Pendidikan Sebagai Kunci Penguatan Peran Perempuan Yang Berdaya Untuk Berkarya dan Berdampak

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]

Titik Balik

Salah satu titik balik perubahan dalam hidup saya adalah ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dahulu, sebagai siswa SMK, saya dan teman-teman sekelas rata-ata memiliki tujuan lulus yang sama yaitu langsung mencari pekerjaan. Rata-rata memang karena ekonomi keluarga atau mereka yang memiliki mimpi namun terbentur dengan keadaan. Susah payah memelajari pelajaran SMA dari nol, akhirnya bisa lulus SBMPTN dan mendapatkan beasiswa.

koleksi pribadi saat KKN

Ternyata keputusan itu tepat adanya karena kuliah bukan hanya memelajari jurusan yang dipilih, namun berpengaruh besar terhadap pengembangan diri, perbedaan cara pikir, memperluas relasi, serta meningkatkan berbagai skill atau kemampuan. Melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga artinya kesempatan mengenal global lebih besar dan mengerti bahwa ada banyak hal yang ditemui dan dipelajari dari yang selama ini mengenal lingkungan sekitar saja.

Sayangnya, tak semua memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Jangankan kuliah, untuk melanjutkan ke SMA saja masih terhitung banyaknya. Judul-judul berita di internet maupun media cetak itu benar adanya, apalagi untuk perempuan yang hidup dalam keluarga dan lingkungan dengan ekonomi rendah. Biasanya selepas sekolah, akan bekerja 2-3 tahun kemudian menikah, atau bekerja di luar negeri dan pulang kemudian menikah. Hal ini terjadi betul di desa saya sendiri, bukan hanya terjadi di laporan-laporan berita.

Berbicara Kultur

Hal ini juga membuka mata saya bahwa pendidikan sangat penting bagi semua orang, terutama perempuan. Selama ini karena faktor kultur yang mengakar, perempuan masih saja menjadi nomor dua atau minoritas dalam banyak aspek. Belum lagi banyaknya stigma yang mengikuti, langkah perempuan masih dipandang sebelah mata.

Saya teringat film Kim Ji-Young, 1982 yang saya tonton pada Desember 2019 lalu. Film itu menceritakan perempuan muda bernama Kim Ji Young yang telah menikah dan memiliki satu balita yang memilih mengurus rumah tangga dan meninggalkan karirnya. Pada suatu ketika, Kim Ji Young mengalami gangguan kesehatan mental karena kelelahan dan beban masa lalu yang menumpuk tanpa sadar. Seperti ingatan ketika ibunya memilih putus sekolah untuk membiayai adik-adiknya, diskriminasi perempuan di tempat kerja, stigma ibu rumah tangga di Korea Selatan, dan keharusan sempurna bagi menantu perempuan untuk mertua. Hal ini sebenarnya tak jauh beda dengan di Indonesia, perempuan seakan tak bisa memilih jalannya sendiri dan merupakan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang lain.

Saya jadi teringat tahun lalu ketika melihat berita berkumpulnya tokoh Banyumas (daerah saya) dari beragam latar belakang saat pasca pemilu. Saat melihat foto reportase, tokoh perempuan dapat dihitung dengan jari dan mayoritas perempuan. Survey Pusat Data & Statistik Pendidikan Kemendikbud pada 2013 juga mencatat, hanya ada 40,58% pengajar perempuan di perguruan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa untuk sampai di jenjang pendidikan yang lebih tinggi masih sedikit dari pada laki-laki, Di sisi lain, memang baru sedikit tokoh perempuan dan masih akan terus ada harapan untuk bertambah.

