Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Hola hai, apa kabar?
Kenikmatan menonton film ternyata bertambah ketika bertambah usia, rasanya benar-benar untuk hiburan. Jika dulu ditonton karena memang ada waktu luang, sekarang harus terlebih dahulu ikut dipertimbangkan waktunya. Biasa, biar nggak bergelut dengan rasa bersalah karena pembagian waktunya tidak efisien.
Astaga.
Kenikmatan menonton film juga tak sebanding dengan mewujudkannya jadi ulasan blog, paling maksimal hanya jadi draft padahal ide berhamburan. Nah kalau habis nonton tuh bawaanya pengin langsung review apalagi secara personal terasa bagus. Euforianya, takjubnya, dan energi masih tebal jika diolah menjadi tulisan. Namun karena membuat postingan juga membutuhkan waktu dan energi, maka lagi-lagi kudu pilih prioritas.
Anyway, saya jadi dapat ide untuk ditulis secara bersamaan saja dalam satu postingan. Tulisan jadi lebih singkat, selain itu bisa langsung dijadikan rekomendasi film dan lebih nyaman untuk dibaca. Terakhir saya membuat postingan 'rekapan' seperti ini ternyata pernah di tahun 2016 dengan judul Januari: Buku, Film & Musik. Jadi, mengapa tak melakukan hal yang sama pula? Nulis-nulis singkat gini juga jadi tercover film yang lumayan bagus tapi terlalu singkat kalau direview secara solo.
Oh ya, karena ini bentuknya rangkuman jadi bentuknya nggak sedetail seperti review dalam satu postingan ya. Tanpa berlama-lama, berikut film-film favorit 2021 berdasarkan opini personal dan diurutkan berdasarkan waktu rilis.
Rindu Melakukan Pencarian bersama Ali and Ratu-Ratu Queens
Perasaan kuat akan kerinduan melakukan perjalanan sekaligus adanya lagu Location Unknown diputar membuat saya menonton Ali RRQ. Alasan lain karena melihat Nirina Zubir dan Asri Welas, pasti bakal oke pikir saya. Terus karena mengangkat bagaimana perjuangan bertahan hidup di negeri orang gitu kan sebagai perempuan-perempuan selain dari cerita utama dari si Ali-nya sendiri.
Selama menonton saya jadi inget memori waktu masih sering main ke kota orang, waktu berjalan jauh, dan mencari makna pulang. Pencarian Ali sendiri memang ya ternyata nggak sesuai harapan, padahal sudah menunggu begitu lama. Menurut saya pribadi agak nggak cocok di endingnya karena jalan jadi seperti mulus dengan Ali stay di NY, namun bakal seru kali ya kalau nanti ada filmnya sendiri tentang dia sebagai lanjutannya untuk masa-masa strugglenya.
Menonton Film Kartun Kesukaan Tom and Jerry
Seru juga nonton Tom and Jerry versi ikut hidup bersama manusia, jadi bentuknya tetep kartun gitu dan ada orang realnya. Karakter yang ada di Tom Jerry juga ikut muncul, jadi nggak sepi sama mereka berdua doang.
Ditambah ada Chloe Grace Moretz yang lagi struggling nyari kerja kemudian pas ada kejadian usilnya, jadi dia pakai identitas palsu pelamar lain. Doi seusaha itu juga jadi staf hotel gitu, jadi kerjanya juga tetep bener walau pas ngelamar ya dengan cara yang salah. Di tengah cerita akhirnya ketauan sih dan dari sini asyiknya, pas juga nggak bikin tokoh utama ini hidupnya jadi menyedihkan karena bertanggung jawab.
Menikmati Sisa Hidup Terbatas dalam Seobok
Kalau mengingat film ini rasanya sunyi dan ada perasaan melankolia. Dari warna-warna filmnya juga mendukung suasana ini padahal genrenya sci-fi. Nah bedanya nih biasanya film sci-fi kan penuh action, kalau Seobok ini juga banyak porsi perenungannya dari karakter manusia kloning Seobok.
Film Korea mah ya apalagi kalau bahas hidup kayanya nggak ada yang nggak berhasil bikin nangis. Melalui perjalanan Gong Yoo dan Park Bo Gum di sini kita diberikan hints sebenernya hidup yang lagi dijalani ini udah bener-bener worth belum sih. Selengkapnya sudah pernah saya review di review film Seobok.
Film Penutup The Original Six Avengers Natasha Romanoff dalam Black Widow
Film pertama yang saya tonton di bioskop pada 2021, finally bisa ketemu Mbak Nat lagi di layar lebar. Sayang banget ini film kaya kurang heboh karena ceritanya memang prequel dan ditunda ada kali ya setahun tuh. Terus banyak yang kecewa juga sama alur ceritanya terutama bagian villain.
