Mewujudkan Inklusivitas Mulai dari Pendidikan Pada Anak Disabilitas dan Kusta

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Hola, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik ya!

pendidikan inklusif disabilitas anak

Sampai saat ini, saya masih terus belajar bagaimana cara bersikap terhadap teman-teman disabilitas termasuk dalam aktivitas keseharian dan membaur. Bagaimana untuk dapat bersikap dengan tepat tanpa bias stigma atau mengasihani, karena sesungguhnya justru teman disabilitas akan senang tanpa perlu perlakuan berlebih atau justru terasa dibedakan.

Hambatan Bernama Stigma dan Diskriminasi

Stigma pada disabilitas dan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) masih banyak yang melekat, belum lagi perlakuan diskriminasi. Memangnya efeknya sebesar itu? Jangan salah, justru jika peran sosial masih lekat dengan dua hal tersebut justru akan menghambat proses seperti pengobatan yang diperlukan maupun produktivitas. Misalnya jadi rendah diri, merasa dikucilkan, merasa tak berdaya ini bukan hal yang ringan untuk dilalui. 

Belum lagi menghadapi sektor dan aksesibilitas yang belum ramah atau belum inklusif, kembali menjadi tantangan, termasuk pendidikan. Ditambah pula jika tempatnya berada di daerah yang sarana umumnya masih susah bahkan untuk keseharian, bagaimana ya untuk bisa mengakses pendidikan ini?

Hak Pendidikan Bagi Anak Disabilitas

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 tertulis bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, termasuk artinya teman disabilitas. Hak pendidikan teman disabilitas juga didukung pada UU No 8 Tahun 2016 di mana di sana disebutkan bahwa tiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.

Untuk perihal pendidikan ini, pemerintah sendiri sudah menyediakan SLB agar teman disabilitas tetap mendapatkan hak pendidikan yang sudah disesuaikan dengan tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran karena perbedaan fisik, emosional, mental, sosial, atau mempunyai potensi atau bakat istimewa. Selain itu terdapat juga sistem dukungan lainnya di mana terus mengakurasi data Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), pengajar kompeten yang sesuai dengan bidang khusus, terus menyediakan penerbitan regulasi, sampai sosialiasi dengan pihak orang tua dan masyarakat.

Pendidikan Inklusif Pada Anak Disabilitas 

Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Memang inklusivitas termasuk dalam pendidikan masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat kendala yang menjadi PR, namun perlahan dirintis sedikit demi sedikit. Begitulah kiranya yang saya dapatkan dari talkshow yang diadakan oleh Ruang Publik KBR dengan tajuk Pendidikan Bagi Anak dengan Disabilitas dan Kusta.

Talkshow yang dipandu oleh host Rizal Wijaya ini menghadirkan narasumber yaitu Bapak Anselmus Gabies Kartono dari Yayasan Sankita (Kita Juga), Bapak Frans Putut (Kepala SD N Rangga Watu Manggarai Barat), dan ananda Ignas Carly yang merupakan murid dari SD N Rangga Watu sekaligus testimoni disabilitas.

Yang paling utama disorot dari talkshow pada Jumat lalu (21/10) memang mengenai pendidikan dan perhatiannya terdadap anak disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus. Bahasan dibuka dengan cerita inspiratif dan dibawakan dengan penuh semangat oleh Bapak Ansel dari Yayasan Kita Juga. Yayasan ini sendiri memang khusus bergerak di isu disabilitas, rehabilitasi sumber daya masyarakat disabilitas di Manggarai Barat sejak 2007. Sudah lama juga ya? Nah baru jadi yayasannya sendiri sejak 2017.

Berangkat dari Keresahan

Yayasan Sankita inilah yang juga mengusulkan dan menginisiasi untuk adanya pendidikan inklusif agar anak-anak tetap mendapatkan pendidikan dan jadi tak tertinggal jauh. Hal ini tentunya berangkat dari keresahan yang terjadi di Manggarai Barat di mana masih banyak ABK yang tidak mau sekolah, tidak didaftarkan oleh orang tuanya saat usia masuk sekolah, fasilitas dan pengajar sekolah yang belum mendukung, maupun sarana fisik sampai bangunan yang aksesibel.

