Banyumas Local Hero: Mengglobalkan Gula Semut Organik dan Memberdayakan Insan Tani Gula Kelapa di Desa Semedo

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Menjalani dunia perkuliahan jenjang sarjana membuat saya seringkali berpikir ulang—dari mana saya berasal, apa yang ingin saya kerjakan, dan juga bagaimana agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain tanpa keterpaksaan. Apalagi saat berada di semester akhir, terasa sekali bagaimana nanti saya akan membangun karir, bagaimana nanti untuk tak hanya mencari zona nyaman, dan hal-hal lainnya yang bersifat kontributif. Dari situ muncul pertanyaan seperti; apa yang saya bisa, pengetahuan apa yang saya miliki, bagaimana membangun kepercayaan, sampai modal apa saja yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan. 

Berasal dari anak desa yang meraih kuliah, membuat saya membuka mata dan pikiran serta mengubah cara pandang. Dulu saya pikir pekerjaan dalam bentuk mengolah hasil bumi seperti pertanian dan perkebunan itu sama sekali nggak ada prestisenya, atau kalau untuk zaman sekarang “nggak keren” atau begitu juga dengan peternakan. Anggapannya dulu kerja keren ya di kantoran, berAC, dan berjas—ya itu juga sama baiknya sesuai dengan misi masing-masing. Namun di sini berbicara mengenai dampak pertumbuhan ekonomi di desa-desa terutama didukung oleh kondisi geografis di Indonesia.

desa semedo
Desa Semedo, Banyumas

Hal mengenai pertanian juga sedikit saya pelajari kala KKN Tematik dengan tema Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Malalui Pertanian Terpadu meskipun saya tak ada dasar pertanian dan berasal dari jurusan sastra. Dari kegiatan KKN tersebut juga belajar bahwa justru peran mahasiswa itu penting sekali kalau di desa-desa, nggak ada waktu buat merasa lebih tinggi atau intelek di teoritis saja namun perlu bergerak di lapangan yang nyatanya nggak mudah. Dari yang awalnya tim KKN membawa begitu banyak proker, namun akhirnya justru kami yang belajar dari masyarakat. Bukannya, peningkatan seharusnya dimulai dari akar yang paling bawah agar merata dan adil perputaran ekonominya?

Setelah itu, perlu belajar banyak lagi dong mengenai pengalaman bertumbuh di desa sendiri. Kebanyakan pemuda lahir di desa memang kalau nggak merantau ya ke luar negeri, karirnya pun termasuk stagnan meski mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Di sinilah pentingnya knowledge, agar ketika kita menciptakan rencana yang visioner itu ada hasilnya dan bukan sekadar hasil. Saya sendiri selalu kagum dengan orang-orang yang sedemikian memiliki energi untuk bisa berbagi serta menggerakan bersama—bukan sukses untuk diri sendiri. Saya sih percaya kalau menggerakkan anak muda lebih mudah karena lebih mudah termotivasi dan energinya masih banyak. Namun, bagaimana kalau yang sudah senior dan lama di desa-desa? 

Nah, di Banyumas sendiri ada anak muda yang memberdayakan gula semut organik di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas. Namanya Pak Akhmad Sobirin yang sudah merintis Semedo Manise sejak berusia 26 tahun. Pak Sobirin—sapaan akrabnya adalah lulusan teknik mesin UGM yang kemudian memilih kembali untuk turut membangun desa dari nol selepas keluar dari karirnya, seharusnya semangat inilah yang ada juga pada mahasiswa nggak hanya mengikuti arus utama. 

Kampung Berseri Astra Penghasil Gula Kelapa Organik

Kamis lalu (19/12) saya berkesempatan untuk “bermain” ke Unit Produksi Semedo Manise—sekalian sharing-sharing tentunya. Disambut dengan hangat di ruang tamu dengan banyak pigura penghargaan dan wangi gula semut. Kebetulan kala itu lagi ada tamu juga, salah satunya media jadinya sempat terhenti dan jalan-jalan keliling dulu sekalian lihat proses produksi. Di desanya asri banget sih dan memang kebanyakan tumbuh pohon kelapa. Untuk info, jalan ke Unit Produksi ini memiliki tanjakan yang tajam dan berkelok-kelok jadi harus hati-hati, tapi tenang aja udah beraspal dan bisa diakses dengan roda empat.

