Sudah Satu Bulan Di Rumah Aja

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Halo, apa kabar?

Sudah sebulan lebih sejak 17 Maret lalu untuk social distancing dan di rumah aja sejak adanya virus corona muncul di Indonesia. Awalnya sedikit sulit bagi saya untuk beradaptasi karena resolusi awal tahun adalah mengejar sebaik-baiknya pencapaian untuk membayar waktu yang terbuang sia-sia di tahun lalu. Ingin segera wisuda, ingin traveling, ingin mendapat pekerjaan tetap, ingin merancang kuliah lagi di luar negeri, ingin bergabung dalam startup kembali menjadi rencana berupa tulisan. Rasanya masa-masa belum lulus menjadi lebih sulit saat ini karena berkumpul dengan teman sudah jarang menjadi tambah jarang, dan tak bisa menghabiskan waktu di perpustakaan walaupun kadang hanya WiFian.

Kalau mau mengeluh, udah pasti deretan sudah panjang sekali. Untungnya setahun sebelumnya saya sudah terbiasa freelancing dan kegiatan di rumah aja sudah bukan hal yang baru. Namun memang tetap beda sih, biasanya ada agenda ketemu teman atau diskusi sekarang hanya punya jarak. Namun dari pada mengutuk keadaan yang tentu saja nggak ada faedahnya, mau nggak mau harus segera bangkit dan putar cara agar tetap oke produktivitasnya selama di rumah aja. Egois sekali kalau hanya mikirin ambisi pribadi, memang sebaiknya melakukan refleksi diri. Dari kondisi ini saya jadi dapet motto hidup baru, yaitu stop complaining, start moving. Keren nggak?

Saya senang dan bahagia karena di masa sekarang orang jadi banyak yang bantu dan banyak yang peduli. Tentunya, thanks to internet semuanya jadi mudah dan jadi bisa berdonasi dalam bentuk apapun itu. Saya juga bersyukur karena akhirnya jadi menghabiskan waktu secara penuh dengan keluarga karena dulunya di asrama, senang rasanya kembali. Kerena sekarang bulan Ramadan, maka tarawih juga di rumah ada dan tentunya menjadi pengalaman baru bagi saya. Pun setidaknya setelah lebih dari satu bulan, saya jadi lebih mendapat hal-hal:

1. Kesehatan Yang Mahal Harganya

Klise, namun memang betul adanya. Satu tahun belakangan berat saya naik karena efek begadang, kopi, dan jarang olahraga. Dengan embel-embel masih muda, saya jadi suka mengabaikan. Giliran mau rutin olahraga, sudah tak mungkin untuk ke tempat umum untuk berolahraga. Dalam waktu-waktu ini pula jadi lebih aware ke kesehatan, begitupun orang-orang dimulai dengan hal sederhana berupa cuci tangan. 

Saat ini saya menerapkan olahraga ringan secara rutin setiap hari, dimulai dengan cara yang paling mudah yaitu grounding dan berjemur. Takjub sendiri karena manfaatnya dari hal seringan itu yang dilakukan secara rutin setiap hari. Berolahraga juga membuat lebih aware ke kondisi tubuh sendiri, misalnya jadi tahu kalau lagi terlalu banyak minuman manis dan kurang air putih bikin kulit kusam. Pada akhirnya jadi lebih tahu kalau tubuh ngasih alarm untuk istirahat.

Beruntung sekarang mudah sekali mengakses info mengenai kesehatan yang terpercaya, salah satunya menggunakan aplikasi Halodoc. Aplikasi ini berguna sekali di masa sekarang karena penggunanya jadi bisa konsultasi secara daring dengan dokter umum maupun spesialis. Tenang saja karena profil dokter pun tertera di aplikasi beserta tahun lamanya bekerja. Tentu saja ini untuk menghindari self-diagnose hanya karena hasil browsing yang berbahaya. Konsultasi secara online bisa dilakukan untuk menghindari bepergian ke RS/Klinik di kondisi sekarang jadi bisa tahu dahulu bagaimana selanjutnya hal yang dilakukan.

halodoc

halodoc covid19

Enaknya lagi, di Halodoc kita bisa memesan obat tanpa harus ke apotik, serta untuk saat ini bisa membuat janji untuk melakukan rapid test covid 19 di area tertentu. Selebihnya memiliki fitur lain yang bermanfaat seperti chat dengan dokter, buat janji dokter RS, pengingat obat, serta update Covid-19. Dengan semua fitur dalam satu aplikasi, maka Halodoc cocok sekali dijadikan asisten digital kesehatan keluarga. Saya jadi teringat pernah menggunakan Halodoc saat mengikuti Writerpreneur di Bogor, kala itu entah kenapa badan nggak kuat sama dinginnya AC padahal sudah pakai jaket dan acara masih akan jalan sampai 4 hari. Akhirnya chat dengan dokter di Halodoc untuk tanya produk vitamin yang cocok untuk dikonsumsi saat itu.

aplikasi halodoc


2. Waktu Yang Terlampau Singkat

Waktu-waktu 20an memang menjadi masa transisi dari masa bermain kemudian ditampar realita begitu keras. Kadang terlalu mengikuti keinginan pribadi untuk bersenang-senang hingga lupa bahwa ada masa depan yang dipersiapkan. Ternyata, istilah masa muda adalah waktu yang tepat untuk mencari pengalaman pun membutuhkan beberapa pertimbangan untuk era sekarang. Seperti sampai kapan akan menghabiskan uang untuk nongkrong-nongkrong, traveling, dan yang lainnya. Hidup menjadi lebih cepat dan satu hari rasanya kurang, namun tahu-tahu sudah banyak hal menumpuk di depan mata untuk minta dibereskan. Ketika sadar kondisi saat ini termasuk rentan, memang sebaik-baiknya waktu adalah digunakan sebaik-baiknya dan semestinya.

