Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Revolusi industri 4.0 membawa
atmosfir perekonomian tak jauh-jauh dari penggunaan internet. Perkembangan yang
cepat, penggunaan AI untuk mendapatkan ketertarikan user berdasarkan aktivitas yang menjadi data merupakan minat
sendiri bagi bisnis sekarang. Katakanlah, startup.
Dahulu mungkin orang hanya mengenal sebatas aplikasi kemudian menjelma menjadi
bisnis rintisan serta memiliki banyak peminat karena sifatnya yang problem solver. Tak jarang ditemui demo pitching untuk mendapatkan pendanaan
dari investor. Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dari pemerintah juga turut
menarik kalangan anak muda untuk memulai membuat startup mereka.
Bekerja di lingkungan startup apalagi yang sudah berlabel unicorn kemudian juga menjadi impian
baru bagi anak muda atau fresh graduate. Dikatakan
jam kerja yang fleksibel, pakaian yang casual, dan lingkungan kerja yang
antusias akan ilmu-ilmu baru menjadi alasannya. Hal tersebut cocok dengan
karakteristik milenial yang memang menyukai kegiatan yang dinamis dan menyukai
pengalaman. Belum lagi, kesan “keren” untuk mengisi konten di media sosial
menjadi nilai plus. Startup, dinilai
sebagai cara baru dalam wirausaha.
Startup dan koperasi, barangkali memiliki jarak yang sangat jauh
untuk sebuah kolaborasi. Katakanlah, konvensional (atau kuno) dan yang satu
serba cepat. Namun hal tersebut tak terjadi di Purwokerto—kota lahirnya koperasi
begitu juga lahir kolaborasi jenis baru dalam koperasi yaitu startup coop. Gagasan ini tumbuh dari
aktivis koperasi di Kopkun Institute, yang mana kemudian melahirkan InnoCircle
Initiative—lembaga inkubator startup
sejak 2018 lalu yang juga turut mewarnai ekosistem startup di Purwokerto.
Contoh di atas merupakan inovasi mengubah
anggapan-anggapan lama dalam memperkenalkan koperasi. Banyak yang masih
beranggapan koperasi hanya berbentuk swalayan, KUD, atau simpan pinjam. Anggapan
tersebut tentu saja muncul ketika melihat pengalaman ketika koperasi di sekolah
atau kampus hanya sebatas kantin, toko, atau fotocopy. Kita perlu memberikan berita baru mengenai koperasi
bawasanya koperasi sendiri sudah beraneka ragam dan bertransformasi tanpa
meninggalkan nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya. Contoh bentuk dari koperasi
ini misalnya Purusha (koperasi riset), Tuban Creative Hub (komunitas ekonomi
kreatif), dan Meridian.id.
Kembali ke Purwokerto, InnoCircle Initiative di bawah naungan
Kopkun Group yang saat ini berhasil menginkubasi beberapa startup dan telah meluas secara lokal. Sebut saja Homipedia, Beceer,
Bookcircle, dan Sewain. Bukan hanya menginkubasi startup lokal pilihan namun juga secara berkala melemparkan
perekrutan co-founder dalam prototype startup—sebut saja jajan.in,
crowdcircle, sributukang.com, dan stulife. Anis Saadah, CEO InnoCirle mengatakan misi startup
coop yang dibangun juga memiliki dampak ekonomi dan sosial dalam
masyarakat. Tentunya, hal tersebut merupakan pendekatan baru untuk menarik anak
muda untuk berpartisipasi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi secara
menyenangkan.
Jika pergi ke “markas” InnoCircle
yang diberi nama Inno Café dengan konsep coworking
space, kesan koperasi tipis sekali. Diset dengan ala anak muda dan akan
dengan mudah menemukan banyak standing
banner berisikan informasi startup, pegiat
startup yang berdiskusi baik dengan
tim maupun dengan ahli seperti marketing di
Kopkun Institute. Anak muda melebur dengan yang sudah lama berada di ranah
koperasi dengan tata kelola baru, menerapkan etos kerja dan profesionalisme
seiring dengan nilai-nilai koperasi.
