Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Judul buku : Membunuh Orang
Gila
Penulis : Sapardi Djoko
Damono
Penyunting : Kenedi Nurhan
Desain sampul &
tata letak : Wete’o
Gambar sampul & isi : Bawuk Respati
Penerbit : Penerbit Buku
Kompas 2003
ISBN : 979-709-089-2
Jumlah hlm : vii+104hlm
Koleksi Lab. Budaya Sastra
Unsoed
Saya lupa kapan tepatnya mengenal
Sapardi, sepertinya beriringan dengan puisinya yang diadaptasi menjadi film
dengan judul yang sama Hujan Bulan Juni 2017
lalu dan musikalisasi yang dibawakan oleh AriReda. Sejak itu juga sering kali
mendengar kalimat “aku ingin mencintaimu
dengan sederhana..” serta kover buku karya Sapardi yang dikemas ulang
dengan desain yang lebih menarik anak muda—lebih tepatnya menarik untuk
dijadikan instagram story.
Jauh dari masa penggunaan
internet menjadi candu keseharian, hiburan anak SMP yang baru menemukan
lingkungan baru dari SD yang berada di desa-desa adalah perpustakaan yang lebih
lengkap. Termasuk saya, ke perpustakaan menjadi hiburan kala waktu istirahat selain
menghabiskan satu-dua ribu untuk membeli jajanan. Membunuh Orang Gila adalah buku ke sekian yang saya pinjam untuk
dibawa ke rumah dan salah satu jenis ceritanya terus teringat hingga sekarang, dan
karya tersebut ternyata milik Sapardi Djoko Damono—buku yang tak sengaja saya
temukan kembali di perpustakaan kampus. Membaca buku kumpulan cerpen menjadi
alteratif yang menyenangkan dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
sebuah novel. Dengan satu kumcer akan didapat beragam cerita dengan beragam perspektif
pula dalam lembar-lembar yang terbatas.
Jika biasanya karya Sapardi
berbentuk puisi, maka melalui Membunuh
Orang Gila kita akan dibawa ke dalam cerita-cerita yang lain. Membunuh Orang Gila merupakan kumpulan
dari 18 cerpen Sapardi dengan judul Dongeng
Kancil, Batu di Pekarangan Rumah, Bingkisan Lebaran, Dalam Lift, Ditunggu
Dogot, Hikayat Ken Arok, Jalan Lurus, Ketika Gerimis Jatuh, Membaca Konsultasi
Psikologi, Membimbing Anak Buta, Membunuh Orang Gila, Ratapan Anak Tiri,
Rumah-rumah, Sarang Angin, Sepasang Sepatu Tua, Suatu Hari di Bulan Desember
2002, Tembang Zaman, dan Testamen.
Tiap judul memiliki jumlah halaman yang berbeda—ada yang hanya 2 lembar, ada
juga yang mencapai 13 lembar seperti dalam judul Jalan Lurus. Beberapa naskah telah sebelumnya terlebih dahulu
diterbitkan dalam koran-koran yang kemudian dikumpulkan kembali. Dalam buku
ini, kita akan menemukan beberapa kalimat yang memiliki nuansa berpuisi yang
dileburkan dalam sebuah cerita pendek.
“Dibujuk-bujuknya aku agar tidak
sedih, agar tidak bingung. Aku merasa tenang-tenang saja sehingga jadi agak
bingung juga ketika dibujuk agar tidak bingung.” (hlm 62)
Dalam Membunuh Orang Gila, kita akan bertemu dengan beragam karakter yang
menjadi penarasi utama. Dimulai dari anak yatim, karyawan, rumah, angin, pengemis,
atau kancil dalam cerita dongeng. Buku dengan isi kumpulan cerpen tentu saja
akan sedikit kalah terkenal dari pada novel, kecuali jika memang sudah memiliki
nama sendiri oleh para pembaca. Ketika mencoba mencari review buku ini di internet, sedikit sekali yang membahas mengenai
isu sosial yang dibawakan dalam buku ini secara samar-samar. Analisis dalam akademik mengenai buku ini juga terbatas, pun tak menyeluruh seperti Sebuah Usaha Mencari Kasih Sayang: Kajian Semiotika dan Struktur Narasi Cerpen “Ketika Gerimis Jatuh” Karya Sapardi Djoko Damono dan Penguasaan Bahasa dan Kreativiti Wacana Sastera: Fenomena membunuh orang Gila Sapardi Djoko Damono. Hal yang justru
menarik perhatian justru kata-kata “sederhana” seperti dalam laman Goodreads. Namun ada juga yang menambahi
sederhana namun rumit untuk dimengerti dalam cerita yang sesingkat itu. Membunuh Orang Gila, Benarkah Sesederhana
Itu?
