Ngomongin Insecurities

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Halo, apa kabar?

Mumpung masih segar dan anget di pikiran, tetiba pengin ngomongin insecurities aja. Ini tiba-tiba dateng aja sih pas bangun kesiangan (jam set 1 siang, 27/4—tapi diposting 10 Mei) dan abis mimpi panjang. Et tenang, tetep sahur dan subuh kok ya walau nahan ngantuk, efek obat bos! Nah di mimpi panjang dan kayanya masuk deep sleep itu random banget, kaya petualangan! Iya akhir-akhir ini sering mimpi kaya di film-film gitu dan seru banget, mungkin karena efek kangen mondar-mandir di dunia nyata ya. Secara saat ini selain lagi stuck karena keadaan (belum lulus), juga karena sedang ada covid19 ini. Di mimpi yang random itu, saya ketemu temen-temen lama dan jadilah tim, terus tiba-tiba settingnya jadi kaya di film-film Avenger gitu. Abis itu lanjut mau istirahat ceritanya, tetiba udah pakai baju pramuka aja dan ngadem di masjid. Tapi bingung masjidnya itu ada versi kanan kiri, padahal kan biasanya perempuan-laki aja yak. Namun yang bikin ngeh dan kerasan banget di mimpi itu adalah, saya nggak takut lagi saya ketinggian dan udah lepas kalau lagi lari. Biasanya di mimpi sebelumnya selalu takut sama ketinggian dan berat banget buat lari. Apa ini gambaran dari real life? Nggak tahu juga, namanya juga bunga tidur yang kelamaan. Namun kalau iya juga Alhamdulillah banget.

sticky notes
sc: pixabay: pexels

Sekarang ini, rasanya orang banyak yang mudah insecure, apa karena faktor media sosial? Hmm bisa jadi juga, meskipun mengelak bahwa nggak akan kok bandingin sama orang-orang di media sosial yang hanya menampilkan sisi baiknya, tapi ternyata kena juga tanpa sadar. Hehe. Hubungannya apa sama mimpi di atas? Nah jadi gini, tahun ini dan tahun sebelumnya memang saya sedang belajar berdamai dengan diri sendiri sepenuhnya dan emotional healing karena emang ngerasa puncaknya messed up banget. Segalanya rasanya ambyar, tapi entah kenapa udah nggak sedih lagi, udah nggak nyalahin keadaan lagi. Mungkin sih ada dua ya orang bisa jadi lebih kuat, satu karena dia emang dianugerahi self-control yang kuat, dua karena dia sudah resilien karena hal yang datang sudah bertubi-tubi alias mati rasa—alias sudah berdamai dan nggak denial.

Sebenernya belajar berdamai ini udah kenal sejak usia 19 tahun, cuman waktu itu kan konsepnya masih kecil mahaminnya jadi ya jatuh bangun sampai usia sekarang. Mungkin sekarang selain karena sudah bosen ditimpa bertubi-tubi dan entah mengapa sudah sedikit menjadi kuat, mungkin ini yang dinamakan proses pendewasaan. Termasuk insecurities dalam tubuh yang pernah sampai saya bahas 3 episode bareng temen di bebasdefinisi podcast yang udah ada di Spotify. Bisa banget didengerin hehe, sekalian kalau mau lihat daftar episode-episodenya udah ada di postingan Bebas Definisi Podcast ya! Nah setelah bangun dari tidur itu pikiran tiba-tiba “sejak kapan sih saya udah nyaman sama badan sendiri?” terus jadi recall memori-memori yang lalu dan prosesnya nggak selangsung itu.

Kalau ngomongin insecurity soal fisik terutama karena saya perempuan, wah kalau dihitung banyak banget. Dimulai dari SMP yang dikatain betisnya gede dan wajahnya belang, pas SMK pernah dibilang bahunya lebar pas banget perpisahan pakai kebaya yang harusnya jadi momen bahagia perpisahan, belum lagi bentuk wajah yang kotak, dan hidung yang minimalis. Dulu sempet minder banget, penah tuh beli alat pemancung hidung, pernah beli obat diet sampai perut sakit, pernah nggak pede pakai baju, pernah nggak pede ketemu orang-orang ya karena kondisi fisik.