Koperasi sendiri memang mengusung
value yang idealis, namun idealis
yang berlebihan juga percuma jika tak mengikuti perkembangan dan bersifat ekslusif
oleh orang-orang di dalamnya saja. Mengusung konsep one man one vote, itulah yang dibawa dalam startup coop untuk melindungi kepemilikan jika mendapat pendanaan
dari investor. Hal tersebut karena yang berlaku saat ini adalah penentuan
kebijakan diatur oleh yang memiliki modal paling banyak. Sedang dalam startup coop, hal tersebut tak berlaku.
Hal ini cocok juga karena dengan mayoritas diisi oleh anak muda, maka mereka
bisa sekaligus belajar berkembang mandiri tanpa disetir mengembangkan bisnis
model jenis ini. Startup coop ini
bervisi jauh ke depan melihat ekosistem ekonomi yang sedang digandrungi dalam melindungi
kepemilikan.
Startup coop inilah yang menjadi medium cara baru agar anak muda
milenial bisa berkoperasi sesuai passion.
Bukan hanya mereka yang ahli dalam bidang IT, namun mereka yang menyukai business development juga bisa bergabung.
Siapa bilang koperasi outdated? Di
sini kami belajar design, web design,
marketing, bahkan UX/UI Experience. Menempatkan anak muda milenial yang
suka belajar dan menempatkan sesuai passionnya
juga akan menjadi kemajuan startup coop itu
sendiri.
Ambil contoh salah satu startup
coop Bookcircle—platform untuk
sewa buku secara daring. Bookcircle selain
bertim inti, memiliki tim duta baca dalam menyelenggarakan Generasi Literasi
4.0. Mereka rajin dan secara aktif mendatangi seminar literasi yang bekerja
sama dengan BEM, dengan kafe, stand expo
musik, maupun expo perpusda. Tim
Beceer juga sama—sudah mengikuti kampanye penggunaan tas belanja, membuat video
iklan kreatif, dan juga memasang banner di
jalan-jalan. InnoCircle sendiri juga beberapa kali menerima internship dan melakukan Startup Goes to School & Campus. Semuanya
berisi anak muda, dan beberapa bahkan masih berstatus mahasiswa.
InnoCircle selain menumbuhkan
talenta lokal, juga berkolaborasi dengan ICCI dan Kemenkop dalam
menyelenggarakan Startup Coop Camp yang
sampai bulan ini sudah ke 5 kali dan bertempat di Bali (sebelumnya Purwokerto,
Yogyakarta, Semarang, dan Lampung). Gerak cepat, perencanaan strategi yang
matang, serta eksekusi merupakan usaha yang sedang dijalankan bukan hanya menyebarkan
startup di Indonesia dengan spirit koperasi namun juga menumbuhkan
Innovation Hub. Kerja sama dengan banyak pihak tentu saja untuk menghindari burnout dan ketidakefektifan tim karena
resiko kegagalan pendirian startup sangat
tinggi. Ditambah ketika Gerakan Nasional 1000 Startup datang ke Purwokerto,
InnoCirle juga lah yang ditunjuk untuk mengorganisir. Terakhir adalah saat Harkopnas
ke 72 di Purwokerto, startup coop atau
koperasi platform dimasukan sebagai
salah satu peserta dalam Jambore—tentu saja bentuk pertemuan dua hal yang dapat
melahirkan kolaborasi.
InnoCircle hanya salah satu dari
jenis inovasi koperasi zaman now dan keoptimisan kebangkitan kembali koperasi.
Bukan untuk mengambil alih sistem namun kebermanfaatanya secara adil yang
menyeluruh serta dikelola secara demokratis. Kemudian, minimal menjadi solusi
bagi penggerak di dalam koperasi tak perlu lagi berlelah-lelah mengkader pemuda
dan memulai dari awal secara berulang—langsung ke aksi dan tindakan. Koperasi
perlu rebranding dan berinisiatif, tentu saja di era disruptif sekarang
ini bukan hanya meninggalkan cara-cara lama namun juga terus menerus
berinovasi. Koperasi dengan model bisnis baru yang sudah memiliki beberapa
inisiator hebat ini tentu saja perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah—misalnya
masalah legalitas, SOP, hingga menarik investor. Sehingga di masa depan dengan
gelombang ekonomi kolaborasi yang semakin menggila tak akan adalagi pertanyaan
semacam “masihkah koperasi menjadi soko
guru ekonomi bangsa?” dan demokrasi ekonomi bukan hal yang utopis.
