Dini hari ini saya tak bisa tidur,
begitu juga dengan dua minggu sebelumnya. Kebiasaan yang tak baik
sebetulnya apalagi ketika tubuh sudah terbiasa dan jam biologisnya
terganti. Terkadang saya menulis sedikit catatan agar mengantuk, atau
mendengarkan podcast-kali ini mencoba menulis saja.
![]() |
Photo by Kevin Bidwell from Pexels
|
Seringkali, saya merasa tak cocok akan banyak hal dalam masyarakat, dan tak pernah merasa fit in dalam
bagian manapun. Susah akan berkompromi, dan terlalu harus ini itu.
Namun sebelumnya, merasa tak menjadi bagian manapun karena merasa:
kurang pantas dan kurang cukup. Sepanjang ingatan, saya selalu memandang
banyak figur-figur yang lalu lalang di depan mata:
Coba saja, saya terlahir seperti dia.
Coba saja, saya terlahir seramah dan selemah lembut itu
I wish I was her
Bagaimana ya, rasanya menjadi dia. Dicintai, disukai banyak orang bahkan hanya dengan memandangnya
Ternyata sudah lama nggak self-talk, lupa
bahwa selama ini yang membersamai berjalan, ya diri sendiri. Tak ada
yang benar membantu kecuali diri sendiri, kekuatan itu ada loh dalam
diri.
Oh
tunggu, sebelum lanjut membaca tulisan ini dan terdengar menyedihkan,
maka anggapanmu salah. Ini hanya potongan ingatan yang biasa mampir
kalau malam-malam hening datang, apalagi sekarang hujan. Menaruh di sini
hanya sebagai catatan, bahwa pernah sebegitunya tanpa sadar ingin mencoba menjadi orang lain: agar dilihat, agar diketahui. Sekarang sih sudah haha hehe saja sembari amor fati.
Saya
ingat ketika masih sebagai seorang anak kecil sekolah dasar meskipun
sering mendapat peringkat tiga besar, saya jarang diikutkan dalam lomba.
Atau harapan yang sama pupus kala di sekolah menengah kejuruan.
Alasanya karena lebih terlihat pendiam,
jika melihat dari dua sisi koin ada ketidaktahuan dalam diri saya bahwa
untuk "terlihat" kamu harus vokal dan sebagai pendidik, harusnya tak
hanya melihat dari vokal saja. Namun mungkin, siapa yang ingin repot
membuang waktu dan kala itu saya juga belum mengetahui caranya. Kemudian
ada beberapa kali terjadi dengan pola yang sama, maka saya berusaha
keras untuk keluar dari zona nyaman sendiri dan begitu haus akan rasa
penasaran. Untungnya dilakukan dengan rasa penasaran, jika terpaksa
mungkin hasilnya akan berbeda.
Hasilnya adalah bertumbuh,
dan tak lagi kaget atau masalah jika sedang di posisi bawah atau tak
mengenakan. Sedih tetap dilakukan pastinya, namun sudah diiringi dengan
kesadaran bahwa segalanya merupakan proses. Terkadang, penolakan itu menyenangkan karena betapa hal tersebut membuatmu bertumbuh: mungkin tak melesat namun yang pasti bertumbuh dengan kuat.
Jika
sekarang banyak sekali portrait-portrait dengan aura bahagia dilengkapi
senyum lebar namun harus memiliki berbagai label dahulu (berupa
pencapaian, posisi, misalnya) namun tak ada yang berani atau jarang berbahagia
ketika tak memegang apa-apa kecuali keyakinan dan harapan. Menyenangkan dan syukur luar biasa saat ini bisa lepas berbahagia tanpa perlu label.
***
terkadang penolakan itu membawa hikmah, mungkin ada orang yang lebih peduli kepada kita tapi kita sering mengabaikannya
BalasHapus