Pendakian Hari Pahlawan 2018: Ketika Jiwa Raga Begitu Dekat Dengan Gunung Slamet

Daftar Isi Postingan [Tampilkan]

“Baru kali ini saya merasakan haru dan sesak sekaligus di atap Jawa Tengah, Puncak Slamet tercinta. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Syukur bersama pendaki lainnya, air mata tak ingin turut tertinggal dalam pelupuk.”

Halo, apa kabar?
 
Ini adalah sebuah cerita dari sepuluh hari yang lalu, hari pahlawan. Wah, sudah lama juga ya baru nulis postingannya, pegel-pegelnya juga udah selesai. Tapi, kenangannya belum dong pastinya.

Ikut Pendakian Hari Pahlawan (PHP) ini bisa dibilang modal nekat dan yakin. Awal tahu info berasal dari temen satu acara outing class ke PB PMII Jakarta dari Oktober. Daftar PHP juga baru tanggal 30 Oktober padahal pendaftaran udah dibuka sejak 10 Oktober karena mastiin hari haid dulu. Alhamdulillah dengan persiapan nggak ada seminggu akhirnya berangkat juga, total cuma 3x fisik juga dengan kondisi pasca haid sedangkan PHP ini kan jalurnya Baturraden yang baru jadi perlu tenaga ekstra terutama buat yang bukan biasa nanjak.

pengalaman pendakian ke gunung slamet

Pendakian Hari Pahlawan sendiri memiliki misi untuk memasangkan kembali Prasasti Tugu Surono di Puncak Selatan Gunung Slamet yang diinisiatori oleh Dewan Harian Nasional 45 dan Kerabat Pecinta Alam Jakarta dan dilaksanakan oleh panitia Banyumas Muda serta Radenpala dan Sibat. Peringatan ini juga sekaligus bentuk pengakuan, penghormatan, dan penghargaan atas pengorbanan para pejuang kemerdekaan yang melakukan perlawanan di sekitar wilayah Indonesia, termasuk di lingkar Slamet.

Pendakian Hari Pahlawan 2018 merupakan kegiatan untuk mengenang dan menghormati jasa pahlawan setelah 41 tahun yang lalu dalam melakukan pendakian dan perjalanan ke lereng-lereng Gunung Slamet guna menyusun pertahanan dan kekuatan dan diperingati sebagai Hari Pahlawan pada 10 November 2018 sekaligus pembangunan Tugu Surono.

Let’s see, kapan lagi ikut pendakian yang bukan hanya sekadar mendaki. Bisa kembali mengenang dan membuat sejarah tugu sebaai penujuk karena sebelumnya rusak karena erupsi. Setelah dua tahun yang lalu saya gagal puncak di Prau, nggak ada salahnya kali ini mencoba sowan ke gunung untuk yang kedua kalinya. Dan linimasanya adalah sebagai berikut:

Selasa, 6 November 2018: Technical Meeting

Setelah daftar dan bayar, diinfokan buat TM di Bale Kelir, Banyumas. Ah iya PHP ini ada uang kontribusinya ya sebanyak 100rb dengan fasilitas iket batik, cangkir lapangan, bordiran logo pendakian, tas jinjing canvas, tanda pengenal peserta, tiket kawasan, piagam, sega nyangku, buku panduan, transport ke titik pendakian, cek kesehatan, simaksi, dan sambetan. Awalnya di sini harganya 150 untuk yang mewakili organisasi, dan 200 untuk perorangan dengan fasilitas sama ditambah 3x makan. Namun sepertinya biar ringkas dijadiin sama rata aja baik organisasi dan perorangan. Dan untuk PHP ini ada kuotanya yaitu 60 orang, jadi saya beruntung banget bisa jadi salah satunya.

pengalaman pendakian ke gunung

pendakian ke gunung

Lanjut ke TM tadi, kebetulan yang dateng cuma sedikit karena cuacanya hujan, sempet takut nih soalnya nggak ada yang peserta perempuan namun untungnya bertemu dengan rombongan dengan ciwi-ciwi dari IAIN. Langsung gabung buat ikutan satu tenda sama mereka dan untung saja dibolehin dong. Lanjut dijelasin tentang teknis, pemberian fasilitas, dan penjelasan yang intinya mengarah ke keselamatan yang terpenting, awalnya di sini saya sempet takut karena bisa dibilang bukan anak PA namun sambutan dari mereka ramah-ramah. Pun dari sini udah keliatan atmosfir bahwa pendakian adalah tentang bagaimana menjadi manusia, kemudian setelah selesai pulanglah kita.

