Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Fenomena Unik Pada Milenial, dari Kutu Loncat hingga Gaya Hidup Konsumtif
sumber gambar: @akson (unsplash) |
Milenial lekat dengan kata
kreatif, inovatif, menyukai tantangan, dan cepat beradaptasi. Selalu ada hal
baru yang menjadi gebrakan terutama karena terbiasa menggunakan teknologi,
seperti misalnya munculnya wirausaha gaya baru melalui startup. Energi seakan tak habis-habis untuk melompat dari satu ke
yang lainnya, itulah mengapa sering juga disebut sebagai generasi kutu loncat.
Namun bukan tanpa cela, karena dengan
alasan ingin selalu mencoba hal baru yang berupa pengalaman, milenial gemar
membelanjakan uang tersebut untuk membeli pengalaman. Berbeda dengan generasi
sebelumnya yang lebih memilih untuk investasi seperti rumah atau tanah. Inovasi
dan tren terus menerus tanpa henti juga membuat milenial kurang hati-hati dalam
berbelanja, hal ini membuat budaya konsumtif yang pengeluarannya dinilai tak
terasa kecuali jika diakumulasikan.
Saya juga merasakan pengeluaran-pengeluaran
halus seperti sering membeli kopi kekinian, sering tertarik dengan promosi
diskon makanan atau gratis ongkir. Strategi marketing produk pada teknologi
tersebut memaksa jari-jari membuat keputusan yang impulsif padahal tak butuh. Fenomena
ini, maka nggak jarang jika kita sering mendengar jika generasi milenial akan
kesusahan memiliki rumah jika pola spendingnya
tak segera diatur. Maka sebelum terlambat, sudah seharusnya milenial melek literasi
ekonomi.
Mengapa Milenial Harus Melek Literasi Ekonomi?
Literasi ekonomi ini bukan hanya
bermanfaat untuk satu individu, namun melahirkan efek snow ball terutama pada kesejahteraan hidup. Bagaimana individu
atau milenial di sini membuat keputusan penting, mengatur aset, dan merencanakan
juga dipengaruhi akan literasi ekonomi. Menurut OJK sendiri,jika kesadaran akan
literasi keuangan ini dilakukan oleh banyak orang maka dapat membantu
pengentasan kemiskinan. Manfaat lain yang didapat yaitu pengaruh terhadap
sumber daya manusia akan kemamuan literasi keuangan dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Literasi ekonomi ini jika secara
detail penjabarannya dibagi menjadi 5, yaitu segi aset, segi utang, segi
proteksi, segi menabung, dan segi pengeluaran. Sedangkan pemahaman akan literasi
ekonomi tergantung pada pemahaman terhadap kebutuhan, kelangkaan, prinsip
ekonomi, motif ekonomi, dan kegiatan konsumsi. Namun menurut saya, untuk permulaan
terutama bagi milenial muda dengan karakteristiknya yang senang belajar dengan
cara yang berbeda, dapat memulai kesadaran ekononi dengan melek produk
finansial sebagai berikut:
1. Memiliki Tabungan Terpisah
sumber gambar: @rupixen (unsplash) |
Memiliki satu penyimpanan tabungan saja tak cukup, perlu
dibagi menjadi beberapa pos seperti khusus untuk kebutuhan, investasi, dana
darurat, amal, dan selebihnya keinginan pribadi. Hal ini agar tak mengambil
tabungan yang tak sesuai pada kebutuhannya, jadi tak rentan karena bergantung
pada satu pos.
2. Sedia Dana Darurat
Sebelum memulai invetasi bagi milenial, prioritaskan
dahulu untuk dana darurat agar apabila terjadi pengeluaran yang sifatnya
mendadak tak menganggu tabungan utama.
3. Belajar Investasi
Dua hal yang penting dalam investasi adalah modal dan
pemahaman, maka untuk memulainya disarankan memang lebih memprioritaskan
tabungan dan dana darurat terlebih dahulu. Investasi ramah bagi pemula juga
sudah banyak tersedia, salah satunya investasi emas yang dinilai lebih stabil
dan dapat digunakan untuk jangka panjang.
4. Memiliki Catatan Terperinci
Karena milenial rawan akan latte factor, penting untuk memulai catatan terperinci terutama
pengeluaran dan utang. Memiliki catatan rinci juga dapat mendorong milenial
untuk lebih mengurangi keinginan membelanjakan hal yang tak perlu dan
mengurangi sifat impulsif.