Membangun Kepercayaan Masyarakat Desa Hingga Mendapat Penghargaan: Bukan Hal Yang Mudah

Sebelum datang langsung ke unit produksi, sempet nih baca-baca artikel di internet dan series podcastnya Astra x Inspigo dengan judul Ikon Inspirasi Pemberdaya Gula Semut-jadi pas ngobrol sudah mengalir dan Pak Sobirin nggak perlu menjelaskan berulang-ulang yang pasti media sering liput.

akhmad sobirin
cr: Inspigo IG

Profil Desa Semedo sendiri memang kebanyakan warganya menjadi penderes air nila yang kemudian dijadikan gula merah. Berawal dari penelitian dosen mengenai gula semut, Pak Sobirin melihat gula semut bukan hanya potensi usaha namun juga meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Bukan tanpa alasan karena hasil penjualan gula jawa itu sebelumnya dibayar murah, mengganti sistem ijon, dan banyaknya kejadian kecelakaan jatuh dari pohon kelapa tanpa memiliki asuransi bpjs/jamsostek. Pak Sobirin yang juga jiwanya lebih condong ke entrepreneur serta pengalaman dalam bidang tersebut mencoba mengenalkan gula semut yang lebih awet dan harganya lebih tinggi. Selain itu, Desa Semedo ini sendiri memang penghasil gula kelapa terbesar di Asia termasuk keluarga terdekat Pak Sobirin juga menjadi pengrajin gula kelapa atau penderes.

desa semedo pekuncen banyumas

Awalnya tentu saja bukan hal yang mudah untuk mengajak masyarakat untuk bergabung dan bekerja sama sebelum ada hasil nyata dulu, pengalaman pahit masyarakat yang pernah dialami, dan juga anggapan mengenai memiliki "gelar” dan usia yang masih belum banyak pengalaman. Namun dengan melihat peluang permintaan gula semut ekspor tinggi, ada potensi sesuai dengan banyaknya pohon kelapa di Desa Semedo, dan berbekal pengalaman berbisnis selama kuliah Pak Sobirin tetap yakin untuk memulai dari nol.

Yang Dahulu Tiada Kini Menjadi Ada: BPJS Ketenagakerjaan, Beasiswa Pendidikan, Kerajinan, dan Kemandirian Ekonomi

Mengolah gula semut sesuai dengan SOP untuk memiliki kualitas, sudah pasti penghasilan dari awalnya 3-5rb/kg menjadi 13-20rb/kg setiap harinya. Dari penghasilan tentu menambah ke kesejahteraan keluarga dan keuangan lebih teratur, dan menanamkan juga mindset menjadi produktif bukan hanya di orientasi bisnis saja. Sebelumnya tentu saja menghadapi tantangan terutama membangun kepercayaan dalam membentuk kelompok tani namun bisa diselesaikan dengan fokus dan keyakinan, termasuk ke pendekatan personal pintu ke pintu, untuk mengetahui penyebabnya. Sampai tahun ini, sudah ada 7 kelompok tani dan beranggotakan kurang lebih 400 orang. Proses dan edukasi dilakukan secara mendetail hingga berhasil memberdayakan dan mengedukasi petani, membantu perlahan-lahan melunasi hutang-hutang sebelumnya, hingga mempersatukan 7 kelompok tani. Kelompok tani ini juga sekaligus untuk menjaga kualitas terbaik yang dijaga dari hasil produksi Semedo Manise.

Kisah di atas akan lebih terasa jika mengunjungi unit produksi di Desa Semedo sendiri. Kala itu saya melihat bagaimana proses memasak air nira di dapur bersih (jadi terpisah dari dapur rumah dan merupakan inovasi), diayak kasar dengan mesin, masuk ke oven, disortir manual untuk membuang kotoran, hingga pengemasan. Kontrol kualitasnya memang benar-benar terjaga dan steril, kalaupun mau masuk untuk melihat proses tersedia sandal untuk alas kaki. Untuk pengemasan juga didesain dengan memiliki sense of branding, ada yang bentuk standing pouch dengan berbagai ukuran, kaleng, sampai ukuran kecil untuk minuman. Dalam rumah produksi, setidaknya ada 7 orang yang mengerjakan, 5 di antaranya perempuan dan 2 laki-laki.

