Halo, apa kabar? Semoga selalu
diberikan kebahagiaan yang melimpah ya!
Mau cerita panjang lebar di blog
ini, saya lagi kangeeeeen banget ngeblog berasa udah jauh-jauhan lama. Iya,
postingan bulan Desember kemarin cuma 4 padahal bulan sebelumnya nyampe 12
postingan. Rasanya campur aduk, memang sengaja pengin ngasih ruang jeda, dan
juga antara kombinasi dengan musuh manusia nomor satu yaitu kemalasan. Sebelum
jadi nyebar ke mana-mana bahasannya, mari kita berjalan mundur karena ini
sebenernya lebih cerita kilas balik semester 7 di tambah begitu banyak hal-hal di kepala yang segera ingin saya catat di sini
buset ini kalimat panjang amat.
Iya, secepat ini saya sudah
semester tua. Padahal rasanya baru kemarin merasakan euforia bahagianya menjadi
mahasiswa baru dan lugu.
Semester 7 ini saya sebetulnya
sudah mengambil mata kuliah skripsi, pernah ada ambisi ingin lulus 3.5 tahun.
Semacam pengin membuktikan bahwa saya serius kuliah terutama dalam bidang
akademis, kemudian juga didukung oleh ingatan yang selalu terlintas tiap bangun
dan mau tidur: orang tua. Namun, tiga per empat dari diri ini memilih untuk
sedikit bergeser, lebih mundur ke belakang lagi mengenal diri sendiri.
Saya selalu menjadi pemberontak.
Nyahaha bukan ke arah negatif ya,
lebih ke penasaran dan questioning all
the things tentang bagaimana saya menjalani hidup, hal-hal apa saja yang
akan saya temui dan hadapi, apakah saya akan antusias, gampang mengeluh, dan
lain-lainnya. Kata orang-orang disebut pendewasaan, namun kurang setuju juga
karena adulting ternyata mau nggak
mau kudu dealing with something you can’t
suitable with. Baiknya sih jadi bisa lebih mikir lebih bijak dan pandai-pandai mengontrol apa yang dinamakan
perasaan, dan egois. Pernah baca di
Tirto kutipan tentang “yang fana adalah
dewasa, kita bocah selamanya”. Hubungannya apa? Ya, sindrom semester atas
yang mau nggak mau ngerelain jam main karena temen seangkatan udah mulai sibuk
masing-masing baik skripsi maupun persiapan masa depan, ide untuk skripsi tak
kunjung nyantol, atau justru kekhawatiran kehilangan gelar sebagai mahasiswa.
Jadi mahasiswa ternyata memang
luar biasa, bagi yang benar-benar bisa menangkap peluang untuk menempa diri,
dan memanfaatkan lahan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Benar kata salah satu
dosen saya, kuliah 4 tahun untuk jurusan S1 nggak bakal kerasa bahkan kurang
dalam artian belum matang. Bisa dibilang mungkin perlu tambahan 1 tahun hanya
untuk ilmu teoritis, apalagi kalo dosennya asyik-asyik buat diskusi beuh betah.
Ini sih karena saya di sastra mungkin jadi pasti ngomongin isu-isu kemanusiaan
dan yang ada di sekitarnya.
Terus lagi, mahasiswa adalah
masa-masa saya bisa benar-benar yang namanya idealisme. Seperti yang dikatakan
oleh Tan Malaka, bahwa idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki
oleh pemuda. Menurut saya ada satu lagi, yaitu kepercayaan diri atau self confident. Karena seidealis apapun
jika tak percaya diri, ya jadi nggak mewah. Nyahaha.
Apa sih, ngelantur.
Semester tujuh ini rasanya
panjaaaaaaang banget namun saya benar-benar sangat menikmati semester ini.
Banyak hal dan mimpi yang nggak terduga
dan tertarget sebelumnya terjadi di semester ini. Namun tentunya, ada juga
penyesalan-penyesalan ya. Didaftar ah biar inget terus:
Menunda parah. Iya, saya emang procrastinator abis. Harusnya nggembleng branding jadi pro malah kelewat procrastinator nyahaha. Ini satu doang tapi imbasnya banyak, kaya
sampai mau akhir semester namun proposal belum dibikin juga, ketinggalan
seleksi dan pendaftaran banyak acara, nunda bikin essay buat beasiswa,
nunda-nunda olahraga, termasuk nunda buat ngebales pesan! Akibatnya emang bener-bener
fatal, gengs. Ibaratnya kaya nolak
rejeki di depan. Rejeki yang padahal tinggal dipancing dapet tapi lebih
memilih mager-mageran. Astaga. Coba kalau rajin, mungkin sekarang udah rutin
bahagia bimbingan skripsi, udah ikut banyak part
time, udah dapet kemungkinan banyak acara kepemudaan, udah hidup sehat, dan
kesempatan-kesempatan lainnya. Namun eits, jangan rakus, nyahaha sudah saatnya
introspeksi dan beraksi. Dulu sebenernya juga saya udah nulis tentang procrastinate ini dan gimana biar nggak
ganggu hidup kita di The Productive Procrastinator.