***
Sebenarnya kemajuan teknologi sangat berdampak baik untuk masa depan kita jika kita sanggup menggunakan dan mengolahnya secara bijak ya Mbak.
BalasHapusdan tentu saja berhati2 dan harus strategis pengelolaanya :)
HapusKemarin liat di TV ada juga ojol yang berbasis koperasi lo. Kemajuan teknologi perlu diadaptasi emang oleh pelaku koperasi
BalasHapuswah saya penasaran dengan info tsb, kalau ojol blm pernah denger but let's see. thanks for the info kak
HapusWah bagus juga idenya. Koperasi juga harus berubah tampilan supaya bisa mendekat ke pasar muda yang selama ini menganggap koperasi old-fashioned hehe
BalasHapusIya, krn berkoperasi ternyata nambah semenyenangkan itu apalagi kalau rebranding
HapusIde yang bagus, walaupun baru denger sih akunya. Perlu lebih di branding sepertinya biar lebih banyak orang yang tau dan ikutan yang kaya begini
BalasHapusUntuk referensi cari saja di Google dengan keyword startup coop anis saadah atau startup coop firdaus putra. Mereka inisiatornya ;)
Hapussaya suka bangeet jika di undang oleh para start up karena mereka memberikan wejangan untuk memperkenalkan star up seperti ini
BalasHapusWah pernah datang ke acara apa aja kak?
Hapusmantap ini teknologi+anak muda+koperasi= milenial berkoprasi
BalasHapusMembangun ekosistem yang bukan gelap mata kompetitif yang nggak sehat namun kolaboratif :)
HapusSumpah keren banget ini startup-nya. Bisa membuat koperasi melintasi batas dan ikut terbarukan. Jiwa koperasinya keliatan banget sih itu ketika pengambilan keputusan bukan diambil oleh suara terbanyak kayak korporasi, ini nih jiwa musyawarah yang ada di koperasi. Mantap! :D
BalasHapusYup benar, diadaptasi ke lebih moderen :D
HapusTernyata ada juga ya koperasi millenials good job hehe, kapan-kapan pengen ikutan juga ah
BalasHapusSemoga suatu saat ke kota kakak juga yaa :)
HapusKoperasi sekarang ini sudah mulai bergeser pandangan. Dulu koperasi kesannya kan jadul
BalasHapusSekarang keren :)
HapusMari kita lihat ya, untuk 1000 Startup ini mana lagi yang bakal sukses dan bawa nama indonesia. Minimal sih, dengan startup, lapangan pekerjaan juga terbuka bagi karyawan, dan juga cetak pengusaha-pengusaha muda.
BalasHapusiya tujuannya seperti itu biar mengurangi lapangan kerja, pasti ada dong yang unggul dan berdampak :D
HapusKoperasi sekarang sdh mulai berinovasi ya. Mulai mengikuti jaman. Aku juga ikutan koperasi tapi punya kantor nih. Banyak untungnya jg ikut koperasi
BalasHapusKoperasi karyawan kah kak? Wah untungnya apa aja nih kl kakak?
HapusSetuju,koperasi memang perlu rebranding dan perlu membuat inovasi baru agar masyarakat tertarik untuk membangun kembali usaha koperasi.
BalasHapusMenurut aku cukup menarik konsep dari coop ini, ingin mmebuat koperasi menjadi sebuah passion, dari passion inilah nantinya akan tumbuh generasi millenial yang cinta dengan koperasi.
well said kak mude, dengan passion dan spirit akan tercipta alternatif baru
HapusKoperasi di kepalaku tadinya kuno aja pokoknya, tapi dengan inovasi dan kolaborasi kayak gini jadi tampak kekinian sekali ya.
BalasHapusBanget, kalau diterapkan di startup sepertinya challenging
HapusSaya setuju yang model-model begini. Kemajuan jaman memang tidak bisa lepas dari pengumpulan modal. Tapi kalau yang punya modal hanya segelintir orang, maka kemajuannya ya hanya dinikmati segelintir orang saja. Yang penting pihak yang terima modal dan terutama investornya terlindungi semua.
BalasHapusIya, harus diusahakan. Bukan untuk merampas harta para pemilik namun hidup berkeadilan yang diusahakan untuk masyarakat ekonomi bawah hehe
HapusWahh, memang dijaman Sekarang ini semua harus adaptif ya.. salah satunya koperasi juga
BalasHapusright to the poin ka
Hapus