Perempuan Masa Kini, Lebih dari Berkarya

Masa kuliah juga membawa saya menemukan role model perempuan yang bergerak di bidang-bidangnya. Katakanlah Najwa Shihab, Susi Pudjiastuti, dan Jacinda Arden yang kepemimpinannya mengatasi dampak corona di Selandia Baru menjadi banyak pujian. Ketiga perempuan tersebut tentunya sering kita dengan namanya, ada sosok-sosok perempuan lain yang menjadi inspirasi saya selama ini, yaitu:

Ayu Kartika Dewi - Kalis Mardiasih - Andhyta Firselly Utami - Rara Sekar

Ayu Kartika Dewi


Atau yang sekarang dikenal sebagai Staf Khusus Presiden, namun saya sudah kagum dari sebelum pengangkatan menjadi stafsus. Kak Ayu menyuarakan toleransi dan mendirikan initiatives untuk menyuarakan keresahannya akan hal tersebut. Seperti Sabang Merauke sebagai wadah pertukaran pelajar seIndonesia, Perempuan Gagal untuk mewadahi bahwa gagal itu normal, dan ToleransiID. Jiwa sosialnya muncul ketika mengajar setelah menamatkan kuliah dan bekerja hingga berkembang sampai sekarang. Kak Ayu juga berkuliah di luar negeri yaitu Duke University yang membuka peluang lebih luas untuk apa yang dikerjakan.

Kalis Mardiasih

Kalis Mardiasih menyuarakan isu perempuan dalam keagamaan dan keseharian terutama dalam tulisan yang sudah dimulai sejak kuliah. Kalis menyuarakan keresahannya perihal perempuan dengan banyaknya stigma dan beban-beban di pundak baik di media online maupun workshop-workshop. Saat ini juga telah menulis 3 buku dengan judul Muslimah Yang Diperdebatkan, Hijrah Jangan Jauh-Jauh Nanti Nyasar, dan terakhir ini yaitu Sisterfillah, You’ll Never be Alone yang merupakan misi kalis untuk menulis tema keperempuanan dalam Islam sebagai penulis perempuan, karena selama ini buku-buku tersebut kebanyakan malah justru ditulis oleh laki-laki. Karena sering mengangkat tema yang selama ini dianggap tabu atau lebih baik disenyapkan, tentu saja dalam perjalannya sering mendapatkan nyinyiran dan bullyan, namun hal tersebut tak menghentikannnya.

Andhyta Firselly Utami

Atau yang dikenal dengan Afutami dan merupakan lulusan dari Universitas Indonesia dan Harvard Uuniversity. Kak Afutami merupakan co-founder dari Think Policy dan bekerja di World Bank. Perubahan iklim dan kebijakan menjadi minatnya karena betapa banyaknya kebijakan memengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Melalui Think Policy juga mewadahi anak muda untuk lebih mengenal kebijakan-kebijakan tersebut.

Rara Sekar

Rara Sekar selain dikenal sebagai musisi juga sebagai akademisi, pengalaman selama kuliah di Selandia Baru dibawanya di sini dengan mengenalkan konsep berkebun dan ketahanan pangan. Rara Sekar juga aktif dalam isu-isu sosial, pekerja, dan pendidikan bagi anak-anak Indonesia.

Dan masih banyak contoh lainnya yang bergerak di startup, bekerja di sektor pemerintahan, menjadi seorang leader, dan lain-lainnya. Hal tersebut menunjukan betapa pentingnya pendidikan bukan bagi perempuan bukan sebatas mengenal teori namun turut mengentaskan masalah-masalah dan isu-isu yang ada.

Pendidikan memang masih menjadi privilese untuk menjadi akses yang lebih luas bagi seseorang. Namun setidaknya jika berbicara mengenai pendidikan, bukan hanya berhenti sebatas di pendidikan formal namun juga ada di kursus-kursus atau lembaga untuk perempuan tetap berdaya dan memiliki pilihan di atas kakinya sendiri.