3. Penerimaan Akan Hal Di Luar Kontrol

Saya terbiasa untuk selalu menaruh apapun pada tempatnya dan harus selalu pada tempatnya. Namun rumus hidup, manusia tak ada yang tahu meskipun dengan banyak persiapan mendetail sekalipun. Kala dihadapkan pada hal di luar kontrol atau kendali, rasanya selalu marah dan tak mau lagi berusaha. Padahal itu buruk dan malah jadi emosi negatif, termasuk sekarang. Menyadari bahwa saat ini banyak yang tak baik-baik saja, maka belajar untuk mindfulness adalah cara yang terbaik. Bukankah hal yang bisa kita kontrol adalah kita sendiri? Jadi lakukan saja apa yang bisa dilakukan di depan mata dan fokus. Selain itu, hidup menjadi lebih tenang dan merasa cukup. Karena gagal dalam hidup akan menjadi hal yang biasa saja, begitu juga keberhasilan. Proseslah yang membentuknya jadi bermakna.

4. Kebaikan Akan Terus Tetap Menular 

kindness
sc: istockphoto

Saya selalu percaya akan keajaiban pada orang-orang, dan keajaiban tersebut banyak muncul saat ini. Menggratiskan promote story untuk dijadikan sedekah, menjadi relawan, membantu masyarakat kecil tetap bisa makan dengan cukup, dan yang lainnya. Kebaikan ini memberi hal positif selama pandemi dan menular sekecil apapun bentuknya karena seperti yang kita tahu, berbagi akan banyak sekali manfaatnya dan entah dengan cara apapun selalu berbalik ke kita tanpa diminta. Jangan salah, rezeki yang berbalik tak selalu berbentuk harta, namun bisa saja biasanya kamu malas kemudian tergerak hatinya untuk lebih rajin, atau lebih ramah pada diri sendiri.

Hari-hari selanjutnya tentu saja akan berbeda karena kita telah belajar lebih bersama-sama. Semoga pandemi lekas berakhir dan segala kembali normal. Jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan dengan mencuci tangan, di rumah aja, dan menjaga pola makan serta cukup olahraga. Jangan terlalu memaksa untuk tetap produktif bahkan sampai berlebihan dan jangan lupa untuk tetap menjeda.

11 komentar

  1. Iya nih Mbak, biasa di rumah saja dan hanya keluar saat butuh, tidak terlalu terasa berat. Hanya saja saat ke pasar dan ke ATM itu rasanya berat... sama seperti tiap diajak mampir ke pom bensin.

    BalasHapus
  2. Huhuhu, kesehatan itu berasa banget mbak. Biasanya saya termasuk orang yang cuek, nggak terlalu mikirin apakah saya bakal sakit atau enggak. Mikirnya yaa, nanti juga sembuh. Paling malas ke dokter, malas minum obat, nggak jaga makanan juga. Sejak pandemi datang, saya jadi ekstra parno karena nggak tahu apakah tubuh saya sudah terlindung atau enggak. Semoga kita selalu dikaruniai kesehatan ya.

    BalasHapus
  3. Kalau pas pandemi ini stop complaininh start movingnya paling moving ke dapur masak yak hehe.. smoga segera berakhir..

    BalasHapus
  4. Semoga semua prang jadi sadar bahwa saat ini hanya dialah yang mampu menjaga kesehatannya sendiri dan orang lain.
    PAling gampang menghindari kontak yang ngga penting dengan banyak orang dan tetap menjaga kesehatan dengan berolah raga

    BalasHapus
  5. Pastinya tak mudah ya Mbak, selama sebulan di rumah saja. Pasti ada jenuhnya.
    Oh iya, aplikasi kesehatan gini jadi sangat dibutuhkan sekarang, ya, karena kesehatan mahal harganya. Bahkan sampai memasung kita di rumah selama sebulan

    BalasHapus
  6. Kalau saya masih mahasiswa di masa pandemi ini, pasti akan merasa sangat jenuh karena terbiasa di luar kost,pulang hanya untuk tidur. Tapi yang penting memang pengelolaan mental agar tetap waras dan wawas diri selama harus beraktivitas di rumah / kost. Mengakses informasi dari sumber yang valid dan akurat bisa mengatasi kekhawatiran berlebih agar hidup yang dijalani tetap berkualitas.

    BalasHapus
  7. Semoga di balik semua ini banyak hikmah yang bisa kita ambil ya Kak.

    BalasHapus
  8. Sebagai orang yang terbiasa bekerja di rumah, himbauan untuk di rumah aja, gak begitu mempengaruhi saya. Tetap santai
    Kalau butuh berita menarik yang akurat, tinggal lihat du halodoc saja

    BalasHapus
  9. Saya udah dua bulan malah kyknya. Yg paling kasian sama anak2 sih krn mereka gak bisa keluar pdhl kan anak2 waktunya bermain :(
    Ya di saat seperti ini kita lakukan apa yang kita bisa buat bantuin org lain ya mbak, termasuk rebahan doank itu jg angat membantu hehe

    BalasHapus
  10. Sebenarnya balik lagi ke hal yang paling lupa untuk di syukuri padahal ini nikmat yang paling besar, yaitu kesehatan.
    Bagaimanapun kondisi kita, semoga kita tidak lupa bersyukur dan berdoa yang terbaik.

    BalasHapus
  11. Bener juga ya mbak, kalo mau ngeluh sih panjang banget daftarnya, tapi kebaikan yg harus banyak di tebarkan sekarang. Mending bikin daftar hal yg positif

    BalasHapus

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.