Startup, ternyata bukan cuma sekadar tentang teknologi dan bisnis
Halo guiesse, apa kabar?
Bentar-bentar, atur napas dulu
atur napas. Jadi gini, sebenernya ini udah ditulis di web InnoCircle beberapa
saat yang lalu. Saya kira bakal lengkap di sana ternyata setelah buka lagi
catatan banyak banget insight yang
bisa dibagi-bagi. Kalau di situ versi agak formalnya sih, nah kalau di blog ini
lebih opini persona ya. Duh, padahal udah hampir dua bulanan! Ya gini nih,
kalau hobinya nunda-nunda but baiklah,
here we are.
Jadi, yah jadi jadi mulu ini
padahal jadian aja kagak. Skip.
Iya, 28-31 Maret 2019 lalu
Alhamdulillah saya diberi kesempatan buat ikut Startup Coop Camp lagi. Kalau sebelumnya jadi fasilitator, batch yang kedua ini saya jadi peserta
dan sekaligus mewakili dari InnoCircle karena emang sebelumnya tertarik sama
materi-materinya, pengin belajar langsung gitu memperdalam langsung. Nah
setelah drama salah kereta yang harusnya 3 jam aja dari Purwokerto jadinya
malah 8 jam itu akhirnya sampailah di Yogyakarta jam 8 malem padahal acara
dimulai udah dari pagi nyahaha.
Hari pertama sayang banget sih,
nggak ikut opening seminarnya tapi
nggak papa. Oh iya kalau gambaran dan serangkaian detail acara sudah saya tulis
di Startup
Coop Camp Batch II: Berkarya dan Bergerak di Era Digital ya jadi nggak bakal dibahas lagi di sini nanti
kepanjangan. Intinya camp ini
tujuannya menyebarkan gerakan semangat koperasi di startup sebagai model baru, juga menstartupkan koperasi dong, selama ini kan kalau orang denger
koperasi pasti old school banget, iya
nggak? Let’s see. Selain otomatis empat hari tiga malam di
sini ketemu orang-orang keren, anak muda yang udah ke mana-mana dengan karyanya
dan otomatis bikin semangat lagi buat
maksimalin passion, dan temen
kelompok ngobrol yang asyik tentang digital
talent, saya juga dapet beberapa insight
nih.
Yang paling mengena dan inget
sampai sekarang adalah materi yang dibawakan oleh Hizkia Yossie dengan judul Dampak Ekosistemik Revolusi Industri 4.0
pada Ketahanan Produktifitas Angkatan Kerja Muda. Dah, menarik nggak tuh
buat jadi bahasan? Jadi nih kayanya kok selama ini sering banget
digembor-gemborin tentang revolusi industri 4.0 ini, mengenai sistem berpikir
dan bergerak dengan cara yang baru, yang lebih cepat namun efektif. Saya juga
nggak cuma sekali dua kali nemu dua kata ini nggak cuma dari startup aja (demam
startup identik sama rev ind 4? A big NO!), tapi juga di seminar pariwisata, seminar
peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah, hingga peran santri milenial
dalam menghadapi tantangan dua kata tersebut. Seneng sih, jadi emang kudu siap
di berbagai bidang biar nggak tergerus, nggak ketinggalan, apalagi yang
berhubungan dengan ekonomi masyarakat.
Nah lanjut ke tema tadi, bahas
tentang imbas ke angkatan kerja muda kan tentunya—let’s say, mereka yang berada di lingkungan startup atau malah pegiatnya. Bagi yang baru mendengar mungkin akan
sering ketemu dengan anggapan seperti jam kerja lebih fleksibel, ruang ide dan
kreatifitas yang tinggi, nggak monoton, serta bisa saling banyak tukar insight. Iya itu benar memang, tapi coba
dilihat lagi mengenai jam kerja yang fleksibel ini, iya fleksibel alias bisa
disesuaikan semaunya dan bukan lagi pola 8/9-5, namun malah bisa jadi justru
24jam berada di lingkungan kerja. Apalagi bagi yang masih tahap awal, belum
lagi jika yang mencoba bootstrapping. Mungkin
akan familiar juga dengan kalimat “belum
tipes, belum loyal”. Well, era ini emang bener buat ngembangin passion, aktualiasi diri, nunjukin skill. Ada pengaruh juga dari teknolohi
tentunya dengan silau dan terpaku pada kecanggihan teknologi. Namun jika sudah
dianggap tidak memberi manfaat produktivitas lagi, peran tersebut akan dengan
mudahnya digantikan apalagi jika tanpa hitam di atas putih yang jelas dan
mengikat. Makanya, meskipun terlihat new
way yang keren juga jangan gegabah.
Pernah ga sih nih terutama yang
hidup ataupun suka bikin konten, otomatis gabisa jauh lah ya dari yang namanya gadget. Pernah ngerasa nggak jadi
budaknya aja tiba-tiba? Begadaaang mulu? Relasi sosial yang jadi sempit karena waktu habis buat
ketagihan “kerja” terus, mau main rasanya waktu lebih baik buat konsep, rumah
jadi tempat singgah aja. Nah dari sini berarti kan ada perubahan kegiatan sosial.
Hizkia juga menambahkan insight tentang
nongkrong. Karena saya termasuk orang yang sering nongkrong buat draft postingan maupun ngobrol biasa
maka I’d like to agree with him tentang
bagaimana nongkrong di sini nggak cuma buang-buang duit dan waktu seperti
anggapan-anggapan negatif yang beberapa katakan. Namun adalah bentuk dari
proyek sosial dengan social networking, yang
bertujuan untuk investasi sosial. Karena, sayapun percaya selalu ada harga yang harus dibayar.
