Mencari
tujuan hidup bisa dilakukan dengan cara apa saja, nyari tempat tujuan studi
selanjutnya, nyari tempat kerja yang baru, melakukan hal-hal baru, atau
melakukan hal kecil sehari-hari seperti, mandi sambil mikir, randomly ngadem di Alfamart, tulis
postingan seperti yang ini, njemur
pakaian dan streaming film. Then, entah kenapa dari kemarin saya streaming film dengan kebanyakan tema
tentang perempuan dan kehidupan dalam berbeda-beda genre.
Dimulai
dari Spy, dengan kesimpulan wanita yang menarik bisa jadi lebih ke wanita
dengan perangai unik, nggak selalu yang tinggi-langsing-dan segala lainnya, dan
banyak yang tak sadar. Merembet ke film Gravity, mengajarkan agar kita nggak
boleh putus harapan. Lalu Gone Girl, bahwa menjadi wanita cerdas itu perlu agar
nggak ditindas, dan juga jangan pernah memainkan seorang wanita. Kemudian Still
Alice, tentang perjuangan wanita yang terkena Alzheimer di usia yang tergolong
muda, bagaimana perjuangannya yang perlahan-lahan jadi pikun padahal dirinya
wanita cerdas. Well, namanya juga
perempuan, malah salah ke fokus ke bagian suaminya bilang “Whatever happens. I’m here.” Oke skip, film ini mengajarkan agar kita bersyukur
dan tetap melakukan kegiatan produktif, selama kita sehat.
“And please do not think I am suffering. I am struggling.” - Alice
Dan yang
terakhir, A Long Visit (2010), yang akan jadi topik postingan kali ini. Iya,
disaat yang lain bahas Conjuring atau Now You See Me 2, saya bahas yang jadul
aja ya. Abisnya nggak ada yang ngajak
nonton sih.
Adalah
Jisuk (Park Jin-Hee) yang sedang dalam kunjungan ke rumah ibunya (Kim Hae-Sook),
dalam perjalanan itu Jisuk kembali menerawang ke masa-masa lalu, bagaimana saat
dia kecil, sekolah, kuliah, menikah lalu bekerja. Peran ibu Jisuk di sini
digambarkan sangat sayang pada anaknya, mekipun Jisuk sudah dewasa, sang ibu
tetap menyayanginya seperti anak kecil.
Awalnya,
saya kira ini film Korea biasa, atau ini mungkin akan berakhir dengan
meninggalnya sang ibu. Namun saya salah. Saya, teramat patah hati ketika
menonton film ini, nggak pernah menangis sesenggukan ini. Mengingatkan saya pada drama korea 49days, tapi lebih dapet ini. Well, penggambaran orangtua meskipun kekurangan namun selalu
memberi lebih sangat terasa di sini. Ditambah penghayatan peran sebagai ibu,
sangat natural, begitu dengan alur cerita yang sederhana. Kembali ke Jisuk, dia
memang lebih akrab pada ibunya. Itu dikarenakan sang ayah suka memukuli sang
ibu, diakibatkan karena silahkan tonton sendiri. Jisuk awalnya muak, kenapa ibunya
nggak cerai aja, bahkan Jisuk usia remaja bilang nggak pengin nikah karena itu.
Baca juga: Review Film Korea Kim Ji Young
Meskipun
dekat dengan ibu, tetep ada konfliknya juga, saat Jisuk malu liat ibunya nawar
belanjaan, saat ibunya datang ke sekolahnya dengan pakaian yang menurut Jisuk
memalukan. Kemudian sampailah Jisuk kuliah, ibunya masih repot-repot datang
membawakan makanan. Saat mau menikah juga, sang Ibu membela mati-matian
anaknya,yang kuliah karena kerja, bukan karena anak orang kaya, dan akhirnya
Jisuk menikah.
Pada
suatu waktu, ayah Jisuk meninggal. Jisuk berpikir selama ini dia kurang dekat
dengan ayahnya, namun sang ayah tetap menyayanginya. Ibu Jisuk, meskipun
suaminya suka kasar, dengan besar hati justru bilang “Dia memberiku kehidupan yang keras. Kenapa aku amat merindukannya.
Orang ini menyusahkan ketika hidup dan mati.” Tapi di bagian ini juga sih terlihat celah kekurangan di film ini, karena hubungan dengan sang adik laki-laki Jisuk jarang ditampilkan.
Saya
salut antara anak perempuan dan ibu di film ini, konyol, lucu, suka bertengkar,
kemudian tertawa lagi, marah, lalu baikan lagi. Dan pada akhirnya datang saat
Jisuk sedang di rumah ibu dengan embel-embel “kangen”, melakukan berbagai hal
seperti belanja, foto, dan bersenang-senang, di telepon, suami Jisuk
memberitahu sang Ibu bahwa Jisuk menderita kanker pankreas stadium empat.
Kemudian sang Ibu berkata pada Jisuk, bahwa Ibu akan selalu ada, nggak akan ada
yang bakal misahin mereka.
*bentar lap air mata dulu*
*butuh bahumu bang*
Dan, akhirnya Jisuk meninggal, di sinilah
saat-saat yang perih, bagaimana bisa seorang anak yang teramat disayangi dari
kecil sampai dewasa, bahkan seperti sahabat meninggalkan sang Ibu lebih dulu. Jadi, saya sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton, jangan lupa siapkan satu pack tissue. See ya!
“Ibu masih hidup, meski ibu telah mengantarmu pergi... Anakku. Jika kau
mendengar kematianku. Jangan biarkan aku tersesat. Kau harus mencariku. Anakku.
Apa kau tahu? Hal terbaik yang pernah kulakukan dalam hidupku, adalah
melahirkanmu... Jadilah anakku lagi di kehidupan mendatang.”
***
Write a comment
Posting Komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.