Padahal kalau nonton behind the scenenya di Marvel Studios ASSEMBLED dijelaskan mengapa dibuat seperti itu. Bagaimana perjalanan karakter Natasha, bagaimana dan mengapa dibangun karakter Alexei dan Melina sebagai orang tua fiktif, serta pertemuan dengan adik tak sedarahnya Yelena Belova. Review lengkapnya pernah saya jadikan satu postingan dalam Black Widow.
Shang-Chi and The Ten Rings: Film Superhero yang Menyenggol Jati Diri dan Tujuan Hidup
Akhirnya ada film Marvel dengan karakter hero dari daratan Asia. Sebenernya pas awal nonton takut nggak pas gitu sama formula-formula film Marvel maupun apa yang coba dibangun itu gagal keAsiaanya gitu. Pas nonton memang jadi inget film-film Mandarin mengenai kung-fu ataupun bela diri.
Tapi ternyata jadi seru dan sangat seru karena nyenggol juga pertanyaan mengenai tujuan hidup dan jati diri. Seperti dapet wejangan tapi nggak yang menggurui, terutama pas ada dialog dari karakter Katy yang kaya nggak yakin bener menjalani hidup itu sukanya apa dan suka nggak tuntas gitu alias nanggung. Kemudian dibaleslah dengan if you aim nothing, you hit nothing.
Denger ucapan tersebut langsung deg sih karena jangan-jangan selama ini saya seperti itu juga. Nanggung karena udah merasa not sure dan pindah ke satu ke hal lainnya. Terus ada juga bagian kutipan: "Your mother knew who she was. Do you? Kalau denger pas masa pencarian jati diri ini emang kerasa banget, pasti kan memisahkan siapa kita dahulu, dari mana asalnya, dari keluarga mana, apa yang sedang kita ubah dan cari, dan seterusnya.
sumber: variety(dot)com |
Makanya nonton Shang-Chi ini bisa jadi dari jalan cerita udah banyak formula serupa, namun mengenai jati diri dan siapa kita tuh emang nggak terlepas dari mana kita berasal. Ini sih bakal akrab banget sama The Asians termasuk kita yang tinggal di Indonesia, jadi walaupun ceritanya ini dari keluarga Tionghoa ya tetep relate hahaha.
Plus ini bagian musik pendukung saat adegan keren-keren, soundtracknya juga melibatkan produksi 88Rising salah satunya Rich Brian. Wajah baru di film Marvel ini fun gitu sih karena tetep ada bagian lucu-lucunya jadi nggak cuma seserius itu. Kita juga bakal dibawa ke view-view yang cakep-cakep bener, kaya di desa Ta Lo yang magical gitu. Nah setelah udah muncul di Disney Hotstar nih, bagian deleted scenenya juga keren-keren bener berasa pengin ada semuanya di film. Paling nanti ada lanjutannya juga karena di post-credit udah tertulis The Ten Rings Will Return.
YUNI: Kombinasi Terik Matahari, Bising-Bising Omongan, Puisi, dan Musik
Nonton karena apalagi jika bukan rekomendasi di Twitter. Seneng juga tuh bisa nonton produksi dalam negeri yang mulai banyak lagi dan variatif. Termasuk Yuni ini yang diperankan oleh Arawinda Kirana.
Saya nonton dua kali di bioskop, yang pertama memang karena kesalahan teknis jadi mengakibatkan tidak munculnya subtitle. Sebenernya paham aja sih pas nonton tanpa subtitle tuh ternyata setelah dibandingin setelah dengan subtitle. Namun memang di beberapa bagian kurang puas karena sebenernya lagi ngomongin apa gitu pun pasti ceritanya penting.
Yuni ini bercerita dengan membawakan karakter utama anak usia sekolah dan sedang mencoba menyelesaikan rasa penasaran dalam identitasnya sebagai perempuan. Yuni tinggal di lingkungan yang beberapa kali kita pasti akrab dengan mempercepat pernikahan bagi perempuan remaja, tak elok menolak lamaran, dan anjuran untuk lebih bekerja dari pada melanjutkan kuliah selepas tamat sekolah.