Dari sinilah mengapa alasan penyelenggaraan pendidikan inklusivitas ada di SD N Rangga Watu ini, jadi bukan SLB atau biasa disebut sebagai SD reguler. Di sana memang ada SLB, namun jaraknya cukup jauh sehingga akan tidak efisien jika anak-anak usia sekolah dasar ini menempuh perjalanan yang jauh. Bersama dengan Yayasan Sankita, penyelenggaraan pendidikan inklusif ini didukung dan terus dilakukan pembaruan dan perbaikan setiap tahunnya. SD N Rangga Watu sendiri sudah mendapatkan dukungan SK Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif dari provinsi sejak 2017.

SD N Rangga Watu saat ini memiliki 7 anak disabilitas atau ABK yang tengah menjalani pendidikan, salah satunya merupakan Ignas Carly yang juga hadir juga di talkshow Jumat lalu. Saat ini Ignas berada di kelas 5 dan bercerita pengalamannya bersekolah di sana. Ignas bercerita bahwa dirinya senang bersekolah di sana dan tak mendapatkan diskriminasi, pun memiliki beberapa teman akrab.

Program yang Diselenggarakan oleh Yayasan Kita Juga (Sankita)

Dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif yang merupakan kerja sama antara kedua belah pihak ini, Yayasan Kita Juga (Sankita) mengadakan beberapa program yang mendukung di antaranya:

  • Pelatihan asesmen terhadap ABK pada guru pengajar. Di sini guru diberi pemahaman mengenai ABK/disabilitas mulai dari jenisnya, apa saja yang dibutuhkan, sampai permasalahan yang dihadapi.
  • Perencanaan dan strategi pengajaran yang dilakukan berdasarkan asesmen di atas. Misalnya dengan mengatur tempat duduk di barisan depan untuk ABK khusus sensorik netra, begitu juga yang lain disesuaikan dengan jenis ABKnya.
  • Motivasi pada orang tua siswa, dengan dari adanya sosialisasi agar meyakinkan bahwa ABK juga dapat bersekolah melalui pendidikan inklusif ini.
  • Sosialiasi dan pelatihan di Balai Kantor Kepala Desa dan turut berpartisipasi di kegiatan pembangunan desa. Harapannya untuk membuka mata masyarakat mengenai pendidikan inklusif dan bahwa ABK tetap dapat sekolah di SD reguler dan juga dapat berkembang.

Tantangan dan Kesempatan Luas dalam Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif Disabilitas

Mengadakan pendidikan inklusif di SD reguler tentunya memiliki beberapa hal yang perlu disesuaikan dan juga terus dibenahi. SD N Rangga Watu pun melakukan beberapa program tersebut mulai dari sosialiasi komite sekolah, guru, dan juga wali murid. Ada juga dukungan dari tenaga ahli psikologi untuk mendukung kegiatan pembelajaran ini.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang masih menjadi kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif ini. Misalnya kapasitas jumlah guru yang kebanyakan masih berbasis hanya dari pendidikan sekolah SD. Dari sini justru jika dari pemerintah mendukung dan memberikan perhatian lebih dengan tentu saja kerja sama dengan banyak pihak akan membuka kesempatan luas bagi sarjana pendidikan yang khusus mengambil ranah disabilitas. Kemudian ditambah pentingnya pelatihan kompetensi untuk mendukung para guru, bekerja sama dengan kantor desa dan fasilitas kesehatan mengenai pendidikan inklusif ini.

Saya setuju dengan Pak Anselmus bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, termasuk penyandang disabilitas dan kusta yang memiliki hak yang sama. Mendaftarkan anak ke sekolah reguler akan mendapatkan pengalaman belajar yang sama dengan non disabilitas, terlebih jika SLB tidak ada di daerahnya atau aksesnya sulit. Apalagi ada UU No. 8 tahun 2018 dan PP No 13 tahun 2020 mengenai akomodasi yang layak bagi peserta didik disabilitas, maka sudah pasti haknya untuk anak disabilitas untuk tetap bisa berkembang dan cerah.

Dengan begitu, pendidikan nantinya akan jadi merata ke seluruh daerah di Indonesia dan bukan hanya di daerah pusat saja, termasuk pendidikan bagi disabilitas. Dapat dilihat bahwa untuk mewujudkan kesetaraan dan inklusivitas ini merupakan kerja sama dari banyak pihak dan kita tentunya bisa menjadi bagian di dalamnya. Semoga dengan adanya pendidikan inklusif di SD N Rangga Watu dan SDN lainnya jadi semakin banyak ABK yang mendapatkan hak pendidikannya. Begitu juga semoga menjadi SD percontohan lainnya dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif ini.
***

Tidak ada komentar

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.