Membunuh Orang Gila akan terasa berbeda saat dibaca tergantung saat
kau berumur berapa. Pada saat SMP dalam buku ini saya bertanya-tanya mengapa
ada anak kecil yang dengan berani meninggalkan ibunya, mengapa ada istri yang
memilih untuk diam saja dan bukannya dirinya memiliki hak untuk berbicara,
mengapa ada tokoh yang tetap mengikuti alur menuju celaka jika ia sudah tahu
dan bervisi, mengapa ada orang-orang yang bisa dengan “gila” mengimajinasikan
dirinya menjadi hal yang lain, atau mengapa begitu banyak hal yang tak masuk
akal di kepala bisa digambarkan. Kala berusia 12tahunan kala itu memang sudah
akrab dengan potongan cerita karya klasik seperti Salah Asuhan, Dalam Sebuah
Kapal, atau Siti Nurbaya. Anak menuju
remaja kala itu mencoba meraba-raba mencocokan cerita tersebut ke dalam salah
satu jenis karya seni rupa surealisme “The
Persistence of Time oleh Salvador Dali dalam salah satu buku seni budaya.
Lebih dari sekedar imajinasi dan keinginan-keinginan, lebih lembut dari kritik,
namun lebih jauh dari bentuk abstrak.
“Apa yang tidak punya sayap tidak
berhak punya sarang? Apa yang tak punya cakar tidak boleh punya sarang? Apa
yang tak tampak tidak boleh punya sarang?” (hlm. 82)
Ketika membaca di usia 20an, membaca
cerita-cerita dalam Membunuh Orang Gila akan
terasa “biasa” menemui. Ada nyawa manusia yang dihargai dengan sangat murah,
atau kebebasan yang hanya didapat dengan cuma-cuma. Semakin berusia, kita akan
semakin sadar pentingnya menjaga
kewarasan dan tetap berada pada jalur—bukan menggenang bersama imajinasi. Kover
bergambar seperti gambar anak kecil terasa menipu sekali dan kontadiktif,
desain sangat menarik untuk diambil anak SMP—namun dengan judul yang sedikit
kurang ramah. Terakhir saya membaca jenis kumpulan cerita pendek seperti ini
adalah Waktu Untuk Tidak Menikah karya
Amanatia Junda, dan untuk versi lebih panjang hampir sama atmosfirnya dengan
novel Jakarta Sebelum Pagi karya
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.
“Saya tidak tahu Saudara siapa,
tetapi saya sangat mengharapkan agar Saudaralah yang nanti mengontrak saya.
Saya suka pada Saudara karena Saudara kadang-kadang membaca cerita pendek; oleh
kerena itu tentunya melek huruf dan sabar dan cerdas dan berpengetahuan luas
dan intelek, hanya saja tidak mampu membeli rumah. ” (hlm. 77)
Judul favorit saya yaitu Bingkisan Lebaran, cukup untuk
memberikan gambaran ironi salah satu masyarakat (anak dan ibu) dengan ekonomi
rendah mencoba bertahan hidup. Sapardi lebih memilih mengisahkan karakter dalam
anak kecil yang ingin bermain dari pada orang dewasa yang pindah dari desa
untuk merantau. Dikisahkan dalam judul tersebut seorang anak yang kekurangan
waktu bermain karena harus membantu sang Ibu, hingga pada waktu lebaran tiba
memilih untuk mengganti posisi menjadi anak jalanan yang menurutnya bisa
memberikannya waktu untuk bermain.
Membunuh
Orang Gila mewakili perasaan-perasaan personal dalam keseharian kehidupan
manusia. Monolog-monolog kegusaran dan keresahan dalam tiap-tiap pertanyaan
yang belum (atau belum sempat) terjawab. Tentang manusia-manusia yang mencari
makna dan ingin menciptakan makna selagi mampu dan hidup. Buku ini “sederhana”
dalam kata-kata, namun tidak dengan cerita-cerita mengenai kemalangan yang
disampaikan.