Yuni dibawakan dengan karakter yang lebih tegas dan berani, namun tetap beberapa kali merasakan hal manusiawi seperti ragu-ragu. Karakter Yuni tak juga ditampilkan dengan menonjol dan sebegitu kuatnya melawan, namun mengalir apa adanya.
sumber: hypeabis(dot)id |
Film Yuni sendiri tak hanya bercerita bagaimana ia sebagai perempuan dan batasan-batasan yang dibuat ini. Beberapa karakter juga turut diperlihatkan bagaimana strugglingnya sebagai perempuan. Seperti tak dianggap keluarga lagi setelah bercerai karena dianggap aib, suara dan ide yang tidak didengarkan, dan ketidakberdayaanya memiliki pilihan sendiri karena lingkungan sekitar.
Ada satu bagian yang saya ingat betul juga ketika salah satu sahabat Yuni diharuskan melangsungkan pernikahan hanya karena salah paham dan dinilai sebagai aib kemudian berkata bahwa ia tak seberani Yuni. Bagian adegan yang emosional karena melihat karakter yang tak bisa memiliki pilihannya sendiri dan terjebak dalam keadaan yang tak memberinya kesempatan.
Meski begitu, film ini mengajak penonton untuk fun bersama karakter Suci Cute yang membuat hidup Yuni sedikit berwarna. Karakter Suci ini ada dalam masyarakat nyata, mungkin jika pertama kali melihat akan timbul rasa trenyuh atau prihatin. Namun ia sudah khatam menelan pahitnya nasib kehidupan sehingga alih-alih menjalani hidup dengan melankolis, ia menjalaninya dengan suka cita seberat apapun itu.
Ada soundtrack dalam film ini yang apik banget juga untuk didengarkan berulang kali yaitu Imajinasi Senja dari Alien Child. Juga musikalisasi puisi Sajak Tafsir oleh Sapardi Djoko Darmono yang dibawakan oleh Arawinda dan Annency Anshor.
Secara personal, saya jadi nostalgia masa SMK ketika menonton film Yuni dengan keadaanya. Dulu itu, masuk SMK sudah biasa melihat keadaan sesama yang sama-sama prihatin. Lulus biasanya langsung kerja, nanti satu dua tahun menikah, itu seperti sudah menjadi hal yang biasa. Jadi bisa dikatakan bahwa suasana yang dibangun di film Yuni ini valid betul dan terasa nyata.
Film ini juga jadi bikin rindu berada di bawah sinar matahari kemudian bau keringat. Beli jajanan murah dan beli pulsanya ke konter, main dan ngobrol-ngobrolnya di rerumputan untuk menunda jam kepulangan. Kadang disertai pula dengan iringan musik dan petikan gitar. Ternyata masa-masa sekolah itu sudah lewat jauh sekali.
Losmen Bu Broto: Ketidaksempurnaan Yang Dikemas dengan Paripurna
Dari awal nonton film Losmen ini sudah berkali-kali mengucap cakep, cakep, cakep, cakep banget. Bagaimana piring-piring makanan ditata dengan rapi di antara manusia yang sedang sibuk itu seperti irama yang presisi. Satisfying gitu lah melihatnya.
Film ini diangkat dari serial lawas Losmen, namun akan saya review untuk film ini saja. Tahu pertama kali justru dari musisi favorit yaitu Danilla Riyadi. Plus karena tahu akan ada di film ini juga dan lagi-lagi teracuni rekomendasi, jadilah menonton. Senang akhirnya bisa ketemu suara renyah Danilla di sini, meskipun porsi kemunculannya sedikit saja. Gemas karena ceritanya jadi bestienya Maudy Ayunda hahaha.
Singkatnya, film ini bercerita mengenai keluarga yang mengelola Losmen. Lebih ke sosok ibu sih yang dominan mengatur segalanya, dan ketiga anaknya turut membantu dalam mengelola. Meskipun di awal terlihat segalanya rapi presisi, namun ternyata masing-masing anak ini memiliki peliknya masing-masing.
Si sulung Pur (Putri Marino) yang masih berkabung setelah kekasihnya meninggal karena kecelakaan, dan si tengah Sri yang lebih ingin memilih jalannya sendiri menjadi seniman. Sedangkan untuk si bungsu di film ini kurang tereksplor jadi tak banyak yang bisa direview.
Nah meskipun si Sri ini suka colong-colongan menekuni hobi menyanyinya, tapi kalau sedang mengelola losmen ini lebih improve dan lebih tenang. Sedangkan si sulung lebih mengikuti arahan sang ibu gitu sesuai pola-pola biasanya namun yang dilakukan ya tetap total. Namun ini yang akhirnya jadi pemicu konflik mengenai membanding-bandingkan dan kurangnya pengertian dari orang tua ke anak.
