Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati pada bulan Oktober, tepatnya tanggal 10 lalu. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental sendiri sudah disuarakan lebih sering sehingga edukasi mengenai topik ini juga tersebar lebih luas. Terutama karena faktor perubahan akibat pandemi ini yang berdampak pada aspek psikologis pada kebanyakan orang.
ilustrasi: pch.vector (freepik) |
Saya mulai mempelajari kesehatan mental sejak 2018 akhir, awalnya berkaitan dengan pengembangan diri yang sedang saya geluti. Pengembangan diri sendiri lebih identik dengan produktivitas dan peningkatan kompetensi diri, dan kala di tengah proses tersebut saya mengalami burn out. Sebuah perasaan dan pengalaman yang belum pernah ditemui, yang tentu saja membuat takjub karena ternyata alam perasaan manusia begitu luas dan berlapis-lapis.
Dari sana, saya akhirnya memahami bahwa dalam hidup dan mengembangkan diri harus melibatkan perhatian pada kesehatan mental. Karena jika kondisi terganggu atau diabaikan, bukan menjadi penghambat sebagai efek namun ada harga yang dibayar sangat mahal di masa mendatang. Kesehatan mental sendiri sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan keduanya pun saling berkaitan.
Artikel selanjutnya akan membahas beberapa istilah psikologi umum mengenai kesehatan yang telah saya pelajari dan dialami. Beberapa istilah di sini seperti yang disebutkan di atas, lebih terkait juga dan ada pengaruhnya pada pengembangan diri. Hal itu karena, ada beberapa momen di mana saya menemukan istilah dan baru sadar ternyata keadaan diri dapat diubah walau selama ini merasa tak mampu. Istilah-istilah tersebut adalah:
- Self Limiting Belief atau Mental Block
Mental block adalah keadaan di mana seseorang terjebak dalam asumsi pikirannya sendiri dan biasanya menghambat untuk bisa maju. Misalnya seperti merasa stuck terutama ketika dijadikan pembanding dengan orang lain. Pikiran melimitasi diri sendiri akan menipu bahwa diri pribadi memiliki batasan dan mudah putus asa.
ilustrasi: pch.vector (freepik) |
Keadaan self limiting belief ini sebetulnya wajar terutama ketika sedang membandingkan dengan sekitar. Hal tersebut bukan semata karena bawaan sifat atau karakter, namun ada berbagai penyebab lain misalnya kurangnya dukungan atau apresiasi saat kecil, pengalaman diremehkan dan traumatis, dan faktor lainnya. Jika keadaan seperti ini tidak disadari dan diabaikan maka bisa berpengaruh terhadap kepercayaan diri atau self-esteem dan self-worth.
Sebagai contoh, dahulu saya kira dengan sifat saya yang cenderung introvert dan lebih menyukai mendengarkan dari pada berbicara, akan selalu kalah dengan mereka yang lebih vokal. Keadaan tersebut sempat membuat saya merasa tidak layak dan mudah tidak percaya diri. Namun setelah mengetahui ada banyak jenis sifat dan karakter manusia di dunia serta lebih dalam mengenal diri, saya belajar untuk menyadari keadaan mental block sehingga tak berasumsi dengan pikiran sendiri saja.
Mental block juga bisa termanifestasi dalam tindakan, kira-kira seperti ini "saya dari kecil seperti ini, tentu saja akan seperti ini terus". Mungkin jika karakter mempengaruhi, namun selama masih bisa memegang kendali, perlahan-lahan belajar itu bisa saja. Untuk membantu dalam mengatasi mental block ini, salah satu referensi yang bisa digunakan adalah topik mengenai growth mindset.
- Inferiority Complex
Inferiority Complex merupakan keadaan di mana selalu menganggap diri sendiri selalu lebih rendah dari orang lain dan berjalan secara konstan. Inferiority complex membuat seseorang terus merasa ragu, kekurangan self-esteem, dan selalu merasa jauh dari standar. Perasaan inferior ini juga bisa menjadi penyebab munculnya mental block dan berpengaruh pada keberhargaan diri sendiri. Hal ini dapat berakibat pada terlalu lama saat akan mengambil keputusan baik karena ragu, malu, atau juga takut.