Insight menarik yang kedua saya dapatkan dari Anggoro (Sadasa
Academy). Nah sebenernya udah ketemu juga pas yang SCC pertama cuman saat itu saya
belum ngeh sama apa yang dibawakan.
Beda, bikin putus asa gitu nyahaha.
Apa yang saya dapatkan dari Bang Anggoro ini adalah tentang keseriusan yang benar-benar jika memang
ingin menjadi pegiat startup, bukan
sekadar ikut-ikutan aja. Saking seriusnya, dese juga sampai bilang “kalau emang niatnya nggak penuh, mending
jadi PNS aja biar istrimu, orang tuamu, dan mertuamu bahagia.” Well statement ini beneran nggak
main-main ya, doi sendiri sudah bergelut di analisis data dari 2014, dan
sekarang sedang menjalankan sekolah data science di Jogja. Pun doi juga
memberikan kalimat “Mengapa membangun
paradigma itu susah? Karena kamu itu nggak yakin.”
Jadi, emag kalau yang mau
mendedikasikan passionnya di startup
ini emang bukan lagi main-main, harus bervisi dan bermental kuat. Karena emang in the end of the day setelah
mengerjakan passion ini apa sih yang
dicari? Setelah berusaha bermakna and at
least create something itu ya berkumpul dengan yang tersayang, berbagi dan
berbahagia tanpa beban. Karena di
manapun kalian, hidupi profesimu dan totalitaslah pada yang saat ini ditempuh,
nggak ada kata terlambat dan yakini penuh value
baikmu. Jika kamu ingin sendiri, lakukan sprint, jika ingin bersama maka lakukan marathon.
Wah, serius banget ya? Ya
meskipun emang nih udah serba digital, kerja juga makin banyak aja tuntutannya
karena kodrat kita sebagai manusia yang tentunya berpikir dan bertindak secara
manusiawi juga tentu nggak lepas juga dari pertanyaan filosofis di atas. Karena
cita-cita itu sendiri dinamis kan? Nah nggak cuma serius-serius aja tapi di
sini saya juga nemu temen yang suka ngeblog sama ngepodcast juga, kemarin juga
sempet bikin short podcastnya, bisa
kamu cek di bebasdefinisi: Why Podcasting and Blogging? Terus nih di akhir
acara dapet dua buku dong sesuai ciri khasi startup
coop camp ini, jadi emang sengaja uang transportnya dibikin jadi dua buku
tentang startup dan self-improvement best seller. Jadi nggak
langsung habis, tapi nutrisi otak. Jangan salah, reading skill and transferring
the knowledge penting banget loh sekarang!
Selain itu seneeeeng abis karena
kebetulan hari terakhir itu bertepatan dengan hari lahir saya. Ih rasanya
bertambah usia bersama orang-orang baru, jalan-jalan di Malioboro dan ngobrol
di alun-alun sampai jam 2 itu sesuatu banget! Iya, malam terakhir itu sengaja
dadakan jalan-jalan setelah materi mulu selama tiga hari full nyahaha. Dapet temen kamar juga yang nyenengin kemarin, juga
geng ciwi-ciwi nyahaha thank a lot Tantri,
Putri, Yumna, Amri, sama Muthi! Nggak nyangka juga sih karena pergantian usia
tahun ini emang nggak ada plan buat
sengaja keluar kota kaya tahun lalu ke Solo. Eh malah dapet banyak bahagia gini
di tengah kehidupan yang pelik nyahaha. Ah,
memang Tuhan suka menunjukan hal-hal yang berarti dalam hidup justru dalam
keadaan yang tak siap. Terima kasih, memori indahnya!
***
Ada sedikit kekhawatiran tentang revolusi industri 4.0 nih, Mbak. Belum kebayang apa dampaknya untuk usaha yang sedang digeluti sekarang. Memang kuncinya harus terus belajar dan mencari potensi yang ada. Semoga bisa terus berkembang. Aamiin
BalasHapusSmoga sukses! Statistik bekraf tunjukkan banyak startup kolaps dalam 6 bulan setelah launch. Smoga inkubasi2 sprti ini bikin startup indonesia makin siap!
BalasHapuswahhhh acaranya bagus nih dan patut banget diadakan terus menerus supaya generasi milenial dapat melatih pemikirannya untuk mempersiapkan bekerja dan melatih kekompakan team juga ya kalo tidak salah
BalasHapusAku baru kepikir ya kalo nongkrong jadi investasi sosial. Bener juga ya. Bahkan investasi yg menyenangkan. Hehe
BalasHapusSenang ya bertemu teman baru dan mendapat ilmu yang ingin diperdalam, sekarang memang zamannya digital san startup dan dituntut untuk terus belajardan inovasi jika ingin terus maju dan menciptakan peluang baru
BalasHapusKesimpulannya, dimana kamu menempatkan diri di area ini? Hustler, Hacker atau Hipster nih?
BalasHapusBetul juga ya ... terjun ke dunia starup memang perlu serius, bermisi dan pantang menyerah. Tapi jangan sampai types jugalah hihihi
BalasHapusBarakallahu fii umriik, cantiik..
BalasHapusSemoga makin produktif dan makin idealis.
Brake the rules and be the number one!
Seru banget acaranya! Pengin ikutan juga deh startup coop camp gini kalo ada yang batch 3. Biar lebih mantap jadi calon entrepreneur hiyaaa~
BalasHapus