“Bapak itu orang yang percaya, bahwa hidup harus matang dan
direncanakan.”
Perasaan selama nonton Sabtu Bersama Bapak? Sedih. Emosi.
Kocak. Temotivasi buat nikah yang lebih baik. Saya baru nonton Sabtu
Bersama Bapak kemarin, yang artinya telat banget dari tanggal rilisnya. Tapi
begitu masuk bioskop penuh, masih aura liburan rupanya, untung ada sisa bangku
paling depan dan jadilah agak-agak pusing. Alasan utama pengin nonton Sabtu Bersama
Bapak sih karena dulu udah pernah baca novelnya, jadi penasaran bagaimana
filmnya. Walaupun agak-agak lupa juga sih jalan ceritanya gimana, untungnya
jadi nggak full spoiler.
Bukan boyband Korea.
Psst... Sekarang Sabtu
Bersama Bapak udah masuk cetakan ke 22! Intip dulu reviewnya -> Sabtu Bersama Bapak.
Jadi,
Sabtu Bersama Bapak adalah sebuah cerita, di mana sang Bapak yang terkena vonis
kanker sehingga hidupnya tak memungkinkan untuk mengantar kedua anaknya, Satya
dan Cakra tumbuh dewasa. Nah, karena si Bapak ini orangnya penuh perencanaan,
jadilah dia merekam nasehat-nasehat untuk diputarkan pada anaknya tiap hari
Sabtu. Yang kemudian rekaman-rekaman itu dijadikan semacam petunjuk tentang
apa-apa saja pada Satya dan Cakra.
Kemudian,
seperti kebanyakan anak pertama, dalam film ini Satya (Arifin Putra) tumbuh
sebagai pria yang perfeksionis. Sedangkan Cakra atau Saka (Deva Mahenra) lebih selow, iya biasa liat Deva jadi Bastian,
di sini nggak jauh beda. Eh, coba
kalo si Ayu yang main Chelsea Islan juga?
Lantas, bagaimana keduanya tumbuh menjadi seorang pria dewasa? Yuk mumpung
filmnya belum ditarik, segera nonton.
SABTU BERSAMA
BAPAK
Sutradara: Monty
Tiwa
Penulis Skenario:
Adhitya Mulya
Penulis Novel:
Adhitya Mulya
Produser: Ody
Mulya Hidayat
Pemain: Abimana
Arsatya, Ira Wibowo, Deva Mahenra, Acha Septriasa, Sheila Dara Aisha, Ernest
Prakasa, Jennifer Arnelita.
Rumah Produksi:
Maxima Pictures
Durasi: 100 menit
-imgsc: movie.co.id-
Untuk
pemilihan karakter menurut saya sudah bagus, beberapa ada yang kurang pas sih.
Filmnya juga mampu mengaduk-aduk emosi penontonnya, dari kebawa marah kemudian
sedih. Apalagi saat Satya sudah berkeluarga, konfliknya, bingungnya. Perasaan
rindu sang istri dan anak pada bapak. Kemudian diganti lagi dengan adegan pembullyan terhadap kejombloan Cakra. Kikuknya
Cakra sebagai divisi jomblo, dan kocaknya Wati. Ini memang kalo yang namanya
Wati super kocak gitu ya, temen kamar asrama saya namanya Mbak Wati juga
kelakuannya amazing konyol.
“Menjalin sebuah hubungan itu, butuh dua orang yang kuat.”
Film
ini recommended sih buat yang lagi
nyari temen hidup, yang udah masanya mencari bukan untuk yang main-main atau
“ya jalanin aja dulu nanti liat kedepannya”, . Memungkinkan juga buat yang lagi
LDR jadi kangen si doi dan bawaanya pengin nikahin. Si Bapak romantis
euy. Oiya, jika kalian beruntung, sang penulis, Adhitya Mulya dan istrinya,
Ninit Yunita juga ada di film ini.
Terakhir,
saya suka soundtrack film lagu ini,
dibawakan oleh Iwan Fals dengan judul Lagu Cinta. Nikmat dengernya. Klasik. Jadi,
siapa yang udah nonton Sabtu Bersama Bapak? SEPATU KAMU!
***
Write a comment
Posting Komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.