Jika terlalu lama mempertimbangkan dan kesempatan tak datang kembali, perasaan bersalah dan penyesalan yang kuat akan berganti mengisi. Hal ini tentu saja tak menyenangkan untuk dialami apalagi jika berulang. Maka dari itu, perlu untuk dicari satu per satu sumber akar penyebabnya dan ditangani.
Terus-terusan merasa inferior juga menimbulkan sifat sensitif terhadap kritik serta kemungkinan kesulitan menyelesaikan suatu tanggung jawab. Kaitannya dengan pengembangan diri, perasaan inferior ini pasti akan mengganggu apalagi jika tidak disadari. Tidak masalah merasa inferior dan perasaan serta ketakutan tersebut pasti valid, namun pastikan meluangkan waktu untuk mencoba memahami dan mengatasi ketika keadaan tersebut muncul.
- Negativity Bias
Ketika kita mendapatkan kegagalan atau pengalaman negatif, pasti pernah merasa bahwa diri sendiri begitu sial? Atau terus menerus menyalahkan diri sendiri terhadap kesalahan kecil yang dilakukan? Keadaan seperti ini masuk dalam ciri-ciri bias negatif ketika diri sendiri hanya terfokus pada hal-hal negatif.
Pengalaman negatif memang terasa tak menyenangkan, membuat perasaan sedih atau tak bersemangat apalagi jika tak disangka-sangka. Hal tersebut akan menjadi lebih buruk ketika kita memiliki negativity bias dan hanya terfokus pada sisi negatif saja. Bukan hanya saat kejadian, namun ketika terus mengingat pengalaman tersebut yang bisa menimbulkan rasa amarah atau tidak berdaya.
Untuk menghadapi negativity bias, pertama harus terlebih dahulu memandang suatu kejadian sebagai netral dan apa adanya tanpa perlu melabeli dengan banyak hal-hal negatif. Karena suatu hal selalu memiliki dua sisi koin, kita selalu bisa memilih apakah akan terpaku pada keadaan negatif atau perlahan maju. Bukan hal mudah tentu saja, namun bukan hal yang tidak mungkin juga bahwa diri sendiri akan lebih kuat.
- Self-Sabotage
ilustrasi: mohamed_hassan (Pixabay) |
Atau menyabotase diri sendiri, adalah keadaan ketika seseorang membatasi diri sendiri yang lebih condong pada tindakan. Bentuknya dapat berupa pola pikir maupun pola perilaku dan sifatnya mencegah diri sendiri untuk mencapai kebahagiaan. Hal yang justru berkebalikan karena secara umumnya, tujuan manusia adalah berada dalam keadaan aman dan salah satunya mendapat keinginan.
Bentuk dari self sabotage ini misalnya adalah perfeksionisme, prokrastinasi atau menunda-nunda, dan bertindak impulsif ketika marah. Self-sabotage ini diakibatkan oleh beberapa hal misalnya perasaan rendah diri, pengalaman labelling negatif saat usia kanak-kanan, atau terlalu mencoba mengendalikan keadaan sekitar.
- Inner Child
Mungkin kalau istilah ini sudah banyak yang membahas dan bukan istilah yang baru dikenal lagi. Secara singkat, inner child ini merupakan sisi kepribadian seseorang yang masih terbawa ketika anak-anak saat usia dewasa. Mengenai bagaimana bereaksi, apakah mengambil keputusan dengan impulsif, dan bagaimana pola saat menjalin hubungan interpersonal.