Dapur bersih produksi gula semut
Dapur bersih yang terpisah dari dapur rumah

proses produksi semedo manise
Proses pendinginan air nira yang telah dimasak
proses produksi semedo manise
Proses di rumah produksi: ayakan kering menggunakan mesin setelah proses ayakan basah dan proses pengeringan dengan oven
proses produksi semedo manise
Proses setelah ayakan kering yaitu sortir kotoran dan gula gosong secara manual
proses produksi semedo manise
Gula semut organik telah jadi, siap diekspor atau dikemas

Pemberdayaan bukan hanya sampai di tahap pengerjaan produksi saja, namun juga difokuskan ke para petani dalam kelompok tani. Sekaligus menjawab penasaran saya di sini bahwa ada juga peran pemuda di sini dalam karang taruna dan bumdes, namun untuk fokus saat ini memang lebih ke petani. Selain para petani sudah didaftarkan ke bpjs ketenagakerjaan, bantuan-bantuan dari dinas serta Astra digunakan untuk fasilitas pelatihan bagi para petani. Ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan ini terus membuahkan berkah, bukan hanya mendapat penghargaan Astra namun diberikan bantuan tiap tahunnya untuk pemberdayaan dan jalannya usaha (bantuan alat penderesan, masak, produksi). Tahun 2019 Astra juga memberikan bantuan berupa ternak kelinci sebagai usaha sampingan selain menderes. Dinas Perkebunan juga turut memberikan bantuan berupa bibit kopi robusta dengan harapan bisa juga mengekspor.

Keuntungan dari bantuan-bantuan di atas digunakan untuk keperluan kelompok tani seperti bpjs ketenagakerjaan yang telah disebutkan di atas, kegiatan sodaqah sampah, santunan anak yatim dan piatu, pembuatan sedotan bambu, pengusahaan bantuan beasiswa pendidikan, pembuatan kerajinan piring lidi, dan penanaman tumbuh-tumbuhan di depan rumah berupa sayur-sayuran.

tanaman sayuran
Contoh tanaman sayur-sayuran di salah satu rumah warga Desa Semedo

Meraih Banyak Penghargaan Bukanlah Ambisi

Di ruang tamu Pak Sobirin terlihat banyak pigura sertifikat penghargaan serta prestasi, salah satunya SATU Indonesia Awards 2016. Ketika membahas mengenai penghargaan, justru jawaban yang didapat adalah kejujuran dan ketulusan bahwa hal tersebut bukanlah ambisi mencapai untuk diakui namun tumbuh bersama-sama. Penghargaan SATU Indonesia Awards 2016 juga memiliki sejarah sendiri di mana sebelumnya tak terpilih pada tahun 2015 namun dihubungi kembali dan kemudian diajukan kembali karena melihat perkembangan Desa Semedo. Bahkan Pak Sobirin saja tak mendaftar secara individu, namun direkomendasikan Pak Camat yang kemudian naik dari kecamatan, kabupaten, provinsi sebagai pemuda pelopor, dan nasional 2015 lalu.

astra indonesia awards 2016
Satu Indonesia Awards 2016

Akan jadi sia-sia dan sejarah saja jika sertifikat menjadi pajangan dan koleksi saja, namun Pak Sobirin terus tumbuh bersama Semedo Manise selama 7 tahun. Dari penghargaan Astra tersebut membawa Pak Sobirin menjadi penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) dan melingkupi 3 desa yaitu Desa Semedo, Desa Petahunan, dan Desa Karangkemiri. Ikhtiar-ikhtiar tersebut membawa gula Semedo Manise diminati di pasar ekspor paling banyak ke Amerika dan Eropa, serta tersebar di seluruh Indonesia yang mayoritas permintaan dari cafe dan hotel.

Gula semut organik dari kelapa sendiri memiliki beberapa keunggulan seperti lebih awet masa simpannya selama 2 tahun, aman dikonsumsi untuk diabetes, serta memelihara kesehatan badan. Gula semut memiliki kadar air kurang dari 2% dan juga bisa langsung larut dalam air dingin. Untuk rasa ada Original, Temulawak, Kunyit, Jahe, Kunyit, Daun Sirsak, dan Rempah. Dari segi harga harga memang lebih mahal dari gula pasir maupun gula merah, namun untuk investasi kesehatan gula semut organik ini cocok dikonsumsi dalam jangka panjang. Itulah mengapa Semedo Manise memiliki slogan "Healthy Never Tasted This Sweet". Selain produk gula semut, ada juga produk lainnya yaitu VICO atau minyak kelapa.

semedo manise

Gula semut organik rasa temulawak dan rempah
Gula semut organik rasa temulawak dan rempah
gula semut rempah organik
Gula rempah, favorit saya :)
gula rempah
Gula rempah bisa langsung larut di air dingin dan menghangatkan badan