Namun makin ke sini, makin nyaman aja sama diri sendiri dan semoga seterusnya. Kalau ngomongin kekurangan dalam diri emang banyak banget dan nggak akan ada habisnya. Yang ada malah overthinking terus, mikirin terus buat sempurna, kebanyakan pura-pura, selalu benci melihat cermin, dan pernah juga nggak pengin jadi diri sendiri dan berandai-andai:

Coba ya, aku jadi dia
Coba ya, aku terlahir seperti dia

Terlalu fokus ke hal tersebut lama-lama bikin jengah dan kepala penuh, dan selalu kecewa dengan diri sendiri. Tapi sekali lagi, sekarang Alhamdulillah sudah nyaman. Ya meskipun beberapa kali masih suka sambat, itu wajarkan selama menjadi manusia? Abis itu ingetin diri sendiri lagi. Di bagian akhirnya sudah lebih tenang ini, jadi inget kadang luka memang bisa sembuh jika diabaikan dan kemudian tak lagi ingat, beban itu berkurang.

shoes walking journey
sc: pexels: Tobi

Ya gimana nyaman dan nggak bahagia serta bangga sama diri sendiri? Coba lihat bahwa diri ini bebas berjalan, bebas ke mana-mana, bebas menghirup udara segar, dan bebas nulis di blog ini udah berapa postingan tuh. Iya meskipun nggak langsing dan biasa saja, namun diri ini luar biasa. Kedua kaki ini yang pernah mengayuh sepeda saat SMP dan tetep bahagia, kedua mata yang tahan sama layar warnet jaman dahulu, bahu atau pundak yang tahan ketika begadang nulis tiap malem, mulut yang kadang bisa berkata bijak meskipun dalemannya sedang ambyar, diri ini nih yang udah berani keluar dari zona nyaman dan batasan diri sendiri, dan diri ini juga yang sudah mau diajak jatuh bangun sampai lebam-lebam (literal dan kiasan. Coba melihat ke diri sendiri lagi, yang selalu ada dan nggak pernah meninggalkan diri ini meskipun rasanya hancur banget siapa? Ya diri sendiri, kan?

Dari sini udah berjanji bahwa udah nggak maksa lagi apalagi yang aneh-aneh, tapi tentunya merawat dengan sepenuh hati. Mengubah mindset juga penting banget, dulu misalnya males olahraga karena menganggap olahraga itu hukuman dan batasan, sekarang diganti kalau olahraga itu part of lifestyle—bikin jiwa dan raga sehat. Dari pada mengeluh karena merasa “kalah cantik”, lebih baik fokus ke hal lainnya dan berhenti ngasih makan ego dengan terus-terusan stalking. Hehe kadang memang kecewa dan sakit hati karena ulah sendiri, ulah ekspektasi sendiri yang berlebihan. Ternyata hidup jauh lebih menyenangkan ketika membuang hal yang toksik dalam diri, dan jangan sampai kamu jadi toksik untuk diri sendiri.

“If you don't heal what hurt you, you'll bleed on people who didn't cut you.”

Insecure ini juga ada kaitannya sama tujuan kebahagiaan, makanya bagi setiap orang berbeda casenya dan jalan untuk berdamai akan hal tersebut juga berbeda-beda. Namun yang pasti, harus berani meminta maaf pada diri sendiri dahulu, memang terasa berat pada awalnya dan beberapa nggak akan bisa langsung, contohnya ya diri ini. Yang kedua adalah memperluas cara pandang yang bisa didapatkan dari membaca pengalaman banyak orang terutama self-love, lagi-lagi di podcast saya pernah bahas ini. Yap, beruntung sekarang di medsos juga sudah banyak yang mengunggah kutipan maupun proses self-love. Menurut saya pribadi ini juga yang paling penting sih, hidup jadi lebih enak dan enjoy, lebih ringan rasanya! Kemudian menerapkan meditasi juga bisa menjadi salah satu cara, dan juga membuat jurnal syukur harian seperti yang pernah saya tulis di postingan Bahagia, Dengan Atau Tanpa Apa-Apa

photos memories
sc: Leah Kelley, pexels

Mungkin itu dulu unek-unek kali ini, well kangen juga nulis ginian hehe. Semoga bagi yang masih proses berdamai segera menemukan kedamaian itu. Nggak papa nggak harus cepat, kadang di banyak jalan dan perjalanan kamu nemu banyak hal yang menakjubkan untuk menjadi cerita suatu saat nanti. Pada akhirnya, luka dan lara tersebutlah yang membuatmu tumbuh. Maka sudah saatnya kamu meletakan beban di pundak yang selama ini kaubawa pada tempatnya. Kini dan esok selanjutnya adalah langkah yang lebih ringan dan lebih tegap, serta senyum dan kekuatan dari dalam yang memancar. Selamat menemukan diri sendiri.
***