Pendidikan Sebagai Kunci Penguatan Peran Perempuan

pendidikan perempuan, foto: kolpri saat kkn

Ada banyak tujuan yang tercapai dari pentingnya pendidikan bagi perempuan, yaitu:

1. Lebih Cepat Mengikuti Dan Kritis Akan Perubahan Zaman

Dengan kemudahan akses internet dan adanya risiko hoaks, maka pendidikan dapat mengasah pikiran yang kritis dalam menanggapinya. Terutama karena perempuan nantinya lekat menjadi seorang ibu, mitos-mitos mengenai pola asuh yang membahayakan tak akan diikuti. Tentu saja memertimbangkan bahwa mengasuh anak akan berbeda sesuai zaman. Selain itu, juga akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan anak-anak nantinya.

2. Mengurangi Angka Kemiskinan

Dengan kualitas pendidikan yang bagus, maka prospek karir perempuan akan meningkat dan dapat mengurangi kemiskinan terutama jika berasal dari ekonomi rendah. Selain itu dapat juga dengan turut memberdayakan dengan menciptakan lapangan kerja di desa asal yang akan menjadi keberlanjutan manfaat seperti adanya akses edukasi.

3. Mengurangi Angka Kematian Ibu Dan Anak

Seperti yang disebutkan, kasus kematian ibu muda dan bayi masih banyak terjadi di desa yang kurang mendapat akses dan edukasi. Dengan pendidikan setidaknya bisa mencegah dari pernikahan dini, rumah tangga yang rentan, dan pertumbuhan anak-anak dengan gizi yang lebih baik. 

4. Menginspirasi dan Memberdayakan Perempuan Lainnya

Ketika ada sosok tokoh perempuan yang berhasil dan terus bergerak, tentu saja menjadi harapan bagi perempuan-perempuan lain untuk ikut bergerak dan bersuara. Jika bersama-sama bergerak, tentu saja dampak positif dan manfaat akan tersebar lebih luas bagi perempuan lainnya maupun masyarakat yang lebih baik.

5. Mandiri dan Percaya Diri untuk Dirinya Sendiri dan Orang Lain

Pendidikan yang tinggi dan berkualitas bukan saja mengantarkan pada kesempatan prospek karir yang lebih bagus namun rumah tangga yang sehat. Perempuan akan secara mandiri mengatur pikiran dan pilihannya sendiri tanpa kalah karena didominasi. Serta, dengan wawasan yang luas dan pengalaman yang telah dilalui, perempuan dapat bersinar dengan karya-karyanya yang membawa dampak dan perubahan.

6. Tercapainya Kesetaraan Gender

Dengan kesempatan dan usaha bersama, pada nantinya akan memungkinkan bahwa kesetaraan gender baik di tempat kerja maupun di banyak aspek akan terjadi secara luas tanpa perlu melihat stereotip. Kesetaraan gender di sini bukan untuk menyaingi laki-laki namun memberikan tempat yang aman dan adil. Hasil akhir dari pendidikan ini bukan hanya untuk mengasah akal dan intelektual namun pembentukan kepribadian.

Pendidikan khususnya untuk perempuan harus didukung oleh banyak pihak karena hal-hal yang baik menunggu di depan. Perjalanan akan perjuangan ini memang masih panjang, namun bukan berarti tak mungkin. Melalui pendidikan ini, anak-anak perempuan bisa menjadi nyala harapan di masa depan baik untuk dirinya sendiri atau pilihannya untuk berbagi.

18 komentar

  1. Pendidikan bagi anak perempuan itu sama pentingnya dengan kaum lelaki. Supaya kelaknperempuan bisa lebih berdaya lagi.

    BalasHapus
  2. Ada banyak tokoh perempuan Indonesia ternyata yg tdk aku tahu. Aku sendiri memiliki idola tokoh perempuan seperti Najwa Syihab, Putri Tanjung, dan Dokter Nadhira.

    BalasHapus
  3. pendidikan adalah kunci utama untuk maju, bagi saya saat seseotang berhenti belajar maka dia tak akan berkembang lagi, suka melihat banyakwanita sekarang yang terus maju dan terdidik

    BalasHapus
  4. Pendidikan tuh emang masih jadi pe-er banget buat Indonesia supaya bisa jadi negara maju. Semoga dengan adanya corong2 seperti inj bisa membantu memajukan pendidikan Indonesia.