Bukan tanpa kemungkinan juga masih ada banyak hal yang perlu ditingkatkan meskipun sudah berjalan selama 7 tahun. Namun banyak juga kemungkinan akan lahir inovasi-inovasi yang melibatkan kepemudaan, digital branding yang lebih baik dengan strategi pemasaran online dalam promosi online, inovasi produk lain seperti minyak goreng kelapa, inovasi mempermudah penderesan air nira seperti misalnya uji coba kelapa genjah saat ini, memiliki sertifikat organik sendiri, membuat desa lebih terjangkau dalam akses sinyal informasi, hingga pendidikan yang lebih tinggi bagi anak-anak Desa Semedo serta meneruskan semangat membangun desa. Karena dari usaha ini juga, turut membangun akses yang mempermudah warga Desa Semedo.


kampung berseri astra semedo manise


Sudah pasti kalau Pak Akhmad Sobirin cocok dijuluki sebagai Banyumas Local Hero. Tak hanya menjadi penerima apresiasi Satu Indonesia Awards 2016 Bidang Kewirausahaan saja, namun juga menjadi penggerak Kampung Berseri Astra. Indonesia memiliki banyak pemudia potensial dan membutuhkan kepedulian semangat dan kepedulian yang tinggi untuk mengabarkan berita-berita mengenai #IndonesiaBicaraBaik, seperti teladan Pak Sobirin ini. Dengan keyakinan, semangat juang dan kegigihan bisa membangun Indonesia yang lebih baik dimulai dari desa-desa untuk mewujudkan eratnya #KitaSATUIndonesia.

*** 
- sistem ijon: adalah ketika petani dipenuhi dahulu kebutuhannya seperti sembako, kemudian harga gula baru ditentukan oleh tengkulak setelahnya.

44 komentar

  1. Satu konsep usaha yang luar biasa. Memberi edukasi sekaligus memberdayakan masyarakat dan juga potensi daerah

    BalasHapus
  2. Setuju bgt. Local hero begini mesti hrs banyak diliput agar dunia semakin kenal. Selalu kagum sama Astra Terpadu, kegiatan2 yang didukungnya berhasil membantu mengembangkan kehidupan warga menengah ke bawah. CSR seharusnya memang seperti itu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk beberapa media di Indonesia sudah banyak sih kak hihi, hanya yang terupate belum. Salah satu berhasilnya ini nih Astra

      Hapus
  3. Turut bangga dan kagum dengan tokoh seperti Pak Birin yang mampu mengolah produk rumahan menjadi produk yang mampu bersaing bahkan bisa memajukan masyarakat sekitar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangga banget dan bikin pengin seperti itu juga di usia yang muda kelak hihi

      Hapus
  4. Memang begitu mbak. Ada aja tantangan kalau mau babat untuk sebuah inovasi gitu ya, asli ini tulisannya berbobot banget mbak. Aku penasaran banget sama gula semut ini mbak 😍😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya apalagi di desa mbaa. Boleh tuh kepoin webnya semedomanise :)

      Hapus
  5. diriku selalu memilih produk lokal jika memang ada pilihannya. Membangun ekonomi memang harus dari rakyatnya sendiri. imej barang lokal juga bagus harus dibangun. Termasuk gula semut ini. harus dikuatkan pasarnya biar produksi makin banyak lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya produk lokal kalau dibranding naik kelas gini kece banget, bisa go internasional lagi

      Hapus
  6. Gula semut ini jarang kita temui di Jakarta,, kecuali dalam kemasan sachet di hotel 😅
    Semoga gula semut ini semakin dikenal dan digemari ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya di gerai umkm gitu kak atau bagian oleh2 juga ada. Tapi di marketplace juga ada kok kak :D

      Hapus
  7. Aku stuju banget kalau mahasiswa adalah tonggak masa depan negara.
    Karena idenya yang selalu penuh semangat dan nyata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi semangatnya harus jangan sampai habis di tengah jalan tentunya ya Mbak Lendy

      Hapus
  8. Waaa... beliau luar biasa banget, ya, bisa menggerakkan dan memberdayakan masyarakat sekitar. Sangat inspiratif. Produknya juga unik banget, dan sulit disamai. Tak salah jika terpilih jadi salah satu sosok yang dipilih oleh Astra sebagai salah satu local hero.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, gula semut organik dari kelapa. Masih jarang dan brandingnya lumayan bagus :)