Nb: ditulis sehabis mendengarkan lagu Si Lemah – RAN & Hindia

45 komentar

  1. Hahahaha seru ya perjalanan akhirnya menemukan diri sendiri itu. Buat enjoy aja ya kak karena jadi lapang hati. Panggilan panggikan dulu itu kalau diingat ingat bikin senyum lho iya nggak sih?

    BalasHapus
  2. Jadi diri sendiri dan tetap menikmati semua proses adalah jalan yg saya pilih. Kadang suka ingin tertawa jika mengingat masa lalu dan mengenang kini setelah kondisi banyak berubah. Tetap syukuri apa yg kita dapat
    Semoga tetap kuat...

    BalasHapus
  3. Org yg suka insecurity biasanya sering marah-marah ga jls.. mgkin emang ybs gak bahagia *curcol*

    BalasHapus
  4. aku pernah merasakan insecurities kalo mental aku lagi drop parah

    BalasHapus
  5. Setuju kak, kita harus bisa iklas dalam melalui keadaan ini, jangan semua beban di bawa. hahaha biar dilan saja yang berat.

    BalasHapus
  6. Berdamai dengan diri sendiri itu memang tak mudah
    Menerima diri apa adanya kemudian menjadikan kita percaya diri tentunya butuh proses yang panjang. Tapi semua pasti bisa dilalui dengan semangat yang kuat

    BalasHapus
  7. insecure sering kejadian banyak orang tanpa disadari tapi begitu ia sadar bahwa dirinya begitu berharga. PAsti langsung deh menghempas insecure itu dan bersyukkur dengan banyak kemudahan dan rejeki yang sudah ada

    BalasHapus
  8. Jadi diri sendiri itu menenangkan hati dan jiwa percayalah.. karena kita punya sesuatu yang spesial jika kita mau mengexplorenya, melihat orang lain boleh aja tapi pengen jadi seperti orang lain, jangan dehh...

    BalasHapus
  9. Belajar menerima dan berdamai dengan diri sendiri atas segala kekurangan yang ada bisa mengurangi rasa insecure menurutku sih. Maka membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu sebelum membahagiakan orang lain itu menjadi prioritas.. :)

    BalasHapus
  10. Aku masih suka insecure sehari-hari, kadang ada aja perasaan rendah diri. Terutama disaat pandemi begini. Mau lanjut kuliah tapi kuliahnya tidak ada.. mau kerja tapi kerjaannya tidak ada.. mau belanja tapi uangnya tidak ada.. kemudian mengecill aja, rasanya ga ada apa-apanya di dunia ini

    BalasHapus
  11. Setelah melalu perjalanan berdamai dengan diri sendiri ini, dunia terasa semakin penuh warna ya, kak. Lebih bisa melihat semuanya, yang diakhiri dengan cara tersenyum menerima dan memahami.

    BalasHapus
  12. Aku juga nih kadang2 masih suka insecure apalagi tentang fisik, gak pernah percaya diri gitu lah. Tapi saya harus tetap bersyukur apapun bentuk dan kondisinya, intinya tetap melakukan hal terbaik dan jaga kesehatan yaa.

    BalasHapus
  13. Aku sering banget merasa insecure. Ada aja yang rasanya kurang, inilah itulah. Akibatnya jadi tidak berkembang karena sebelum memulai udah merasa rendah diri duluan. Sedihnya gitu sih.

    BalasHapus
  14. UBah insecure jadi bersyukur, gitu kan mba? Hiihi. Ubah imperfect menjadi i'm perfect. Insya Allah kita akan lebih menghargai diri sendiri dan apa yang sudah Allah berikan untuk kita.