    BalasHapus
  5. Penting sekali memang ya peran pendidikan bagi mental seseorang, orang dengan pendidikan lebih tinggi juga jadi lebih percaya diri menghadapi permasalahan yang ada

    BalasHapus
  6. Perempuan memiliki banyak peran dalam kehidupan. Makanya penting juga bila menempuh pendidikan untuk masa depannya

    BalasHapus
  7. To be honest sy sngat concern dgn tulisan berbau perempuan dan feminisme. Mendukung akan hak perempuan dibyk lini kehidupan

    BalasHapus
  8. Saya sih dari dulu setuju banget, pendidikan apa pun bentuknya itu sangat penting buat siapa pun, apalagi sekarang kesempatan sudah sangat terbuka lebar, termasuk pendidikan untuk perempuan.

    BalasHapus
  9. Pendidikan memang telah terbukti mengubah nasib banyak perempuan, ya. Pengaruhnya juga besar terhadap lingkungan. Perempuan sebagai ibu misalnya, akan punya andil besar dalam pola didik terhadap anak-anaknya, generasi penerusnya..

    BalasHapus
  10. Aku mengikuti sepak terjang Kalis. Berani ya. Tetapi aku pun mengakui jika perempuan yang berani menyuarakan keperempuanannya enggak banyak. Karena aku sendiri sering lemes duluan menyuarakan kebutuhan perempuan difabel.

    -Widi-

    BalasHapus
  11. Perkembangan jaman dan peran serta perempuan dalam pendidikan sangat besar dampaknya. Bisa dilihat dengan beberapa aturan yang sudah mulai memberi jalan untuk perempuan lebih maju lagi

    BalasHapus
  12. Yes setuju, perempuan harus berpendidikan maju walaupun akhirnya hanya dirumah saja mengurus anak. Setidaknya ada skill yang bisa diandalkan :)

    BalasHapus
  13. Setuju banget nih kak bahwa pendidikan merupakan modal dasar seorang wanita untuk bisa bergerak maju dan menghasilkan sebuah karya yang baik.

    BalasHapus
  14. Pendidikan untuk perempuan memang penting banget. Meski nantinya setelah menjadi Ibu hanya berperan di rumah, tetapi akan mampu mencetak anak-anak yang berwawasan juga. Maju terus perempuan Indonesia.

    BalasHapus
  15. Hmm, bicara soal pendidikan untuk perempuan itu ... memang akan menemukan banyak tantangan berbeda di sana sini. Apalagi kelak perempuan kan memang akan menjadi ibu, dan ibu adalah penentu keberlangsungan pendidikan bagi generasi selanjutnya.

    Btw soal Kalis Mardiasih, saya kagum sama Kalis sedari kuliah. Dia luar biasa memang.

    BalasHapus
  16. Kesetaraan pendidikan perempuan inu isu lama yang tak habis dibahas ya, mbak. Saya sendiri termasuk yang menjunjung tinggi kesetaraan pendidikan. Bahkan menurut saya, untuk jadi ibu harus sekolah setinggi2nya.

    BalasHapus
  17. Yes! Aku percaya perempuan yang dapat menikmati pendidikan yang tinggi akan memberikan pengaruh yang besar bagi generasi generasi yang dilahirkannya. Semangat untuk terus menuntut ilmu ya para perempuan!

    BalasHapus
  18. Kita bisa melihat perbedaan, anak yg dibesarkan oleh ibu berpendidikan, dengan anak yg dibesarkan oleh ibu yg (maaf) tidak sekolah. Dari soal etika dan bahasanya saja jelas jauh beda. Dan kita sesungguhnya ingin anak yg pintar, cerdas, soleh/Solehah, membanggakan, bukan? Jadi ibunya harus lebih pintar dulu, dong...

    BalasHapus

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.