Melewatkan detail dan mudah terdistraksi. Ini juga yang saya sesali
karena ngelewatin detail. Pernah ada tawaran kerja sama dengan blog namun lewat
pesan Facebook. Kan masuknya pesan yang disaring gitu, jadinya baru tahu dua
bulan kemudian. Lewat udah kan kesempatan itu. Kemudian juga jadi kurang bisa
memrioritaskan, semua tawaran seakan saya terima dan ya-enjoy juga sih awalnya
dan lama-lama capek sendiri nyahaha.
Namun, kedua keteledoran di atas
juga tetap memberikan kesempatan dan ruang untuk saya belajar. Semesta memang,
kurang baik apa.
Semester ini bener-bener turun
dan naik versi anjlog menukik. Buset ini bahasa apa sih nyahaha. Jadi setelah
merasakan lagi apa yang namanya patah hati ew menye-menye kan jadi semacam
krisis identitas alias jangan-jangan selama ini saya dan pribadi saya nggak
bisa berdampak. Bahkan sempet tuh rasanya dari semester 6 skip KKN lulus dan
cepet cari kerja alias udah nggak betah juga di kampus. Namun ya, KKN mengubah hidup saya benar-benar.
KKN itu kan di liburan mau ke
semester 7 ya, kaya semacam healing buat
saya dengan 9 orang asing lainnya, berinteraksi lebih dekat dengan masyarakat
desa, membicarakan mimpi-mimpi lama dengan rekan KKN. Nggak nyangka aja, dulu
saya yang emoh KKN jadi malah
kebalikannya. Sejak saat itu jadi bawa semacam perubahan, karena begitu masuk
semester tujuh bukan kepikiran tugas akhir yang segera diselesaikan dengan
tuntas namun malah
“Kalau lulus, emang udah punya skill
apa aja? Kerja apa yang bakal terus menjadikanmu aman dan stabil sampai
setidaknya beberapa tahun ke depan?”
Deg! Scary dan kemudian merasa masih sangat kurang. Bukan menyesal juga
karena semester-semester sebelumnya nggak ngelakuin apa-apa, tapi semua butuh
yang namanya eksperimen. Kalau semester awal saya cuma muter-muter di area
kampus, mulai semester ini saya mulai mencoba memperluas jaringan. Cakep.
Dilema juga ngerasa pengin lulus cepet dan berproses kaya temen-temen lain
namun lebih memilih belok ningkatin skill
dulu. Pun di semester 6 yang harusnya otak padat teori itu saya malah
merasa benar-benar kosong melompong, lupa, untuk itulah semester ini saya lebih
memilih mengisi kembali otak untuk bekal.
Ke kampus udah nggak bosen lagi
karena mata kuliah wajib cuma ada tiga dan saya ngulang 2 matkul, jadi ke
kampus rasanya cuma safari dan tiap
kelas yang saya datangi justru rasanya lebih antusias. Ada satu matkul yang
saya sempat ragu mau ngulang, malu juga sama adik kelas kan nyahaha. Tapi di
awal ngasih mantra yang hebat bahwa 14 pertemuan bakal segera berakhir. Then lagi-lagi unpredictable karena kelasnya jadi super asyik dan menghibur tiap
Senin pagi.
Terima kasih, Tuhan.
Nah balik lagi ke yang memperluas
jaringan nih, di semester 7 ini saya sungguh sangat-sangat beruntung dan bersyukur ketemu banyak orang-orang
hebat. Nggak cuma ketemu tapi juga diskusi, yang saya akui ternyata interaksi
itu gede banget efeknya. Ide jadi tambah banyak tambah antri, dan makin
semangat tiap kali bangun tidur selalu antusias dengan kalimat “hei, hari ini mau ngapain nih, ayo bangun.”
Ya, saya berubah dari manusia yang menyukai sepi menjadi manusia yang haus
akan interaksi, kalo nggak stres nyahaha. Berubah jadi manusia yang selalu malu kalau kudu ketemu orang
sekarang malah ANTUSIAS! Ya, meskipun belum talkactive banget sih.
