HATE LIST—Adalah cermin
dari kehidupan sebenarnya tentang bagaimana isi hati manusia dengan mudahnya
berubah. Orang yang selama ini kita kenal bisa tiba-tiba tak memercayai kita,
atau terkadang saat kita merasa mengenal begitu baik seseorang—justru adalah seorang
yang benar-benar asing di depanmu. Juga, kalau kata dosen saya banyak hal di
dunia ini yang bungkam—yang sulit untuk diungkapkan atau diekspresikan.
Penerbit: Spring
Penerjemah: Yudith
Listiandri
Penyunting: Ayu
Yudha
Penyelaras Aksara:
Mery Riansyah
Desain Sampul:
Indah Rakhmawati
Penata Sampul:
@teguhra
380 hlm – ISBN:
978-602-6682-01-7
SINOPSIS:
Lima
bulan yang lalu, pacar Valerie yang bernama Nick melakukan penembakan di
kafetaria sekolah. Pemuda itu menembaki orang-orang yang namanya ada di dalam
Daftar Kebencian yang Valerie buat; sebuah daftar berisi nama-nama orang yang
dia dan Nick benci.
Sekarang,
setelah liburan musim panas usai, Val dipaksa untuk menghadapi rasa bersalahnya
ketika dia harus kembali ke sekolah untuk menjalani tahun terakhirnya di SMA.
Dihantui oleh rasa sayangnya pada Nick dan Daftar Kebencian yang dia buat,
bisakah Val melanjutkan hidupnya di tengah penghakiman teman-teman sekelas dan
sahabat-sahabatnya?
Pertama-tama, terima kasih
pada Penerbit Spring kesayangan yang sudah memercayakan saya untuk meresensi
Hate List. Seperti yang pernah saya tulis di sini, cerita-cerita yang
diterjemahkan Penerbit Haru (Spring, Haru, dan Inari) patut untuk dibaca karena
berisi. Oke, lanjut ke objeknya ya. Hate List, adalah kisah yang dibawakan oleh
tokoh Valerie atau Val dengan alur maju dan mundur. Mengenalkan kita pada
Nick—pacarnya yang pada suatu pagi menembak beberapa siswa di Garvin High dan
deretan tokoh lain seperti JC, GB, CB, dan lainnya. Sengaja inisial tokoh biar
penasaran, dari pendapat saya yang sejujurnya buku ini memang harus masuk wish list. Nyahaha.
“Tidak bisa kukatakan apa yang terjadi dalam pikiranku dengan semua tangisan itu—aku hanya tahu rasanya keruh, gelap, penuh kebencian, muram sekaligus menyedihkan.” (p. 115)
Jika Jennifer Brown sang
penulis mendapatkan ide cerita Val dari lagu “Nickelback – If Everyone Cared”, maka saya akan memilih lagu
Falling Slowly dari soundtrack film
Once untuk buku ini. Buku yang ternyata 2009 lalu ini sangat menarik untuk
dianalisis, terutama karakter Nick, atau isu apa yang sedang ada saat itu. Pasangan
Val dan Nick sendiri mengingatkan saya
pada novel Dear Nobody dan tv series 13 Reasons Why. Menurut saya juga, Hate
List bisa dibaca semua kalangan, dari remaja hingga dewasa, pelajar, analistis,
dosen, mahasiswa, pecinta buku, hingga pemerhati sastra. Bahkan saya berharap
Hate List ini ada filmnya, karena bukan hanya tentang depresi pada masa krisis,
namun hal lain yang diungkap tersembunyi dalam buku ini. Kalau kata Ahmad
Tohari sendiri dalam seminar yang pernah saya datangi, buku yang bagus adalah
buku yang menggetarkan jiwa.
“Di satu sisi, Nick benar: kita smua kadang-kadang harus menjadi pemenang. Namun, yang tidak dia mengerti adalah bahwa kita semua kadang-kadang harus kalah juga. Karena kita tidak bisa memiliki satu tanpa lainnya.” (p. 363)
Meskipun hal yang
dibawakan terlihat cukup berat, latar dalam novel ini termasuk sederhana. Tak
terlalu banyak tempat, atau pendeskripsiannya dan hanya fokus pada
kepingan-kepingan atau poin-poin yang ada dalam pikiran Val. Timbul juga
pertanyaan, sebenarnya apa yang sedang dilawan Val? Suasana sekolah dan
orang-orangnya para korban yang terpengaruh? Atau dirinya sendiri? Pernah
ngebayangin nggak kalau suatu hari kamu seperti melakukan kesalahan besar,
sangat membutuhkan dukungan namun seisi dunia seakan menjauhimu, tak memercayaimu
bahkan keluargamu? Dan, orang yang kau sebut teman berbagi cerita sewaktu-waktu
telah tiada dan tak dapat merangkulmu? Atau bahkan menyulut rentetan masalah
lainnya yang menimpamu satu persatu tanpa henti? Itulah Valerie dan
perjalanannya, dalam empat bagian Hate List yang membuat pembaca menangkap
bahwa manusia tak seharusnya menatap ke diri sendirinya saja, namun juga orang
lain. Seperti kutipan yang pernah saya baca, bahwa setiap orang yang kita temui
memiliki perangnya masing-masing. Novel ini juga menambahkan kekuatan maaf dalam hidup, sedikit mengingatkan saya akan novel Rule of Thirds.
“Kadang-kadang, hal-hal yang sudah kau ketahui akan terjadi pun masih bisa membuatmu terluka.” (p. 276)“Di balik perjuangan akan selalu ada cinta mendasar itu, tempat yang aman untuk pulang.” (p.360)“Namun, untuk mengubah realitas, kita harus bersedia memperhatikan dan belajar. Dan mendengar. Benar-benar mendengar.”(p. 365)
Nah, itu sedikit review dari saya. Dan karena saya
inginnya kalian juga bisa membaca Hate List dan menikmatinya. Untuk itulah, mau
nyampein juga kalau Penerbit Spring punya 1 eks buku Hate List gratis loh! Mau
mau? Caranya gampang banget, nih:
- Ikuti
rangkaian blog tour yang ada di
banner ini.
- Follow semua media sosial Penerbit Spring twitter, @penerbitspring IG: @penerbitspring FB: Penerbit Spring. Boleh juga follow blog ini via GFC/email hehehe.
- Membuat photo quote dengan kutipan-kutipan yang ada di blog ini, atau yang ada di blog-blog dalam banner tersebut. Untuk ketentuan selengkapnya nanti ada di IG @penerbitspring setelah semua host telah mereview buku. Jadi nunggu semua selesai dulu sambil milih-milih kutipan ya.
- Giveaway final hanya diadakan sekali di Instagram @penerbitspring.
- Biar meriah, bagikan info giveaway ini juga dengan merepost/screenshot/reshare dari IG @jidatkucing juga dilengkapi tagar #HateListQuoteGA #FinalBlogTourSpring_November #PhotoQuote
Selesai, gampang banget
kan dapetinnya dengan cara yang kekinian. Bikin feeds tambah lucu juga kan. Ayo ramaikan! Psst, jangan lupa nanti
kalo menang bagi-bagi review, semoga
beruntung! :)
Write a comment
Posting Komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.