Leadership, atau kepemimpinan dirasa-rasa masuk kategori softskill unggulan
dan terdapat di mana-mana dalam aspek kehidupan. Saya pun, selalu kagum
pada pemimpin-pemimpin yang bisa mengayomi timnya, tegas dalam
pengambilan keputusan, dan berani mengambil resiko. Sepanjang ingatan,
rasanya saya juga sempat galau karena tak pernah menjadi seorang
pemimpin bahkan dalam lingkup organisasi. Penyebabnya selain karena saya
cenderung introvert, juga sifat moody
yang masih menjadi penghambat. Hal tersebut sempat saya ceritakan juga
ke seorang teman karena saya merasa gagal, karena belum menjadi
pemimpin. Salah satu indikator gagal kala itu—lupa bahwa menjadi
bermanfaat tak selalu berada di posisi garda terdepan.
![]() |
cr: pixabay.com |
Hal
tersebut membuat saya selalu penasaran dengan konsep kepemimpinan. Ada
banyak hal yang turut meliputinya seperti pengolahan pola pikir yang
harus kritis, cara komunikasi, cara negosiasi, cara menengahi, cara
memengaruhi, dan mungkin juga cara memberikan teladan yang baik.
Kemudian, ada satu hal lagi yang saya dapatkan mengenai kepemimpinan
ini, yaitu orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri.
Hal tersebut disampaikan oleh Kak Anis Saadah, mentor saya sejak Oktober 2018 lalu.
Sebelumnya, Kak Anis sendiri pernah sharing dengan saya bahwa salah
satu pengembangan diri yang cepat selain belajar sendiri akan suatu hal
baru adalah menemukan mentor. Hal tersebut telah dialami juga sendiri
olehnya, misinya bukan hanya investasi diri namun memberi dampak ke
sekitar.
Saya
tak hanya bersama Ka Anis saja kala itu, ada Ikhwan yang juga sama-sama
dalam satu inkubator. Bukan hanya pertemuan yang tak disengaja namun
juga bahasan yang berlanjut. Awalnya, saya dan Ikhwan membuat podcast dengan tema passion, yang akhirnya setelah selesai justru jadi bahasan oleh Kak Anis. Passion,
kita sering mendengar hl tersebut sebagai apa yang paling kita minati,
senangi, walaupun belum tentu unggul di bidang itu. Terus melakukannya
secara berulang-ulang, bahkan menahun.
Nah, dari passion ini apakah hanya hal yang paling mendasar dalam bertahan hidup? Tentu saja tidak, passion itu nggak gratis--kata mentor saya yang lain, Ka Aef. Passion bukan hanya dikembangkan, namun juga dicari. Ka Anis juga tak setuju untuk menjunjung passion, passion, passion. Namun kolaborasi dengan yang namanya kerja keras dan kerja cerdas. That is, seninya hidup. Intinya jangan jadikan passion alasan untuk kita males belajar atau nyoba hal baru.
Karena basecamp kita kala itu sudah tutup dan saya juga kebetulan jengah
berada dalam kotak ruangan, kami akhirnya mampir ngangkring. Cuaca kala
itu habis gerimis, sudah jam setengah 11 malam, namun di angkringan
masih ramai. Ya, syahdu banget Purwokerto kala itu apalagi untuk
kotemplasi tentang kehidupan. Ka Anis memberi insight agar anak-anak muda yang masih rentan macam saya dan Ikhwan ini perlu memiliki role
model yang cocok, dalam hal kepemimpinan salah satunya.
Nah nyambung sama bahasan di atas tadi, menurutnya pemimpin yang sebenar-benarnya ya yang sudah selesai dengan diri sendiri. Kemudian jadi mikir, kok selama ini nggak kepikiran sama hal tersebut ya? Bahkan nggak ada term
yang mengarah ke konsep kepemimpinan itu sendiri. Barulah dari situ
juga saya menganalisis kembali, benar memang. Ibaratnya, bagaimana bisa
seseorang yang belum selesai atau bahkan masih totalitas berantakannya
kaya saya jadi seorang pemimpin. Bukannya memberi dampak kebermanfaatan
yang luas, malah bisa-bisa jadi penghambat. Ngeri. Maksudnya, minimal udah siap dan memiliki keyakinan pondasi yang kuat bukan hanya keinginan.
Selesai
dengan diri sendiri di sini meliputi berdamai dengan diri sendiri
tentunya, lapang dada, dan selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan. Sudah
tak ambis dan ngotot lagi tentunya, namun tetap bijak mencari ilmu.
Dari bahasan ini saya juga dapat insight tentang bagaimana konsep orang
hebat itu sendiri. Bukan orang yang sekadar meraih dan mengumpulkan hal
satu ke hal yang lainnya — apalagi untuk memenuhi penilaian orang lain.
Namun, orang yang menciptakan sesuatu — yang berdampak atau berpengaruh.
Ada tiga hal yang dikombinasikan satu dengan yang lainnya, yaitu Knowledge, Experience, dan Attitude. Lagi-lagi, attitude bukan sebagai nilai tambah namun hal yang penting.
Kemudian,
maksud dari selesai dengan diri sendiri juga artinya sudah fokus
sepenuhnya menjadi “pelayan” bagi timnya. Atau, konsep selesai di sini
mungkin terlalu sempurna standarnya. Mungkin setidaknya, adalah porsi
bijak yang lebih besar dari pada keinginan-keinginan pribadi. Terus
menerus belajar dan latihan, adalah jalan prosesnya. Minimal, belajar
menjadi pemimpin bagi diri sendiri dahulu sebelum memimpin orang lain.
***
Write a comment
Posting Komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.