Hal ini lebih dikaitkan dari luka pola pengasuhan dan menimbulkan luka batin yang banyak tak disadari sampai tumbuh dewasa. Inner child sendiri lebih umum dialami kebanyakan orang, dengan tingkat dan pengalamannya masing-masing. Mengetahui keadaan inner child sendiri sebetulnya bisa dijadikan jalan ke masa lalu untuk penyembuhan sehingga keadaan sekarang lebih membaik. Misalnya mengenai kepercayaan, rasa aman, dan mengurangi rasa bersalah yang berulang kali muncul.
Menurut saya pribadi, setelah mengenal istilah inner child ini adalah suatu fenomena yang menarik dan unik. Selama ini saya mengerti bahwa apa yang dialami di masa kecil sudah pasti berpengaruh saat dewasa dan saya kira akan menghilang dengan otomatis. Namun saya mengabaikan aspek luka-luka yang dialami semasa kecil yang baru terlihat misalnya ketika bagaimana memandang hidup cenderung melankoli dan mudah sekali tersulut.
Inner child juga lekat kaitannya dengan unfinished business jika tak disadari sampai usia dewasa. Salah satu upaya untuk berdamai mengenai isu inner child ini adalah dengan reparenting dan berkonsultasi dengan profesional.
- Self-Compassion
Khusus untuk istilah ini berbeda dari di atas, karena merupakan salah satu metode dalam proses berdamai pada keadaan-keadaan di atas. Self-compassion atau welas asih membawa diri sendiri untuk dapat menyayangi, mengapresiasi, dan menerima diri sendiri tanpa label apapun. Metode ini meminimalisir perasaan bersalah, perasaan gagal, atau perasaan negatif lainnya terutama saat mengalami kegagalan sehingga terhindar dari ketidakberdayaan dan tidak terjebak dalam penderitaan.
Ternyata, semakin mengenali diri saat proses self-improvement juga tak terpisahkan dari aspek kesehatan mental. Dari sini, kita bisa meningkatkan aspek-aspek dalam hidup namun juga sekaligus merawat diri mulai dari dalam pikiran.
Konseling Perihal Kesehatan Mental
Dalam prosesnya, tak semuanya berjalan dengan mudah dan bukan lagi naik turun, namun bisa juga mengalami kemunduran setelah sebelumnya justru ada peningkatan. Untuk itu, pastikan tidak membebani diri sendiri agar semuanya bisa dilakukan sendiri. Mulai dari sharing dengan teman, mentor, atau berkonsultasi dengan profesional dapat membukakan perspektif baru.
pict: pixisuperstar (freepik) |
Konsultasi dengan profesional misalnya psikolog dapat membantu menguraikan benang-benang kusut di kepala dan lebih detail dalam mengamati pola. Setidaknya, itulah yang penah saya rasakan pula dalam sesi konsultasi. Oh iya, berkonsultasi dengan psikolog tak harus ketika dalam keadaan down atau parah terlebih dahulu, ketika mulai menemukan kesulitan juga justru lebih cepat dan lebih baik. Namun pastikan sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan agar konsultasi dapat maksimal.
Wajar juga jika masih takut untuk konsultasi pertama kali ke psikolog. Berita bagusnya, konsultasi sekarang dapat dilakukan secara online dan dapat anonim untuk kenyamanan dengan aplikasi Riliv. Kelebihan lainnya adalah fleksibilitas waktu dan ada bantuan arahan topik terlebih dahulu, misalnya masalah umum, karir, keluarga, dan seterusnya.
Selamat berproses dalam mengenal dan mengembangkan diri, serta semoga segera menemui jawaban-jawaban yang selama ini dipertanyakan ya!
***
Hemm kesehatan mental ini kadang tanpa sadar kita alami, semakin gak dianggap semakin ada. Jadi, harus paham benar tentang ini.
BalasHapuszaman sekarang enak ya mbak, topik kesehatan mental sudah bukan hal tabu lagi, malah semakin membuat kita aware terhadap diri sendiri kalau kalau udah merasa mental mulai gak sehat, ditambah banyak aplikasi keren yang membantu, kayak aplikasi Riliv ini
BalasHapus