Konflik mulai memuncak jadinya kan saling mengeluarkan apa yang mengganjal ya meskipun dengan emosional, namun dari sana datang juga perlahan penyelesaiannya. Tokoh Sri kemudian menghadapi masalah karena hamil di luar pernikahan dengan sang kekasih yang kemudian diusir dari losmen tersebut. Mulai deh keadaan losmen ini berubah gitu, sedangkan Pur belum seterbuka itu juga.
Film ini tuh menyenggol sekali mengenai perfeksionisme, jadi berasa disentil melalui film. Pernah ada di masa itu kalau nggak sesuai dengan yang bahkan dipikir rencana sudah seoke itu, akan jatuh sekecewa itu. Oh ternyata kalau melihat dari sisi luar (melalui perantara film ini) sebenarnya bisa loh ada celah dan bahkan rencana dadakan lain. Fokusnya itu ke masalah, bukan kaku pada rencana ataupun persiapan yang dikira tak akan menemui cacat.
Jadi masing-masing anggota dalam keluarga ini tuh ada kurangnya, dan itu normal kan sebetulnya. Awalnya saya merasa peran sang suami tuh kalah tegas sama si istri dalam menghadapi si anak. Namun di akhir baru timing dan perannya pas untuk ngobrol lebih dalam. Begitulah ini film mengenai ketidaksempurnaan yang dikemas dengan paripurna dan cocok untuk nangis sampai jelek sekaligus kangen Jogja.
Menonton Spider-Man No Way Home di Usia Early-Adulting
sumber: IMDb |
Rasanya ingin sekali menuliskan reaksi dalam huruf capslock semua kalau nyenggol No Way Home ini. Saya sampai nonton 3x untuk mengulangi experience menonton di bioskop. Sebenarnya yang pertama karena menang giveaway dan sedang mujur jadi bisa menonton di hari pertama penayangan. Sedangkan yang kedua memang jadwal asli karena sudah pesan online, dan yang ketiga karena menonton janji bersama teman lainnya.
Jadi secara singkat, Spider-Man ini bercerita mengenai Peter Parker yang identitasnya diketahui di balik topeng Spider-Man akibat ulah Mysterio. Kemudian meminta bantuan sihir Dr. Strange agar orang-orang lupa akan kejadian tersebut, namun karena tidak dipikirkan matang-matang dahulu jadi akibat pengucapan mantra berubah akibatnya. Tokoh-tokoh dari universe lain mulai bermunculan, yang otomatis bikin Peter kudu beresin semuanya.
sumber: gettotext(dot)com |
Sebenarnya pas awal, saya bukan yang terlalu seexcited itu menonton Spider-Man, hal yang sama ketika menonton versi Homecoming dan Far From Home. Namun hal tersebut berubah ketika film menunjukan fan servicenya yaitu kemunculan karakter Spider-Man versi Tobey dan Andrew. Anyway karena penayangan sudah satu bulan dan spoiler serta interview Andrew ada, jadi saya sebutkan sekalian ya spoiler ini hehe.
Oh iya, sebenernya pas awal saya sedikit mengira kalau Spider-Man Tobey dan Andrew memang akan muncul. Soalnya dari trailer saja sudah menunjukan villain dari universe Spider-Man yang sebelumnya, jadi tanpa melihat lebih detail juga kemungkinan bakal ada. Cuman yang mengejutkan memang cara kemunculannya, jadi tetep kaget dan wah wah wah.
Di hari pertama penayangan, saya merasa sangat beruntung bisa merasakan euphoria bersama penonton lain. Teriak dan tepuk tangan saat Spider-Man senior muncul, dan juga nostalgia di film-film sebelumnya. Saya jadi inget masa-masa saya menonton Spider-Man Tobey di Bioskop TransTV, nggak nyangka bakal reunian lagi di tahun ini.
Secara dari cerita dengan adanya tiga Spider-Man, film ini tuh sangat relieving karena menyampaikan bagaimana kesempatan kedua, bagaimana memberikan pengampunan pada diri sendiri. Secara personal nonton film ini ikut haru dan nangis jelek, padahal yang ngalamin bukan diri sendiri. Ternyata ikut selega itu ya kalau lihat orang lain bisa menemukan versi terbaiknya gitu.
sumber: fandomwire(dot)com |
Momen kaya gini tuh seakan pas karena ditayangkan di akhir tahun, ketika akhirnya sudah banyak orang bisa beraktivitas normal seperti nonton bioskop. Dua tahun terakhir ini memang berat dan kehilangan banyak hal, merasa sendirian dan sulit untuk diceritakan. Nah Spider-Man No Way Home ini seakan memberikan pelukan hangat itu. Apalagi ketika menonton interviewnya Andrew Garfield yang ternyata seseneng itu jadi "middle brother".