    BalasHapus
  15. Sekadar sharing, sejak rutin menulis jurnal syukur setiap harinya, aku jadi lebih tenang menjalani hidup..
    Insecurnya hilang :)

    BalasHapus
  16. By the way perasaan kayak gini kadang juga masih muncul di diri saya.

    Saya tuh introvert banget, dan gak jarang ngerasa insecure, suka ngerasa paling buruk di antara yang lain, dan itu ganggu banget.

    Cuma makin ke sini, makin dewqsa juga mungkin, jadi suka mengesampingkan perasaan itu biar bahagia.

    BalasHapus
  17. saya sering mendengar curhatan insecure ini dimana mana ya kak, Saya sendiri ngerasa emang banyak kekurangan tapi saya juga nyari dimana kelebihan saya dan banyakin bersyukur bahwa kita punya keahlian yang ngga dimiliki orang lain

    BalasHapus
  18. Self management ini gampang2 susah melakukannya. Kita sudah mengetahui teorinya, namun kadang susah utk mempraktekkannya. Butuh kesabaran.

    BalasHapus
  19. aku juga pernah mbak merasa insecure tapi bukan gegara medsos melainkan karena ketakutanku sendiri, akibat overthinking gitu..

    BalasHapus
  20. Merasa insecure pasti pernahlah. Apalagi aku tipe orang yang suka mikir kejauhan :D Paling kalo udah mulai merasa nggak nyaman, ya sibukkan diri dengan hal lain.

    BalasHapus
  21. wajar sih namanya manusia pasti ada rasa insecure pada diri sendiri. tinggal bagaimana kita bisa yakin untuk bisa menerima semua kekurangan itu dan menonjolkan kelebihan. enggak mudah memang, tapi dengan adanya doa dan support system dari orang tersayang pasti bisa. yuk semangat yuk. terima kasih mba sharingnya, tulisannya mantul.

    BalasHapus
  22. Masa lalu itu ada juga yang bagus buat dikenang tapi juga banyak yang harus di hempas Gan Tapi kadang-kadang bisa bikin senyum juga yang jelek dibuang aja lah

    BalasHapus
  23. “If you don't heal what hurt you, you'll bleed on people who didn't cut you.”<<< aku suka kalimat ini. Insecurities will kill you, itu prinsip aku hehehe

    BalasHapus
  24. Hidup selalu memberikan kita ujian dan kebahagiaan. Kalau betul mau hidup, ya harus menerima keduanya dalam satu paket. Nggak ada orang yang diberi senang terus, atau susah terus. Meskipun susah senang itu bagi setiap orang relatif, ya. Nggak melulu soal materi, loh.

    Menerima, makanya pada akhirnya kita bisa berdiri tegak dan melangkah.

    BalasHapus
  25. Mungkin cerita tadi itu dampak mental illness ya mbak. Ketakutan, kecemasan akan segala hal. Beruntung kalau belum sampai depresi :D

    BalasHapus
  26. Sampe sekarang aku pun kadang msh merasa insecure tapi sudah berkurang, yang penting harus menerima diri sendiri ya dan belajar untuk hidup dengan itu

    BalasHapus
  27. masalah insecurities ini menurutku akan selalu kita temuin dalam setiap fase hidup kita mba, cm dlm takaran dan masalah yang beda. I've been there, berasa at the lowest point itu gak enak, dan yg bisa nolong kita ya cm diri kita sendiri yang self encourage

    BalasHapus
  28. Banyak bersyukur dan mengingat yang naik ketimbang yang buruk membuat aku lebih nyaman. Kalau gak menulis berkah yang kuterima

    BalasHapus
  29. Sebuah proses yang panjang ya dan memang itu butuh karena hidup selalu menyesuaikan diri dengan keadaan semestinya

    BalasHapus
  30. memang bener bgt, yg terpenting jadi diri sendiri, krn kita yg tau batasannya

    BalasHapus
  31. Jadi diri sendirinya bikin kita lebih enjoy dan tidak ada beban. Tak lupa juga bersyukur akan semua nikmat yang kita miliki.

    BalasHapus
  32. Setelah melalu perjalanan berdamai dengan diri sendiri ini, dunia terasa semakin penuh warna ya, kak. Lebih bisa melihat semuanya, yang diakhiri dengan cara tersenyum menerima dan memahami.