5. Pemasukan Pasif & Side Job
Side job dan
mendapatkan pemasukan pasif dapat berjalan beriringan. Misalnya memanfaatkan
hobi yang dapat menghasilkan di kala waktu luang, selain itu investasi juga
dapat mendatangkan pemasukan pasif dalam jangka waktu tertentu. Side job bisa menjadi pegangan sementara
apabila berganti atau sedang dalam tahap pencarian pekerjaan.
6. Hindari Utang Konsumtif
Gaya hidup konsumtif membuat individu terlena apalagi jika berprinsip you only live once. Usahakan untuk tak memiliki utang konsumtif karena sifatnya justru manfaat akan semakin berkurang, apalagi jika hanya untuk memenuhi gaya hidup.
Cara Kreatif Milenial Belajar Literasi Ekonomi
Kemudian bagaimana milenial dapat melek literasi ekonomi selain membaca literatur pendukung? Topik finansial dapat menjadi topik yang menarik bagi milenial melalui berbagai medium sebagai berikut:
1. Melihat Konsep yang Lebih Besar
Praktik akan lebih maksimal dengan melalui tahapan menumbuhkan kesadaran dahulu, dengan misalnya dari berbagai pengalaman sebelumnya. Perlu melihat konsep lebih besar bahwa urgensi milenial terhadap literasi ekonomi itu rentan namun tetap dapat dikendalikan dengan cara yang tepat.
2. Belajar dari Wirausaha atau Bisnis
Melek finansial dapat dicuri startnya bagi milenial muda yang memiliki usaha atau bisnis.
Biasanya akan lebih terasa bagaimana mendapatkan penghasilan akan terasa
sia-sia jika hanya dibelanjakan untuk keinginan saja. Bagaimana mengembangkan
operasional juga perlu diperhatikan dengan mengatur modal.
3. Berada di Lingkungan Startup
sumber gambar: @franckinjapan (unsplash) |
Pengalaman saya mengerti akan asuransi kesehatan, investasi,
gaya hidup milenial yang cenderung kurang hati-hati justru saat berada di inkubator
startup. Karena di sini berisi dengan ragam usia, latar belakang keahlian, dengan
sifatnya terbuka, maka dapat belajar melalui mentor dan dapat mengetahui
mengenai finansial lebih detail baik untuk personal maupun bagaimana startup tersebut dapat sustain. Misalnya bagaimana pitching secara efektif agar mendapatkan
pendanaan dari investor, berapa nilai valuasinya, hingga bagaimana pemekaran
selanjutnya.
Startup sendiri
telah menggeser mindset bahwa
berwirausaha dapat dikombinasikan dengan passion
mulai dari hustler (marketing & business), hipster (design & user experience), dan hacker (engineer &
developer). Tak jarang juga mulai bermunculan startup yang lahir dari sociopreneur
atau startup yang dapat membantu
keberlanjutan hidup UKM lokal. Maka tak heran juga bahkan pemerintah mendukung
karya kreatif startup ini melalui
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital lalu. Karena sifatnya selalu dinamis
mengikuti perkembangan dunia, maka isu mengenai finansial juga tak terlepas
dari lingkungan startup ini.
4. Gaya Hidup Minimalis & Mindful
Belajar mengatur keuangan juga dapat melalui gaya hidup
minimalis dan lebih mindful. Tak perlu membeli banyak barang untuk mengisi
kekosongan ruang dan lebih melihat pada kebutuhan. Opsi lain yang lebih mudah
dari hidup minimalis adalah belajar decluttering
secara berkala. Membiasakan untuk mindful
juga membantu untuk menahan membelanjakan uang yang tak perlu.
Salah satu manfaat melek literasi ekonomi bagi milenial
adalah dapat menjauhi budaya konsumtif yang sifatnya merugikan. Pun mempelajari
literasi keuangan tak hanya melalui teks saja namun beragam praktik yang
menyenangkan ala milenial. Kalau kamu, sudah sejauh mana belajar dan pemahaman
akan literasi ekonomi?
***
Nah bener banget mbak ak mulai belajar juga ttg finansial, misahin rekening, n diversifikasi aset. Alhamdulillah sampe sekarang g punya utang juga jd lebih nyaman aja g kepikiran tagihan bulanan hehe
BalasHapusWah ikut senang dan lega, rasanya jadi lebih tenang juga ya karena tak hanya mengandalkan satu pos tabungan
HapusSetuju banget nih, jangan hanya sekedar ikut ikutan, kita harus punya target dan sedikit berinvestasi. Selain bergaul juga mencari relasi
BalasHapusNah bener, mulai melek finansial itu bukan hanya sekadar tabungan aja
HapusPunya tabungan terpisah dan side job ini salah satu kunci aku pas nikahan nggak nyusahin orangtua juga, walaupun aku hobi jalan jalan ke sana ke mari.