“Kau pulang ke mana Marsinah?”
tanya si gembong arisan.
“Entahlah.” (hlm. 94)
***
Penyajian yang mantap.
BalasHapusDisampaikan semenarik mungkin.
Bikin aku menerka-nerka isinya.. hhe
Btw aku suka banget ama sajak yang gini "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti kata yang tak sempat di ucapkan kayu pada api yang membuatnya jadi abu"
Wkwkw. Gitu gak sih sajaknya. Lupa lupa ingat
Yup itu salah satu sajak Sapardi, udah nonton versi filmnya belum? Hehe
Hapussamaan nih kak, sewaktu aku smp seneng bgt ke perpus buat baca2. tp klo bukunya Sapardi Djoko ak blm baca banyak. bsk kucari deh buku ini, soalnya bikin penasaran
BalasHapuswah ayo baca kak :D
HapusTerimakasih banyak untuk informasi yang sudah dibagikan, pasti akan sangat bermanfaat sekali.
BalasHapusSama-sama ya ka :)
HapusWahh memang tulisan-tulisan beliau selalu saja bikin penasaran kalo saat baca review nya wkwk
BalasHapusHehe yoi, kl yang ini udah pernah baca belom?
HapusTentang manusia-manusia yang mencari makna dan ingin menciptakan makna selagi mampu dan hidup. aku suka bagian ini hehe yang ada quotesnya
BalasHapusjangan lupa share juga kalau suka hehehe
HapusKeren sekali informasi yang dibagikan. Bahasanya juga sederhana dan ga terasa udah kelar aja baca isi tulisan nya
BalasHapusSudah baca bukunya kah kak. gimana menurut kaka?
HapusSepertinya keren banget ya isi bukunya..
BalasHapusInformasi yg diulas juga lengkap banget dengan bahasa yg ringan.
Jadi penasaran pengen baca bukunya.
Mari ka Anggita baca bukunya :)
HapusPenulis idolakuuu Sapardi Djoko Damono
BalasHapusPaling suka yang karya apa ka?
HapusPak Sapardi memang gak usah lagi diragukan karya-karyanya. Super suka dan buku ini bakal jadi list untuk dibaca
BalasHapusSip, selamat mengarungi pikiran lain Sapardi yaa
HapusKarya karya Sapardi emang selalu enak untuk dibaca termasuk buku membunuh orang gila ini
BalasHapusSudah baca juga ka? :D
HapusSelain sangat tertarik ingin baca buku itu secara langsung, aku pun suka cara mbak bercerita disini.seperti ikut menyelam ke buku itu sambil ikut membayangkan
BalasHapusWhaaa makasih banyak kak Ruliii, selamat membaca juga yaa siapa tahu beda yang didapat :)
HapusJudulnya memang membuat penasaran ya kak, apalagi sketsa sampul bukunya. Aku jadi mengira ngira, apakah ini. sungguh menarik sekali. Beberapa karya beliau sudah diangkat juga ke layar lebar kan ya kak, kalau ngga salah??
BalasHapusIya betul salah satunya yang Hujan Bulan Juni itu. Sketsanya menipu! >< Wkwkw
Hapusrasanya sudah puluhan tahun ngga masuk perpustakaan.. ngelihat rak buku dan buku2nya duh jadi kangen hehe..
BalasHapusWah ayo cus ke perpusnas atau perpusda
HapusAsik, bu. ulasanmu aku suka. Yuk kita duduk. Ngopi. Sambil ngomongin buku-buku lain pak Sapardi.
BalasHapusYa allah dikomen Jen. Ayo ceritakan akoh yang lebih menarik yg lain
HapusUlasan yang sangat menarik untuk sebuah buku cerpen ya kak dan bagus nih dibaca sambil ngopi dihari weekend
BalasHapusMantaap, jadi pengin ngopi juga
Hapusbuku ringan yang dalam maknanya. "Tentang manusia-manusia yang mencari makna dan ingin menciptakan makna selagi mampu dan hidup." setujuuu!
BalasHapusAhahahaha itulah sastraaa
HapusAku lagi cari kumcer yg isinya membahas isu sosial. Menarik sepertinya ya buku ini. Ngomong2 aku belom pernah baca bukunya sapardi, terima kasih mba buat reviewnya. Bagus aku suka gimana cara mu meramu kalimat dan menyampaikannya dengan menarik 👍
BalasHapus