Kamis, 8 November 2018: Hari Hectic Persiapan 

Pagi-pagi bangun langsung jogging walaupun mendung biar nambah stamina karena sebelumnya cuma baru jogging dua kali ditambah 1x fisik. Setelah itu lanjut packing, iya packing haha kebiasaan buruk saya memang h-beberapa jam. Lagi-lagi nih yang mau dipinjemin sleepingbag susah dihubungin padahal hari sebelumnya sudah janjian, akhirnya nyewalah karena daripada kelamaan ya kan. Kemudian beli segala perlengkapan obat, packing, mandi dan siap-siap berangkat. 

Sampai di lokasi jam 1 pas sesuai dengan jadwal dan ternyata terlalu gasik saudara-saudara, rata-rata baru dateng jam 4—kan lumayan ya tuh buat tidur dulu walaupun saya di pendopo juga tidur sih karena pegel bawaanya. Belum lagi drama ternyta tempatnya jauh dari gerbang untung dijemput sama panitia nyahaha. Di sini saya seneng sih pas suasana dingin, berkabut, sore-sore, diputerinnya lagu-lagu Banda Neira sama Efek Rumah Kaca dong. Like, kapan lagi disetelin musik favoritmu di kala suasana yang mendayu-dayu. Kenalan-kenalan juga dong di sini sama rombongan-rombongan, terus bareng sama anak SMA juga yang udah ketemu di TM dan senengnya bisa ibadah bareng—nggak lupa sama yang kuasa.

pengalaman pendakian

Acaranya sendiri justru baru mulai jam 9an malem, dibagiin sega nyangku yang kerasanya jadi enak banget parah, pembukaan acara dan penyambutan peserta, dan cek kesehatan. Lagi-lagi di sini ketar-ketir karena saya emang hobinya tensi rendah nyahaha untung skip dong normal aja akhirnya. Karena kalau nggak nyampe, ya nggak jadi naik. Kemudian acara dilanjutkan istirahat yang sangat nikmat karena badan udah pegel-pegel duluan.

Jumat, 9 November 2018: D-DAY!

Jam setengah 3 udah bangun dan siap-siap, jam 4 udah mulai berangkat dan di sini saya menyadari betapa pentingnya persiapan. Tas harus dilapisin plastik karena rain cover aja nggak cukup, barang-barang juga dobelin plastik. Banyakin cadangan makanan yang berenergi, suplemen juga, bawa peralatan hangat dobel kaya kaus kaki dan sarung tangan. Ah iya, PHP ini cuacanya sedang nggak bersahabat alias ujan mulu yes tapi tetep semangat naik. Jalurnya sendiri sebagai berikut:

rute pendakian gunung slamet

  • Pos 0-Pos Bayangan 1-Pos 1: Pemanasan

Di sini belum kerasa apa-apa dan masuknya biasa aja, baru pemanasan sih intinya sambil ngehitung jarak dan perkiraan waktu, masih kuat-kuat nyahaha. Ah iya, pendakian ini mulanya nggak ada plang selamat datang atau apalah karena masih jalur baru, terus lewatnya juga pinggir jalan di Kebun Raya Baturraden nyahaha.

  • Pos 1-Pos Bayangan 2-Pos 2: Long Track?

Nah di sini udah mulai kerasa aja nih yang katanya jalur paling panjang, jalanan juga mulai nanjak, mulai cepet berhenti dan ya emang lebih panjang daripada dari Pos 0 ke Pos 1 sih.

pendakian gunung slamet

  • Pos 2-Pos Bayangan 3-Pos 3: MANTAB TRACK!

Wah wah wah, katanya sih long track itu ada di Pos 1 ke Pos 2 tapi NYATANYA nggak ada apa-apanya dari pada pos 2 ke pos 3. Udah jalanannya nanjak tanpa ampun, hujan mulu dan rasanya nggak nyampe-nyampe. Kejer-kejeran waktu juga kan pastinya ada target setiap pos. Dan di sini sempet berdoa nggak papa kalo misal nggak summit, iya rasanya panjang abis dan lama kemudian sampailah di pos 3.

  • Pos 3 – Pos Bayangan 4: HOPE TRACK!

Wah, udah setengah perjalanan, tinggal satu pos lagi buat camp! Waktu udah kekejer nih, udah ga ada pos bayangan juga jadi lebih semangat lagi. Kondisi udah jalan keong banget dan basah semua, udah sampai pengin segala jenis makanan enak kalau turun nyahaha. Kemudian sampailah di Pos 4, ganti baju, ada mata air, bikin makanan hangat dan maturnuwun Gusti, indah sekali.

Kalo dibandingin sama Prau kemarin sih emang belum seberapa, nggak ada penjual, dan senang sekali karena nggak ada sampah, cuma banyak pacet aja nyahaha. Tapi sayang sih di sini saya nggak bisa tidur karena segala jaket, SB, kaos kaki basah semua. Di saat rekan satu tenda sampai ngorok, saya kudu ngapain gitu biar nggak kedinginan. Total 11.5 jam untuk mendaki ini.