Baca juga: GILA, SUSAH BANGET JADI INTROVERT
Sangat-sangat beruntung bisa
belajar lagi apalagi tentang potensi dan skill.
Ke sana ke mari dengan orang-orang yang suka dan antusias belajar juga. Seperti
Youth Adventure Day, Pendakian HariPahlawan, Salman Spiritual Camp, Workshop Kepenulisan dengan Dee Lestari, dan Outing Class ke PB PMII. Hal tersebut
membuka mata kembali dengan begitu
banyak hal di sekitar saya aja yang saya nggak tau. Selain itu saya percaya
banget yang namanya sata kekuatan doa, nah dari macam-macam kegiatan itu tuh
suka banyak banget interaksi terus diakhiri dengan saling mendoakan untuk
perjumpaan selanjutnya. Seperti “lancar ya proposalnya, lancar ya skripsinya,
lekas wisuda ya”. Wah, amazing! Entah rahasia macam apa
yang sedang semesta rencanakan.
Namun, namanya juga namjug manusia
pasti datenglah suara-suara yang nyoba buat ngeruntuhin yang namanya semangat.
Tiba-tiba kepikiran juga “jam tidur
jungkir balik, emang udah ngehasilin apa aja?”. Deg, menohok ya karena
proposal aja belum jalan, namun belum menghasilkan sesuatu yang berdampak pula.
Hei, semuanya butuh waktu yang tepat, sekali lagi. Namun bukan berarti nggak
berusaha ya, bukan juga semacam pembenaran karena ya setidaknya saya sedang
berasa dalam suatu proses, bukan diam di tempat.
Asyik.
Intinya, saya masih juga menunggu
hal-hal yang tak teduga itu datang selagi berproses. Kalo versi Dr. Ivan Joseph
di TED Talknya sih selain latihan terus, kudu ada yang namanya persistence.
Tetap semangat belajar namun memang harus paham waktu juga. Beri ruang,
beri jeda, dan beri kesempatan.
Salam
***
Gambar pendukung berasal dari kehidupan kampus dan sekitarnya selama semester 7. Anyway, saya juga bikin podcast loh, cek aja di bebasdefinisi. See ya!
Kok aku jadi ingat diri sendiri ya, jam tidurku juga kayaknya dah jungkir balik mirip akrobt. terus aku akhirnya nanyain diri sendiri, "eh zef udah dapat apa aja denan jam tidur kacau kayak gini?"
BalasHapusTerus pegang jidad
Hehehe. Saatnya kontemplasi :)
HapusWah udah semester tujuh ya, semangat dan selamat. Sebentar lagi menghadapi dunia yang sesungguhnya. Aku malah berasa telat melihat sekitar. Zaman kuliah bener2 kampus -rumah, karena full kuliah dari pagi dan sore (ada praktikum segala). Malam buat laporan tulis tangan pula. Eh begitu jadi ibu baru ndilalah dapat banyak kesempatan buat ikut workshop ini itu, traveling kesana-sini, hmm berasa kebolak balik dunianya. Haha
BalasHapusWehehe pengin serajin itu jugak namun aku memang bandel :3
HapusMemang tidak mudah ya untuk menahan godaan agar bisa fokus dan optimal memanfaatkan waktu..kalau mba sendiri bagaimana solusi sederhana untuk mengatasi hal ini?
BalasHapusKalau sekarang lebih ke fokus apa yang jadi prioritas utama sih
HapusKalau gak rela melepas gelar mahasiswa...yaa...abis lulus ini langsung lanjut S2.
BalasHapusAbis itu s3.
Waah....senangnyaaa...
Never stop learning.
Hahaha iya sih kaa, but asyiknya mahasiswa S1 bakalan beda. Otw juga bisa kekejar S2 dan beasiswa
Hapusdulu saat semester 6 aku sempet ngambul sama proposal skripsiku. Prediksiku, aku hanya kurang 1 kali bimbingan, untuk checking doang, lah kok dicoret-coret, disuruh ngubah banyak hal. Haduuuuh, mutung dah aku. lahwong aku ngerasa udah oke sama proposal, teori sudah oke dan oke dah pokoknya.
BalasHapusyoweslah, mutung 2 bulan.
terus bangkit lagi... diajak teman-teman untuk bangkit lagi...
Alhamdulillah, target untuk lulus tepat waktu: tercapai.