BalasHapusMelek literasi finansial ini pentingnya pake banget banget.
Nah jd semuanya terpenuhi gt ya kak nggak ngerepotin juga, apalagi sebelum menikah :D
HapusMelek finansial saat masih muda itu penting banget. Gaya hidup boros saat muda jangan sampai dibawa pas sudah dewasa apalagi berkeluarga nanti. Belajar investasi sejak muda juga pilihan yang baik.
BalasHapusBener, kebiasaan buruk ini harus dihentikan dan dikendalikan dahulu apalagi saat akan menikah
HapusHIndari utang konsumtif, bener banget tuh. Karena nilainya merosot tapi utang tetap ada malah berpotensi menggunung. Bahkan buat generasi kolonial juga penting nih financial planning karena bisa menolong di saat dibutuhkan terutama punya dana darurat.
BalasHapusGenerasi kolonial, yaampun bikin ngakak aja istilahnya. Nah bener nih, dana darurat bahkan dipentingin dahulu misal kl mau investasi
HapusZaman sekarang anak-anak milenial dan zoomer cenderung lebih menyukai menghabiskan dana untuk pengalaman daripada membeli barang-barang.
BalasHapusBener, suka sharing gt juga dan kalau punya pengalaman rasanya puas XD
HapusAgak sulit memang untuk hilangkan gaya hidup konsumtif dimasa seperti ini, padahal perekonomian kita juga sedang terguncang. Makasih informasinya ya Kak, jadi tambah banyak belajar nih
BalasHapusKalau konsumtif untuk memenuhi kebutuhan sehari2 sih nggak apa-apa kak, malah bagus kan tentunya jadi ada timbal balik dan support juga terutama buat UMKM misalnya. Nah gaya hidup konsumtif yg disoroti d sini yang kurang memberi manfaat gitu dan menyampingkan kebutuhan yg sudah malah jd kebiasaan, hihi :D
HapusEmang bener melek literasi ekonomi tuh harus sejak muda, jadi pas tua nggak kaget. Kalau dari muda kebanyakan los, ntar pas berumah tangga terkaget-kaget saat harus mengelola keuangan rumah tangga.
BalasHapusYaaap, penting sekali sejak muda, nggak perlu harus saat mau menikah saja misalnya :D
Hapusutang konsumtif gak yang milenial atau yang udah berumur hihi emang harus dijauhi ya, ta bacain akh ke anak lanang
BalasHapusSETUJUUUU KAK! Bahaya apalagi kalau sudah jadi kebiasaan :3
HapusNggak ada ruginya melek finansial masa muda
BalasHapusSaya aja sekarang menyesal karena masa kuliah dulu foya foya
Yup, sekarang medium belajar finansial sudah banyak juga dN dikemas dengan konten yg seru juga. Aih, tp jd pengingat sampai sekarang kan kaaak? Hihi
HapusMelek finansial ini sebaiknya diajarkan sejak dini ya, Mbak. Agar tertanam di generasi muda untuk kerja keras & saving cerdas. Hehe
BalasHapusTidak dapat dipungkiri, awal2 bisa menghasilkan uang sendiri, akan tergiur mencoba/membeli yang dulu ga bisa didapatkan. Tapi, kalo ga direm, bisa jadi pemborosan.
Betul kak, yang sudah diajarkan aja kadang suka bandel2 tipis contohnya saya, namun setidaknya punya pegangan "pengingat" dan jadi belajar dari pengalaman sendiri. Bener, jgn jadi kebiasan baru direm, segera sadari :D
HapusBetul sekali mbak, cara mudah hidup minimalis yaitu dengan belajar decluttering. termasuk menahan berbelanja barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan.
BalasHapusyuhu kak, saya juga sudah mulai rutin decluttering. dari sana jadi bisa memilah kembali mana barang yang sebetulnya diperlukan untuk dibeli atau hanya kalap mata saja :)
HapusUntuk saat ini saya sudah mulai belajar untuk berinvestasi kecil-kecilan, salah satu diantaranya adalah membeli emas di tokopedia. Selain itu saya juga punya side job dengan pemasukan yang alhamdulillah lumayan buat jajan sendiri, jadi gak terlalu bebanin orang tua. Buat anak-anak milenial wajib banget buat cobain tips-tips di atas, biar bisa sukses dan gajadi beban buat orang tua.
BalasHapusNah rasanya jadi lebih merdeka ya kak dengan punya side job, dan mulai invest buat persiapan masa depan :D
HapusSetuju. mengatur keuangan bisa melalui gaya hidup minimalis dan mindfull.