    BalasHapus
  33. Benar banget menjadi diri sendiri adalah kunci agar kita bisa menjalani hidup ini dengan ikhlas

    BalasHapus
  34. Jujur, saya terharu sekaligus termotivasi karena tulisan ini. Ternyata nggak cuma saya yang punya masalah sama diri sendiri.saya juga juga lagi berusaha untuk menerima diri apa adanya. Mencoba bersyukur dan bahagia. Susah emang, tapi akan saya lakukan secara perlahan. Makasih banyak motivasinya mbk...😊

    BalasHapus
  35. insecure ini lagi jadi trending banget nih. apalagi dengan banyak tuntutan, contoh public figure dan dunia yang semakin gampang diakses, semua orang jadi merasa tidak nyaman dengan dirinya padahal kalo kita bisa mengenali diri dengan baik itu tak kan pernah terjadi menurutku

    BalasHapus
  36. Masa SMP adalah masa insecure saya secara fisik. Ternyata setelah dewasa, masa insecure di usia SMP itu adalah masa yg umum dialami banyaak anak di dunia. Alhamdulillah di usia SMA hingga saat ini, saya nyaman dengan diri saya sendiri. Saya kira itu point agar bahagia terus : nyaman dengan diri sendiri.

    BalasHapus
  37. sebenarnya dari dulu pun banyak yang merasa insecure. insecure ada dalam diri tiap orang. hanya saja, dulu orang merasa malu dan tambah insecure untuk mengakui kalau dia sedang merasa insecure. meburut aku bukan semata-mata karena medsos sekarang ini semakin banyak yang merasa insecure. tapi bentuk komunikasi generasi sekarang juga lebih berani dalam mengemukakan perasaannya.

    ga ada salahnya insecure, karena setiap orang pasti mengalami ini. yang penting yang harus diingat adalah kemudian bisa bangkit melawan insecurenya.

    tiap baca tulisan kamu kok aku rasanya jadi ingin curhat sih. ah kapan kapan deh kalau ga males aku bikin tulisan panjang soal rasa insecure aku.

    btw, buat aku mimpi itu bukan sekedar bunga tidur.

    BalasHapus
  38. Zaman aku remaja tuh suka gitu. Kenapa aku begini, kenap gak kaya si A, B? Lalu berjalannya waktu, sekarang lebih menerima diri sendiri. Mari berbahagia

    BalasHapus
  39. Saya juga pernah merasa jadi orang yang mudah insecure, karena faktor media sosial. Terlalu banyak baca yang membingungkan. Akhirnya sekarang lebih baik melipir, banyak menenangkan diri dan banyak bersyukur tentunya

    BalasHapus
  40. Ah pengingat banget deh ini. Hidup akan lebih ringan kalau kita meletakkan banyak beban hidup di bawah saja pd tempatnya gak usa di pikul semua

    BalasHapus
  41. Kalau ingin mengalahkan insecuritas, kuncinya adalah mengupas satu per satu sisi baik dan buruk kita. Seperti mengupas bawang saja. Sampai ke paling dalam, kalau bisa, ke sumber trauma kita.

    Tapi itu semua butuh proses dan usia. Makin tambah masa dan usia, insecurities akan berkurang dengan signifikan.

    BalasHapus
  42. Deep learning banget siih...Marfa keren.
    Aku kadang muncul juga siih perasaan insecure. Tapi buru-buru istighfar.
    Supaya ga ambyar kemana-mana.

    BalasHapus
  43. dulu mungkin sempat mengalami insecurities ya
    uring uringan ga jelas gitu
    tapi seiring berjalan waktu akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri
    menyusukuri apa yang dipunya dan didapat
    ternyata bisa bahagia

    BalasHapus
  44. Sampai sekarang saya insecure banget dengan kondisi pandemi ini
    Apalagi suami kena dampak
    Huhuhu makin menjadi jadi insecurity nya

    BalasHapus
  45. Berdamai diri dengan sendiri ini emang penting banget, setidaknya dengan begitu kita lebih bisa menghargai plus mensyukuri diri sendiri dan gak ikut-ikuta insecure

    BalasHapus

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.