Kamu semangat ya Marfaaaaa
SEMANGAT BANGET DONG KAAAAK, untung masih punya temen yang saling support juga sih hehe
Hapusdulu saat semester 6 aku sempet ngambul sama proposal skripsiku. Prediksiku, aku hanya kurang 1 kali bimbingan, untuk checking doang, lah kok dicoret-coret, disuruh ngubah banyak hal. Haduuuuh, mutung dah aku. lahwong aku ngerasa udah oke sama proposal, teori sudah oke dan oke dah pokoknya.
BalasHapusyoweslah, mutung 2 bulan.
terus bangkit lagi... diajak teman-teman untuk bangkit lagi...
Alhamdulillah, target untuk lulus tepat waktu: tercapai.
Kamu semangat ya Marfaaaaa
SEMANGAT BANGET DONG KAAAAK, untung masih punya temen yang saling support juga sih hehe
Hapuswah sama yaa, saya juga mahasiswa akhir jadi tertohok juga baca ini, wkwk..
BalasHapusSemangatttt, semoga segalanya dimudahkan, bisa lulus sesuai terget, Salam!
Semangat juga mbaknya, yosh!!
HapusAku dulu jam tidur jungkir valik kak. Dan sekarang urah paten. Jam 1 subuh... Hehehe insomnia tak kunjung sembuh sih hehe
BalasHapusNgaruh ke kesehatan ngga kak?
HapusKamu kok kayak aku banget sih wkwkwk. Aku juga semester 7 dan aku lagi pusing banget sama.semua hak. Kehidupan akademis dan lain sebagainya. Yuk semangat wkwkwk make every moment on campus worth to remember
BalasHapusYAAMPUN KIRAIN KAMU LEBIH SENIOR DARIPADA AKU KAKMIPPP :3
HapusSebagai mantan mahasiswa, aku cukup nyesal sih ga pernah bandel banget dulunya. Ya, pernah sih. Kayak ikutan seminar doang gitu, tapi ga pernah nangkep. Ya, cuma ngejar sertifikat doang. Terus, ilmunya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Sempat ngurus blog, sampai sekarang. Yaaa, terbengkalai. Ndilalah pas udah mau masuk dunia kerja, jadi bingung sendiri, kan.
BalasHapusAku juga sedang bandel2 entahlah huhu haha
HapusJam tidurku? Hiks, setelah jd ibu malah gak nentu. Lbg sering insomnia.
BalasHapusArrghh procastinasion ini emamg bad habbit ya. Musuh berat, yakni mengalahkan diri sendiri.
Saya dulu mundur jg skripsi, pas waktu itu udah kerja sih, namun sebenarnya gak bisa dijadikan alasa. Yaweslah move on. Yg penting tetep berusaha gk nuda2 lg ya mbak :)
Hehe. Siap berusaha lagi!
Hapushai ini fika... aku dulu jg malah sempat stop kuliah krn keasyikan kerja.. padahal aku kuliah di negeri, ga ada nilai c sama sekali heheeheh..penelitian udah selesai, tinggal sidang skripsi aja, juga semua mata kuliah sudah cukup.. krn aku pikir ya sudah udah kerja ini. ga selesai jg ga papa..
BalasHapustapi aku salah.. aih walau memang aku akhirnya tetap lulus dengan ipk yg jg tetap paling tinggi di antara yg lulus saat itu. namun skripsiku nilainya C dan jadi satu satunya nilai C di ijazah ku.. gimana ga c.. aku cuma punya waktu 1 bulan u menyelesaikan skripsi, sidang dan wisuda... jangan ditiru... krn itu kalau memang masih ada waktu.. jgn ditunda tunda.. semangat ya Marfa
SHAAAAP, tengkyu ya ka Fikaaa :)
Hapusaduuuh aku juga jadi merasa tersindir nih jam tidurku juga aduh jungkir balik haha.. tetep semangat ya semoga kedepannya jadi semakin lebih baik, ganbatteee!
BalasHapusArigatou sisteeer
HapusEny juga ngerasain hal yang sama bahkan bisa lulus diteknik 4.5 tahun udah bangga banget rasanya karena waktu 9 bulan dihabiskan hanya untuk skripsi penat banget sih tapi Alhamdulillah sudah lulus 😂😂
BalasHapusSemoga aku pas 4tahunnn :))
Hapussemangat ya nuntasin kuliahnya, aku aja karena keasyikan kerja dan main akhirnya gak selesai sampai sekarang padahal tinggal skripsi. Emang saat itu ngerasa ahh ngapain sih kuliah, toh tinggal ijazah doang terus ngerasa udha bisa cari duit tanpa ijazah.. hahahaha
BalasHapusSiap semoga bisa ngejer hihi
Hapus