      Hapus
  9. Nah, yg begini harusnya diviralkan dan diglobalkan. Produk lokal pun tidak akan kalah kualitasnya dengan produk luar negri selama benar-benar dikelola dengan baik. Jadi, bakalan mampu meminimalisir import dari luar agar bisa mengurangi defisit negara. Setuju g min? he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamulillah sudah lumayan viral, bangga banget sebaga warga banyumas hehe. Tentunya banyak dukungan dan doa yg menyertai :)

      Hapus
  10. Wah baru tau ada gula semut ini.. ada varian rempah juga. Praktis gitu ya gak gak perlu bikin wedang lagi.. kreatif bgt ini yg punya bisnis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah pasti, cocok untuk udara dingin karena hujan saat ini :)

      Hapus
  11. Masya Allah, keren sekali kontribusi dari pak Ahmad Sobirin ini. Bahkan saya saja baru tau tentang produk Gula Semut juga Gula Rempah. Semoga makin maju dan memberdayakan masyarakat sekitar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya itu varian rasa diversifikasi produknya kak, amiin semoga ya kak :)

      Hapus
  12. Produk lokal gini harus diglobalkan memang yah biar petani gula makin maju dan insya allah perekonomian kita maju juga.

    BalasHapus
  13. Dulu waktu kecil, saya kira gula semut itu adalah gula yang dari semut hahaha. Makanya saya tidak pernah mau coba pas pertama kali ke rumah Nenek di Jawa.
    Dam keren sekali Mas Sobirin ini ya, Mbak Marfa. Indonesia butuh pemuda-pemuda seperti dia. Tidak hanya memajukan daerah, tapi juga meningkatkan pendapatan masayarat setempat.
    Saya suka gula semut. Dan di Kebumen juga ada daerah khusus sentra pembuatan gula semut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi dikira dari semut ya :D, saya kira malah dulu juga yang disemutin atau gimana. Wah ada juga, suka konsumsi atau nggak?

      Hapus
  14. Ini keren ya, memberdayakan masyarakat sekitar juga

    BalasHapus
  15. Wahh, rempahnya bikin penasaran nih. Cocok nih buat oleh2 khas Banyumas ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kapan-kapan kalau pas ke Purwokerto boleh main kak ke unit produksi :3

      Hapus
  16. Semoga bisa bertambah lagi pemberdayaannya ya kak.. nggak terbatas ke 7 kelompok Tani Aja. Biar Makin banyak produksi gula dari semedo ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap tentunya akarnya kuat dulu, kemudian berdaya dan menyebar :)

      Hapus
  17. Sangat memotivasi sekali, di era sekarang ekonomi kreatif ataupun berwirausaha sangatlah penting, selain menambah pendapatan bagi pelaku usaha, namum juga menekan angka pengangguran yang ada di Indonesia. Semoga semakin banyak daerah-daerah lain seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, jadi berdaya dan sukses bersama membangun desa

      Hapus
  18. Tokoh yang sangat inspiratif, tak heran jika ia berhasil menyabet Satu Indonesia Award. Indonesia memang butuh sosok-sosok kayak Ahmad Sibirin ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhmad Sobirin kak hihi, iya aku pengin bisa sebermanfaat ini juga :3

      Hapus
  19. Masya Allah, kreatif sekali, membangun karir dimulai dari tempat tinggal, semangat terus berkarya kk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kapan2 main ke Semedo yuk kak :)

      Hapus
  20. waw keren banget ini
    bersih ya dapurnya
    teknologi pengelolaannya canggih
    kemasannya menarik

    btw semoga menang ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, baru pernah lihat aku dapurnya :D amiin amiin semiga ya :)

      Hapus
  21. Gula semut inu yg kayak apa aslinya yaa..

    Kek pernah liat tapi gatau itu gula semut bukan.

    Inu yang bisa jadi topping buat makanan pisang coklat itu apa bukan sig ya kak? Mirip bentuknya soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin itu kayu manis kak, bisa sih biasanya buat taburan namun yang lebih light. Kalau yg ini lebih cocok untuk minuman atau campuran minuman

      Hapus
  22. Terkait mengenai kkn, aku setuju banget kak. Banyak banget yang dipelajari disaat kkn. Mahasiswa juga turun langsung melihat keadaan desa dan dapat berpikir kreatif untuk kemajuan desa tersebut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap, begitu ke Desa Semedo aku malah penasaran kalau belajar langsung kkn di sini, pasti bisa kolaborasi dan sharing

      Hapus

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.