Kalau melihat dari masing-masing cerita Spider-Man tuh kaya membawa masing-masing pembelajaran dari usia yang berbeda. Sebagai manusia tanggung yang sedang ada di masa early adulting, nonton jadi terasa berbeda dengan jadi ingat keputusan bodoh dan juga ingat pernah mencoba sekuat itu juga. Terus banyak yang bilang nonton NWH ini perpaduan pas, ada seneng, sedih, haru, merasa lega, dan kepikiran pas udah keluar studio. Haha.
Waktu nonton yang kali kedua, sama-sama masih heboh ya karena hari kedua. Sedangkan waktu nonton yang ketiga sudah mulai anyep, dari sana jadi punya keinginan kalau nonton film Marvel enaknya di awal-awal aja. Selain antusiasnya masih tinggi, jadi nggak kena spoiler yang bertebaran.
Sampai sekarang, masih emosional kalau ngetik audience reaction di YouTube. Iya, jadi kalau kangen tapi nggak mau nonton filmnya di bioskop tinggal ngetik kata itu dan suasananya masih sama. Inget banget dulu malemnya sehabis nonton langsung kebawa mimpi. Memang sangat membekas bagaimana melihat dua Spider-Man senior membantu little brothernya sekaligus reuni dengan menambal kejadian-kejadian pedih di masa lalu.
Sebagai penonton Bioskop TransTV dan melihat ada tiga karakter Spider-Man di layar ini masih terasa unreal. Nggak sabar juga sih lihat interview mereka ini. Itu kalau dari fan servicenya ya, namun dari sisi cerita juga lumayan lah dari segi perpindahan intensenya udah oke. Terus untuk musik pendukungnya juga pas jadi tambah-tambah bikin film ini sayang banget kalau nggak rewatch.
Line favorit saya di film No Way Home ini dan selalu teringat berulang-ulang adalah: trying to do better.
Menilik Formula Film Terbaru Ernest Prakasa: Teka Teki Tika
sumber: tekatekitikafilm on Instagram |
Film-film Ernest merupakan jenis film yang selalu saya tunggu karena formulanya itu unik dan fresh. Saya sudah jatuh cinta sejak Cek Toko Sebelah, Imperfect, dan mengikuti juga series Imperfect yang kocak-kocak bener. Sewaktu cuplikan poster muncul, saya sudah menandai film ini untuk jadi daftar tontonan.
Sewaktu akan menonton film ini, saya lagi-lagi tak berharap apa-apa. Terus karena di Twitter malah keduluan baca kalau filmnya flop, memang sejak trailer keluar tuh banyak yang bilang mirip Knives Out. Namun karena pengin nonton Sheila Dara, tetap datanglah ke bioskop. Bagaimana setelah menonton? Kurang!
Iya betul, kurang panjang karena durasinya cuma 80 menit. Tapi paham sih ini tuh kayanya mau dibikin ada lanjutannya gitu, jadi di awal cuma pemanasan dan meninggalkan misteri kenapa begini kenapa begitu. Saya diajak menebak-nebak bagaimana alur selama film diputar, beberapa sesuai tebakan namun masih banyak yang jadi pertanyaan.
sumber: eriskarein on Instagram |
Suka sekali sama akting Sheila Dara, meskipun di beberapa bagian masih agak terlihat kurang natural namun selebihnya jempol dengan ekspresi perubahan air mukanya. Saat pemutaran credit juga ditampilkan versi "Tika" dengan karakter berbeda. Toloong Koh Ernest, saya penasaran sama cerita-cerita Sheila "Tika" Dara yang lainnya.
Menurut saya film ini dibawakan dengan fun-vibes gitu meskipun misteri, memang berbeda juga dari film-film Koh Ernest sebelumnya. Semoga tahun 2022 ini juga ada film keluaran yang oke juga!
***
Rasanya memang selalu gemas untuk tak menuliskan apa yang ditonton ataupun dibaca. Kalau dulu, sudah pasti dilakukan karena masih banyak waktu dan belum ada tanggung jawab. Untuk selanjutnya agar tetap menjaga keantusiasan ngeblog, saya akan membuat rangkuman singkat film per bulan di tahun 2022. Terdengar seru dan juga tidak berat karena tak harus mengulas satu-satu, terus postingan juga bisa dicicil dulu hihi. Semoga bisa terlaksana sampai akhir tahun nanti.
Oh iya kalau versi teman-teman, film paling berkesan yang ditonton tahun 2021 apa nih? Feel free buat share juga di kolom komentar ya!
Wah bener banget film bioskop memang menghibur banget saat bosan di rumah apalagi di masa bertambahnya umur. Banyak yang belum aku tonton, nih.
BalasHapus