau unik itu asalnya
bawaan jiwa, nggak dibuat-buat, salah satunya Ayah Pidi ini.
Insight dari Pidi Baiq ini yaitu:
“Kreativitas itu sederhana, keinginan kita jadi keren, itu membuat
jadi ribet”
Ayah Pidi juga bilang kamu selama
ini berkarya itu buat apa, buat duit, buat mengikuti pasar? Kurang totalitas
itu. Langsung menohok, ya bener juga sih apalagi jaman sekarang kok rasanya
emang harus mengikuti ini itu, monetisasi ini itu. Jadi kangen masa-masa 2014
di mana bebas berkarya dan berekspresi. Kalau Ayah Pidi ini emang udah
menjadikan karya sebagai bagian dari hidupnya, dan tujuannya emang menjadi
manusia yang bebas dari segala kontrol. Nah apa yang dibilang ini tentu saja
punya dasar, menurut Ayah: berkaryalah sesuai dengan kapasitas diri, dan jangan
mau dipermainkan hidup.
Ah, keren emang! Orang yang truly being himself, yang sejati. Dari pada penulis, sebenernya
beliau ini lebih suka berkebun juga. Perjalanan-perjalanan hidup Ayah Pidi
inilah yang membuatnya jadi waspada akan hidup, pengamat pola, dan tidak ambis
mengejar-ngejar. Hal terakhir yang disampaikan yaitu kamu punya banyak hal dan semangat itu biasa, namun jika kamu TIDAK
PUNYA APA-APA NAMUN TETAP SEMANGAT, ITU LUAR BIASA! Duh, kayanya kalau
ngomongin hidup di The Panas Dalam enak nih. Kalau yang saya dapat dari Ayah
Pidi sih, nggak penting jumlah bukumu ada berapa—namun jiwamu yang kamu letakan
di mana saja.
Baca juga postingan sebelumnya yuk: Bekraf Workshop Writerpreneur Bogor 2019: Menulis, Mengudara, dan Mengakar
Baca juga postingan sebelumnya yuk: Bekraf Workshop Writerpreneur Bogor 2019: Menulis, Mengudara, dan Mengakar
Acara kemudian dilanjut malamnya
oleh Kirana Kejora lagi dari sore sampai malam. Ajang buat masing-masing penulis ditinjau bukunya oleh Kirana Kejora, dikasih masukan. Lebih ke penting loh ternyata ngasih satu atau dua kalimat pertama di halaman atau di kover buku selain sinopsis. Yang nantinya jadi penentu buat apakah pembaca akan melanjutkan membaca atau menutup buku. Yang paling penting juga selain judul adalah tagline, dan gunakan kata-kata yang menghipnotis. Terakhir di sesi hari tersebut, ada 3 hal yang saya dapat. Yaitu: jangan pernah khawatir akan nasib bukumu,
jangan pernah menulis karena dendam, dan percaya bahwa bukumu akan menembus ke
masa depan bukan hanya untuk kamu namun juga pembacamu. Makanya, jangan
hanya mengudara namun juga mengakar dengan bukan hanya memiliki sayap-sayap yang akan menyelamatkanmu di penerbangan, namun sirip-sirip penyelamat.
Sampai jumpa di postingan yang
ketiga, pssst, ada JIA EFFENDI dan AGUSTINUS WIBOWO loh! Bisa dibaca di Bekraf Workshop Writerpreneur Bogor 2019: Menulis, Perjalanan, dan Perenungan Makna
Beneran deh aselik kita ini orang Indonesia tapi kadang nulis suka belum benar dan sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar yaa.
BalasHapusAnyway aku suka deh sama quotes,
"Semenjak luka kunamai doa, aku tahu kehilangan tak lagi butuh air mata” aduuuh jlebmak
Ya Allahh aku dapat banyak pelajaran nih di sini mbak. Aku dulu cuman fokus ikutan antologi cerpen aja dulu, skrg belum menghasilkan karya lagi.
BalasHapusBanyak quote dan pedoman untuk menelurkan karya tulis.
Terima kasih banyak buat sharingnya, mbak ^_^
Aku terkendala dengan EBI, Mbak. Tiap kali mau nulis suka kepikiran EBI duluan. Akhirnya ga jadi2 nulis :D :D
BalasHapusAnita Makarame
Aah...keren banget tulisannya, Marfa..
BalasHapusAku suka semua quote dalam acara ini kamu tulis dengan apik, sehingga pembaca bisa mengambil inti acara Bekraf.
Semoga pengalaman demi pengalaman mampu menerbangkan imaji penulis untuk memiliki sebuah karya yang tak lekang oleh waktu.
Fightiing~
Ya ampun... Seneng banget pasti ketemu sama agustinus wibowo. Salah satu penulis yang aku punya banyak novelnya. Dan jadiin koleksi. Aku suka banget sama gaya kepenulisannya. keren ilmunya
BalasHapusWah senangnya bisa ikutan workshop ini. Aku kmrn bingung mau daftar krn nginep hebe.
BalasHapusSuka banget nasihatnya, insyaAllah kalau menulis pakai hati pasti ada aja yang baca ya, buku kita sudah ada jodohnya
Senangnya dapat ilmu kaya gini. Gak terlupakan pastinya. Kalau mau nukis ya emang nukis saja, sesuai dg idealisme kita. Nah kalau memang niatnya nyari duit, mau gak mau kudu ikut alur yang ada
BalasHapusSelain totalitas, hal yang juga harus selalu ada yaitu enjoyment, selama kita nkmati, maka yang lain juga ikut nge boost.
BalasHapusAku salfok di "Semenjak luka kunamai doa, aku tahu kehilangan tak lagi butuh air mata” nyesss banget baca. Over all acaranya keren yaaa
BalasHapusMbak Marfa kereen! Bisa ikut acara Bekraf. Pasti acaranya bertabur ilmu ya...
BalasHapusKagum dengan Pidi Baiq yang menjadikan karya sebagai bagian dari hidupnya, dan menjadikan tujuannya sebagai manusia yang bebas dari segala kontrol.
Aku juga pengen banget suatu saat bisa menerbitkan satu buku, berisi karya-karya yang aku ingin sampaikan. Mulai sekarnag berarti gak ada salahnya melatih energi positif.
BalasHapus
BalasHapus“Semenjak luka kunamai doa, aku tahu kehilangan tak lagi butuh air mata”
nice quote.
beneran dah gw kalo ada undangan acara spt ini gw mau banget ikutan.seru ya dpt share dan inspirasi dari orang2 yagn keren2 positive vibes.
Tersentuh banget aku akan Quote nya mba. Asli bikin aku mewek akan masalah yang aku hadapi.
BalasHapusKeren nih ya bekraf untuk menciptakan kreatifitas.