Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Setahun terakhir, saya sedang mencoba jenis cara kerja, metode-metode baru dalam
hidup saya dalam keseharian dalam mempersiapkan masa depan. Satu hal
yang saya sadari bahwa karakteristik milenial banget melekat pada diri
saya: kutu loncat. Hal tersebut bermula ketika saya mengikuti organisasi
dan merasa bahwa organisasi yang saya ikuti belum cukup mendukung soft skill
yang lain. Dari minat bakat kemudian berlanjut ke hal-hal baru yang
belum pernah saya coba sebelumnya. Hal tersebut karena semakin
mengetahui banyak hal, justru hanya baru sedikitlah yang saya tahu.
Juga,
perlahan mimpi-mimpi kecil saya terwujud, namun masih satu kerikil
kecil yang lama-lama menjadi sebuah keresahan sampai membuat saya
berhenti sejenak untuk kembali refleksi dan mencatat bagian-bagian yang
terlupakan. Sepertinya, saya harus pelan-pelan upgrade
dari cara-cara lama tersebut. Usia 19–22 adalah usia untuk mengeksplor
diri sepuas-puasnya agar tahu mana yang menjadi fokus, mana yang
ternyata menjadi kekurangan, dan cara kerja bagaimana yang seimbang:
apakah multitask atau satu persatu dahulu.
Sekian beberapa lama berkotemplasi dan mengobrol, teman saya nyeletuk “kamu itu kalau sukses, nanggung ya?”. Jika
diibaratkan dengan angka, sukses versi saya selalu baru mencapai 4/5,
atau 3/4, dan belum mencapai 1, atau selalu menjadi juara dua atau tiga.
Bukan yang disoroti, alias menjadi tengah-tengah. Jika kemudian hal ini
yang menjadi keresahan, saya kembali menarik ke belakang bagaimana
memiliki filosofi, yaitu menjadi biasa yang luar biasa.
Nggak pengin kok ngambis segalanya diambil, diraih, dan dipunyai karena
kalau udah ngomongin masalah waktu, posisi dan segala hal yang kita
punya sebelumnya bakal dengan mudahnya tergilas bahkan dengan usaha yang
mungkin lebih sedikit. Ini bisa dibilang idealis nggak? Atau cuma
alesan aja buat males berjuang dan memaksimalkan potensi yang ada? Kalau
semua dimaksimalkan energi bakal cepat habis dong, harus senantiasa
dirawat agar bertumbuh dengan baik.
Yes,
mudah bosan dan pindah sana-sini memang keren karena menurut saya kita
jadi lebih terbuka lagi pikirannya dengan melihat banyak perspektif,
kemudian kita jadi tahu kekurangan kita terletak di mana saja, dan mana
yang paling cocok yang akan kita pilih ketika kita sudah merasa cukup.
Dari pengalaman saya, beberapa kali ditanya kamu fokusnya ke mana?
Fokusmu di bidang apa? Dengan menjawab: saya suka melakukan banyak hal ternyata
bukan yang menjadi nilai tambah terutama kalau di kultur profesional.
Ya iya dong, kultur kerja kan ngebangun kepercayaan bersama, bertumbuh
bersama supaya tujuan terlaksana, bukan sekedar organisasi aja. Kalau
tiba-tiba di tengah jalan bosan dan pindah, akan merugikan perusahaan
itu sendiri karena akan waktu yang telah digunakan untuk membangun
kultur tersebut akan sia-sia.
Namun bukan berarti hal tersebut dilarang, kuncinya terletak pada FASE.
Jika masih muda dan belum terikat tanggungjawab maka akan lebih mudah
dalam mengeksplor diri sampai cukup, kemudian fokus — itu yang akan
lebih dibutuhkan. Pun, kalau misal mau mandiri juga harus fokus satu per
satu, kuat mengakar dulu baru beranjak ke rencana-rencana selanjutnya.
Kenapa sih harus fokus satu dulu? Karena satu fokus aja nyabangnya udah
banyak yang perlu dipelajari secara dalam. Nggak enak kan bisa semuanya
namun hanya sebatas di permukaan aja? Kan, kamu sendiri yang tahu
kondisi diri sendiri, ditambah dengan pengalaman — maka akan dengan
mudah belajar, mengalami, dan menerapkan kembali setelah disortir.
Jadi menurut saya,
sembari meloncat sana-sini dan memperbaiki celah-celah kekurangan,
adalah sekaligus menghabiskan jatah gagal. Definisi menghabiskan jatah
gagal di sini menurut saya bukan hanya ketika hasil tak sebanding dengan
usaha menurut kita, namun berbagai kegagalan-kegagalan seperti takut
memulai, berhenti di tengah jalan, atau bahkan melakukan kesalahan yang
sama berulang kali sampai kamu sendiri aja heran. Kalau menurutmu,
bagaimana?
***
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.