Sabtu, 10 November 2018: SUMMIT!

Jam set 3 udah mulai mendaki lagi buat ke Pos 5, Plawangan, dan Puncak Surono, jalan dari Pos 4 ke Pos 5 ini kerasanya bentar banget karena mungkin gelap gitu asal jalan terus. Lanjut dari Pos 5 ke Pos Plawangan yang mulai berbatu, makin hati-hati namun semangat menuju puncak. Di bebatuan ini juga rasanya lama dan kudu super hati-hati, tapi udah seneng karena sekitarnya udah awan-awan dan disambut dengan sunrise. Kemudian, akhirnya PUNCAK!

Dari kecil berdampingan dengan Gunung Slamet dan penasaan apa gunung itu bentuknya keras dan batu-batu semua. Rasanya terharu berada di puncak Jawa Tengah, lebih terharu karena ya selama ini kan tinggal dan deket gitu apalagi pas SD tiap pagi selalu lihat lerengnya. Akhirnya juga sampai, bukan kaleng-kaleng asalkan berdoa dan percaya pasti bisa. Kemudian dilanjut dengan upacara penghormatan dan menyanyikan Indonesia Raya dan Syukur bersama. Dari total sekitar belasan peserta perempuan, yang nyummit hanya 6. Seneng, terharu, namun di puncak ini kita nggak lama-lama karena nanti belerangnya beracun kan jadi kudu cepet-cepet.

pendakian ke gunung slamet

pengalaman pendakian ke gunung slamet

pengalaman ke puncak gunung slamet



Kemudian balik ke Pos 4 buat siap-siap turun gunung walau dari puncak udah bisa disebut turun kan, karena jalanan berkerikil dan curam jadi super hati-hati. Selesai packing langsung turun mulai dari jam 11an kalau gasalah. Nah turun gunung ini kocak sih, rasanya tuh kaya bukan di ketinggian tapi kaya camping biasa jadi jalan agak lambat pasti sampai. Kemudian banyak drama dari mulai hujan, sendal udah nggak enak, jalanan turun pastinya ditambah lumpur, kepleset sampai 33 kali dari yang kepleset biasa sampai nggak biasa nyahaha. Padahal di pos menuju 2 itu tas udah dibawain porter tapi jalan tetep lambat lagi-lagi ngejer waktu. Heran juga saya pada bisa lari gitu kalau saya pasti udah kepleset ala seluncuran. Harusnya jam 5 itu udah sampai dan penutupan tapi nyatanya masih di jalan. Dan long track yang dari pos 2 ke pos 1 itu malah bener-bener kerasa di sini alias: NGGAK NYAMPE NYAMPE. 

Pun udah gelap, nggak ada minum, kepleset mulu, kaki udah nggak nyambung sama otak suruh maju malah mundur dong. Bisa dibilang dari puncak nggak berhenti bergerak jadi rasanya udah mati rasa aja dan baru sampai jam 11 malem. Luar biasa nggak sih hari kedua ini, kalau nanjak kan ada istirahatnya nah kalau hari kedua ini udah nyummit dan turun gunung lagi. Celana penuh tanah, badan dan kaki pegel namun bahagia. Pulangnya? Alhamdulillah bisa numpang pick up dari anak-anak WIKUPALA, udah gratis ditambah bisa berimajinasi pakai soundtrack lagu ala-ala kehidupan gitu tapi nyahaha emang bener-bener bahagia padahal kaki udah pincang-pincang manja.

After Summit


Masih diliputi rasa bahagia karena akhirnya bisa, beruntung bertemu rekan-rekan IAIN dan SMAPA yang nggak lupa buat saling ibadah apapun kondisinya. Di sini juga ketemu KPA Jakarta yang usianya udah 50an ke atas namun tetep semangat. Intinya PHP 2018 ini bukan hanya sekadar mendaki, bonus piagam nyahaha kapan lagi. Mungkin ini jawaban Tuhan buat nyimpen summit perdana di dekat lokasi sendiri dan apapun itu rasanya sangat-sangat bersyukur. Banyak belajar sih, seneng juga bisa jadi obat kala hecticnya urusan kuliah. Dua hari berada dalam kuasa Tuhan berbentuk gunung, luar biasa! Dear diri sendiri, terima kasih telah bisa bekerja sama dengan total ekstrim.

Terima kasih telah berkunjung dan membaca postingan yang panjang ini. Semoga selalu diberi keberkahan ya!