BalasHapusBeljar decluttering kebetulan sedang saya terapkan juga nih... Semoga sukses ya
iya kak, dengan menyadari keberadaan saat ini atau mindul jadi lebih berhati-hati juga, nggak impulsif atau setidaknya berkurang lah :)
Hapusmilenial kudu hati-hati memang sih. Sebagai orang yang datang dari generasi X, memperhatikan hal ini juga. Dan apa yang dituliskan di sini perlu diperhatikan oleh generasi milenial.
BalasHapusBelajar demi sedikit ya
Hapusiya loh milenial ataupun para papah muda dan mamah muda harus banget sih melek keuangan loh, jadi harus bebenah lah jangan pake lagi konsep generasi sandwich huhu
BalasHapusIyash, melek literasi ekonomi sejak dini juga setidaknya nanti nggak membebankan diri ke anak
HapusBener mbak, dengan melek literasi kita jadi paham bahwa sumber daya kita terbatas. Kita harus lebih bijak memilih saat membelanjakan uang. Kalau tidak, wah keuangan bisa kocar-kacir.
BalasHapussumber daya terbatas, nah iya nih betul juga :)
HapusSaya termasuk milenial yg blm bs ngatur keuangan deh. Cmn bagiku hidup tanpa cicilan rasanya bagai sayur tnpa garam. Semoga bisa lebih baik dlm ngtur keuangan
BalasHapusMalah jadi semangat nyari uangnya kah kak? Hihihi. Asalkan kebutuhan jg terpenuhi jg ya kak
HapusSejak mempelajari saham, aku sangat memahami pentingnya kita menyediakan pos untuk investasi segera setelah melakukan pembayaran kewajiban. Urusan senang-senang, mestinya itu ada dalam daftar terakhir. Kadang kebiasaan seperti ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, sih. Orang-orang yang dalam hidupnya tidak ada tanggungjawab finansial, kemungkinan lebih fleksibel dalam mengatur keuangannya. Sebaliknya, jika ada tanggungjawab finansial yang harus diemban, maka kemungkinan akan lebih ketat dalam pengelolaan keuangan .
BalasHapusYaps, lingkungan berpengaruh juga ya kak. Wah bener banget nih kadang rasanya berat kalau mau masukin ke investasi, maunya senang2 dulu hihi kebalik ini ya. Thank you kak sharingnya, kapan-kapan aku mau belajar saham sama Kak Melina ya
HapusDaku jadi kena sentil sebagai milenial yang belum rapi soal kelola keuangan. Pencatatan keuangan ini yang belum terealisasi. Kadang rajin catatnya, tapi kebanyakan lupa nya haha
BalasHapusHaha, tapi saldo selalu ada kan Kak Fen? Hihihi
HapusIya harus diberi edukasi sejak dini nih milineal sekarang karena gempuran godaannya lebih besar untuk banyak menghamburkan uangnya hehe...
BalasHapusgodaanya banyak ya :D
HapusIya, anak muda harus belajar seni hidup minimalis dan mindfullness. Mereka rawan boros sehingga butuh literasi keuangan yang lebih. Syukurlah mereka fast learner dan open minded dengan hal baru
BalasHapusKombinasi yang sebetulnya jadi kesempatan ya, kadang malah orang belajar minimalis awalnya dari boros juga XD
HapusMemang kebanyakan milenial sekarang banyak yang mementingkan tampilan luar sehingga banyak yang konsumtif
BalasHapusHehe, jadi perlu melihat ke dalam lagi ya Mbak dengan hidup mindful
Hapusaku suka amaze sama milenial yg benar2 melek sama literasi. krn dgn begitu mereka bsa lebih bermanfaat pada sekitar daripada sibuk hippie yeyeyeye nongki2 di luaran dgn tujuan yg gk jelas.
BalasHapusAku juga kak, senang2nya nanti abis tabungannya pada gendut dulu
HapusKebayang ya...sudah berapa lama aku meninggalkan masa muda.
BalasHapushihii...walau sekarang pun ngaku-ngaku masih muda siik, wkkwkw~
Tapi setuju niih...
Harus melek finansial dan semakin banyak baca (lingkungan) agar bisa segera adaptasi dengan gaya hidup anak muda millenials.
Hahaha, forever young ya kak! :D
HapusWah ini bener mantap banget penjelasannya yang runtut dan menyeluruh. Kalau boleh nambahin menurutku semua poin ini bisa lebih lancar dan seru jalaninnya kalau ada pasangan, temen, atau kelompok yang sedang struggling juga. Jadi berasa nggak sendiri.
BalasHapusSetuju sih kak, jadi ada temen sharing gitu :)
Hapus