27 komentar

  1. Ya ampun Mbak, gila! Aku nanjak 2 jam aja udah tepar dan berakhir dengan numpang ojekan, haha. Itupun begitu sampai bawah kaki ku ga bisa dipakai jalan alias kram gitu sampai dua hari:(. Aku enggak kebayang mendaki sampai 11,5jam dan keadaan hujan, bisa langsung sakit aku hiks. Salut deh!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi aku empat harian pegel abis kalo baru bangun mbak :3

      Hapus
  2. Selamat ya mba akhirnya perjuangan membuahkan hasil yang sangat tak terlupakan pastinya.. saya belum pernah sama sekali tracking naik gunung.. dulu di Merapi paling cuma kemping juga mba.. semoga ke depannya saya bisa menuju salah satu puncak gunung di Indonesia mba

    BalasHapus
  3. Naik gunung...,naik tangga aja kadang masih.ngos-ngosan..., tapi pasti pake istirahat juga kan ya.., cuma gak bisa suka2 juga..ketinggalan..., Btw fotonya kece2..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi mungkin karena biasa naik tangga asrama juga ini kak

      Hapus
  4. memang para pendaki tu kece badai

    aku ikut ke kebun kakanya ibu yang 2 jam aja tepar haha...kayaknya aku ga coock jadi pendaki :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga bukan addict ka, hanya tertentu dan simbolis

      Hapus
  5. Mbak marfa keren banget. Bisa ke puncak gunung slamet pas di hari ppahlawan. Ngebayanginnya aja aku jadi terharu biru. Sekali lagi salut .aku mah ga sanggup

    BalasHapus
  6. Subhanalloh... Aku blm pernah daki gunung mba, pernah ke bromo doang sm kaki gunung gede, tp blm pernah sampai Puncak.
    Ahahaa.. Harus prepare aktivitas fisik dlu niih ,biar gak ngap-ngapan pas nanjak .

    BalasHapus
  7. Anda super sekali, Mbak. Berani nanjak gunung selama 11,5 jam! Mungkin, bisa dijelaskan olahraganya seperti apa, hingga berhasil seperti ini. Ingin sih diberikan kesempatan mendaki gunung. Pendakian terbesar saya hanyalah Bukit Goa Jepang yang ada di Jalan Kaliurang. Itu juga sudah capek gitu padahal tingginya ga seberapa loh. Wadaw! Salut lah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Olahraganya malah nggak maksimal kemarin, tapi alhamdulillah bisa hihi

      Hapus
  8. Aku pernah nanjak terus hujan di tengah jalan, walaupun gak sampai selama itu juga sih ya tapi rasanya udah.... aduh! Banyak kejadian (dan drama tentunya) yang bikin kangen. Itu kepleset yang biasa sampe gak biasa 33 kali gimanaaaa? Hwahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang 'eh kepleset' sampai 'ih kenapa kepleset lagi sih bete deh' haha

      Hapus
  9. Wuaaaah mashaa Allah kerennya Mbak Umiii
    Aku jugak pengeeen. Tapi pengennya sama pasangan. Ehtapi lebih pengen kalo bisa kayak mbak ummi, yang bisa berangkat atas inisiatif sendiri terus bertemu dengan teman2 baru. Tapi kalau sekarang ini aku belum ada izin. Kayaknya baru boleh dikasih izin kalo aku udah punya suami deh. Nah kebetulan calon suamiku suka naik gunuuung, hehe

    Keren ceritanya mbak umi. Mataku berbintang-bintang. Eh berbinar-binar maksudnya 😅😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi wah asyiknya suka naik gunung, pasti nanti diajak mbak hihi

      Hapus
  10. Wahhh alamnya indahh..
    Dari dulu oengen banget naik gunung, tapi apa daya itu hanya sebatas keinginan...
    Semoga suatu saat ada waktu

    BalasHapus
  11. Kecehhh mbaaa... aku suka salut sama org yg bs mendaki sampai puncak. Karna aku blom pernah. Oneday maybe aku coba tp trail run keknya. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayuk mbak Omith runner, trail run menantang juga :3

      Hapus
  12. Keren banget berhasil menaklukkan gunung Slamet. Ooo di sana jalurnya bersih ya mbak? Mungkin faktor jarang penjual bahkan gak ada pedagang itu jg jd faktor. Plus alhamdulillah pendaki/ pengunjung yang gak buang sampah sembarangan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bersih karena masih jalur baru juga dan semoga selalu terhindar dari sampah dong hihi

      Hapus
  13. Aku baca sampe ....wowwww....gila...keren banget.



    Salut aku dengan dirimu, mbak, luar biasa. Next gunung mana yang mau ditaklukan, mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi. Nggak mau menaklukan ah ka, lebih suka sowan, mertamu hihi. Inginnya Rinjani dan Andong :)

      Hapus
  14. Enggak tau darimana datangnya keinget aja momen 2018 lalu ,hujan pun di lalui demi bisa summit ,ada salah satu foto gue diaitu 🤭🤭salam dari lereng slamet juga 🙏🏼🙏🏼

    BalasHapus

Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.